☠ Fear | 11

271 38 0
                                    


Jeongguk mangamati pantulan dirinya di cermin, rambut hitam panjangnya ia gerai, tubuhnya berbalut kaos putih polos dengan kemeja kotak-kotak berwarna merah-hitam sebagai pemanis. Kaki jenjangnya dibalut jeans dengan bagian bawah mengembang.

Merasa sudah siap gadis itu membuka pintu kamarnya, menolehkan kepala ke kamar adiknya yang terdengar berisik. Kakinya melangkah refleks menuju kamar Eunwoo. Gadis itu terkekeh melihat Eunwoo yang asik mengacak-acak lemari kayunya.

"Belum menemukan pakaianmu, boy? " tanya Jeongguk sembari menyenderkan punggung di bingkai pintu kamar Eunwoo. Kedua tangannya terlipat di dada dengan nyaman, mengamati tingkah adiknya yang memang menggemaskan.

"Oh, Jeongguk! " pekik Eunwoo, bocah cilik itu melompat riang mendekati kakak sulungnya, tak mempedulikan sama sekali handuk yang tadinya membalut tubuhnya terjatuh begitu saja.

Jeongguk terkekeh, meraih tubuh telanjang adiknya ke gendongan dan berjalan mendekati lemari kayu Eunwoo. Gadis itu memilah baju untuk adiknya yang asik berceloteh ria tentang keinginannya menjadi kapten amerika seperti film yang ia tonton.

Jeongguk hanya menanggapi dengan tawa kecil dan gumaman random, terlalu fokus mencarikan pakaian untuk adiknya. "Aku lebih suka iron man omong-omong. " celetuk Jeongguk setelah melemparkan beberapa stel pakaian yang ia anggap cocok untuk adiknya untuk sore ini.

Alis kecil Eunwoo menukik, "terserah, aku suka kapten amerika pokoknya! " tegas Eunwoo menggemaskan. Jeongguk tertawa, menurunkan Eunwoo dari gendongannya dan meletakkan kedua tangannya di pinggang. Singkatnya gadis itu tengah bertolak pinggang.

"Nah, sekarang pakai bajumu kapten! " perintah Jeongguk semangat. Eunwoo menatap baju yang Jeongguk pilihkan lama. Baju kodok dengan bahan jeans disusul kaos putih polos, serta sepasang kaos kaki bermotif kapten amerika.

"Apakah aku akan keren ketika memakainya? " tanya Eunwoo dengan bola mata membulat menggemaskan, Jeongguk tertawa. Mengacak rambut mangkuk adiknya dan merundukkan badan, menyamakan tinggi wajahnya dengan Eunwoo.

"Pasti, pilihanku tidak akan pernah tidak membuatmu keren! " balas Jeongguk dengan raut wajah seriusnya. Eunwoo mengangguk polos dan memakai pakaian yang Jeongguk pilihkan.

"Sudah siap? " tanya Jeongguk, retoris sebenarnya karena ia jelas-jelas melihat Eunwoo baru saja selesai memasukkan tubuh mungilnya ke baju kodoknya. Bocah itu memekik ceria dan menyodorkan sepasang kaos kakinya.

"Pakaikan! " Jeongguk berlutut sedangkan Eunwoo menaiki ranjang dan menyodorkan kedua kakinya ke arah kakak sulungnya. Jeongguk meraih satu persatu kaki adiknya dan memasukkan kaki mungil itu ke dalam kaos kaki.

"Selesai, ayo kita turun! " ujar Jeongguk. Eunwoo menuruni ranjang dan menggandeng tangan kakak sulungnya. Jeongguk sempat mampir ke pintu kamar Somi dan mengetuknya tiga kali. "Sudah siap belum, Som? " tanyanya.

"Belum! " mendengar itu Jeongguk mengedikkan bahu dan mengajak Eunwoo untuk turun ke bawah lebih dulu. Somi memang tergolong lama ketika bersiap-siap untuk mengikuti setiap acara. Benar-benar primadona.

"Mom, Dad. " panggil Jeongguk ketika gadis itu mendapati kedua orang tuanya berada di dapur. Seokjin tengah membenarkan kerah baju yang Namjoon kenakan. Wanita berambut sebahu itu menoleh ke arah Eunwoo dan Jeongguk, lalu menepuk dada suaminya pelan.

"Hey, sudah siap? " tanya wanita berambut sebahu itu. Jeongguk dan Eunwoo mengangguk riang. Namjoon terlihat mengamati lantai dua, menatap Jeongguk dengan sebelah alis terangkat.

"Somi? " tanya pria ber dimple itu, Jeongguk mengedikkan bahu dan memilih untuk membuntuti Eunwoo yang mendusal ke perut ibunya. "Seperti biasa, gadis remaja yang penuh Cinta itu pasti tengah berkutat dengan alat-alat ajaibnya. "

Namjoon dan Seokjin yang mendengar jawaban aneh dari Putri sulungnya itu terkekeh setelah saling pandang selama tiga detik. Jeongguk memang sesuatu.

"Aku siap! " pekikan itu membuat Seokjin, Namjoon, Jeongguk, dan Eunwoo mendongak ke arah tangga. Menatap Somi yang terlihat menenteng sepatunya turun ke bawah. Gadis karamel itu mengenakan sweater moka dengan celana jeans biru muda sebatas paha. Rambut karamel nya digerai dengan dua jepitan mungil di pelipis sebelah kanan.

Setelahnya sekeluarga Kim itu berjalan bersama menuju lapangan dekat sekolah dimana Namjoon mengajar setelah Seokjin mengunci pintu rumah. Sesampainya di lapangan yang terlihat ramai, Seokjin dan Namjoon langsung memisahkan diri. Meninggalakan Jeongguk dengan Eunwoo di gendongannya dan Somi di sampingnya.

"Selalu saja, Mom dan Dad seperti itu. " gerutu Somi, mata bulatnya tak lepas mengamati ayah dan ibunya yang kini berjalan bersama mengingat masa mudanya. Jeongguk hanya terkekeh sembari membenarkan posisi Eunwoo digendongannya.

"Seperti kau tidak tau Mommy dan Daddy saja, hem? " goda Jeongguk. Somi mendengus, melipat kedua tangan di dada dan menatap kakaknya. "Sekarang apa? " tanya gadis itu. Netranya mengamati sekitar yang begitu ceria dengan kegiatannya masing-masing.

Jeongguk mendengung, mengamati sekitar. Sampai mata bulatnya menangkap sosok Taehyung berjalan santai bersama Hendric, atau Hoseok disebelahnya. Pemuda ceria itu terus berceloteh, sedangkan Taehyung hanya menanggapi dengan anggukkan meski mata tajam pemuda itu menatap kemana-mana. Sampai hazel itu bersibobrok dengan kelereng hitam Jeongguk.

Gadis itu terkesiap dan segera mengalihkan pandangan, berpura-pura bercanda dengan Eunwoo. Sedangkan Somi masih asik mengamati sekitar, mengira-ngira stand mana yang akan ia datangi.

"Ya kan, Jack. Oh, Jeongguk, Somi! " seru Hoseok. Jeongguk dan Somi sontak menatap ke arah Hoseok yang berlari sembari menarik tangan Taehyung. Sedangkan yang ditarik terlihat sekali ogah-ogahan.

"Uh, ya. Hai! " cicit Jeongguk. Gadis itu tanpa sadar mengeratkan pelukannya pada Eunwoo digendongan, membuat bocah laki-laki itu merengek kesal. Somi hanya mengangkat sebelah tangan sebagai balasan atas sapaan pemuda yang ia ketahui bernama Hendric.

"Yo, apa kabarmu kapten kecil! " seru Hoseok pada Eunwoo digendongan Jeongguk. Pemuda itu asik bercengkrama dengan Eunwoo, mengabaikan Jeongguk yang terlihat tak nyaman karena tatapan tajam dari Taehyung.

"Ah, apa kalian tau stand yang recomended untuk kami? " tanya Somi memecah ketegangan diantara Jeongguk dan Taehyung. Hoseok menoleh dengan riang dan mengangguk semangat. "Aku tahu dimana stand yang cocok untuk Eunwoo, gadis remaja sepertimu, dan Jeongguk. " katanya.

"Ini masih sore, stand-standnya baru buka malam nanti. " timpal Taehyung tiba-tiba. Hoseok terlihat menepuk dahinya, lalu terkekeh. "Aku lupa. Well, sore ini hanya ada beberapa stand yang buka. Juga beberapa lomba diadakan. " jelas Hoseok.

Jeongguk mengernyit, "sebenarnya ini acara apa? Terdengar terlalu.. Mewah? Untuk seukuran pasar malam berkedok penyambutan warga baru?" tanya Jeongguk. Taehyung menatap gadis kelinci itu dalam, pemuda itu terlihat memikirkan sesuatu. Hoseok menatap Jeongguk ceria, "well, sebenarnya ini festival musim panas. Tapi kata ayah sekalian sebagai acara penyambutan warga baru. "

Somi terlihat berdecak kagum mendengarnya, sedangkan Jeongguk hanya terdiam dengan senyum kikuk. Eunwoo juga terdiam digendongan kakak sulungnya, mengamati sekitar dan mengerucutkan bibir ketika tak mendapati sesuatu yang menarik untuknya.

"Kau harus menunggu malam datang untuk mendapatkan yang kau mau, boy. " kata Taehyung tiba-tiba. Jeongguk, Hoseok, dan Somi yang asik berbincang menoleh ke arah Taehyung. Mendapati pemuda bermata hazel itu tengah membungkuk untuk menyetarakan tinggi wajahnya dengan wajah Eunwoo di gendongan Jeongguk.

Jeongguk tersentak, refleks membenarkan gendongannya pada Eunwoo. "Woah, acaranya mau dimulai. Ayo mendekat! " pekik Hoseok. Pemuda ceria itu menarik tangan Somi dan berlari duluan. Meninggalkan Taehyung, Jeongguk, dan Eunwoo.

Dua sejoli dengan satu bocah laki-laki itu berjalan tenang menyusul Hoseok dan Somi yang sudah duluan. Sedari tadi Taehyung tak berhenti tersenyum pada Eunwoo, bahkan memainkan ekspresinya agar bocah laki-laki itu terkikik di gendongan Jeongguk. Tak bisa dipungkiri, dada Jeongguk menghangat melihatnya.

Gadis itu memutuskan untuk mengabaikan firasat buruk yang sedari awal menggerogoti pikirannya.


tbc.
© xeanoona

Fear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang