Malam hari datang, udara terasa begitu dingin membuat Jeongguk memakai sweater sekaligus hoodie hitamnya. Melihat hoodie yang ia pakai membuatnya teringat sosok pemuda menyebalkan bernama Jack.
"Dia benar-benar menyebalkan. " gerutunya tanpa sadar. Gadis berambut hitam itu tengah terduduk di atas sofa, didepannya perapian menyala, menghangatkan ruangan dimana dirinya berada.
"Menyebalkan, tidak ada sinyal kali ini. " secara tiba-tiba adik perempuannya menghempaskan tubuh ke sofa tepat disampingnya lengkap dengan gerutuan ala gadis remaja. Jeongguk mengangkat sebelah alis dan menatap adiknya heran.
"Memang sejak kita sampai disini tidak ada sinyal bukan? " katanya, Somi menolehkan kepala, menatap kakaknya sebal dan mendengus keras.
"Bukan tidak ada, tetapi tadi waktu kita sampai kesini sinyalnya buruk. Setidaknya aku masih bisa mengobrol dengan teman-teman. Tapi malam ini sinyalnya benar-benar menghilang. Wush! Seperti kena mantra saja. " jelas Somi panjang lebar diikuti gurauan diakhir kalimat.
Mendengar penjelasan adiknya, Jeongguk terkekeh, mengalihkan pandangan dari Somi dan memilih menatap api yang melambai-lambai.
"Eunwoo sudah tidur, ya? " suara Somi memecah keheningan, Jeongguk mengedikkan bahu.
"Sudah, ia tertidur lelap disaat aku masih mendongengkannya sebuah cerita. " jawab Jeongguk. Somi menganggukkan kepala mengerti, lalu menarik napas berat dan menghembuskannya.
"Apa Daddy dan Mommy sudah tidur? " tanya yang lebih muda, yang lebih tua menatap Somi aneh.
"Kau tidak dengar jika Mommy dan Daddy tadi pamit untuk berkunjung ke rumah paman George? " kesal Jeongguk, adiknya itu terlalu mengabaikan keadaan sekitar ketika sudah memegang ponselnya.
Somi mengeluarkan cengiran tanpa dosa, mengangkat kedua tangan, "Sorry sist, " maafnya, Jeongguk hanya menggeleng pasrah, mengacak rambut karamel adiknya dengan gemas.
"Ah, sepertinya Mommy dan Daddy sudah pulang. " lirih Jeongguk, telinganya menangkap suara mesin mobil yang tengah diparkirkan. Somi menatap kakaknya.
Sayup-sayup suara langkah kaki terdengar mendekati pintu, lalu pintu rumah terbuka setelah sebuah kunci diputar dari luar. Sosok Seokjin dan Namjoon terlihat di manik Jeongguk dan Somi.
"Welcome home, Mom, Dad. " sapa Jeongguk diikuti anggukan adik perempuannya. Seokjin menatap putri-putrinya tajam, seakan bertanya tanpa suara mengapa dua putrinya itu belum tidur.
Jeongguk mengedikkan bahu, "aku berjaga-jaga, menunggu kalian pulang. Lagipula aku sulit tidur karena kedinginan. " belanya. Sedangkan Somi menatap ibunya polos.
"Aku kehilangan sinyal. " katanya, berhasil membuat Seokjin memutar bola mata.
"Ah, Mommy mendapatkan ini tadi. Paman George memberikan beberapa sachet cokelat panas. Cocok sekali diminum di cuaca seperti ini. " Seokjin terlihat kegirangan menunjukkan sebuah kotak berisi bubuk cokelat. Jeongguk berjalan mendekat, berniat membantu ibunya membuat cokelat panas untuk mereka berempat.
"Eunwoo sudah tidur? " Namjoon bertanya, Jeongguk menoleh, menatap ayahnya dan mengangguk. Namjoon mengangguk puas, lalu memilih untuk menghempaskan tubuhnya di sebelah Somi. Gadis itu tengah mengotak-atik ponselnya dengan wajah merenggut.
Namjoon terkekeh, mengusak rambut Putri keduanya dan turut mengeluarkan ponselnya dari saku. "Kata George akan ada badai. Karena itu sinyal disini menghilang. " terang ayah beranak tiga itu. Somi membulatkan bibirnya dan memilih untuk menyenderkan kepala ke bahu ayahnya manja.
Di dapur, Jeongguk menuangkan air panas ke empat mug putih berisi bubuk cokelat. Sedangkan Seokjin terlihat tengah mencari sesuatu di lemari kayu. Melihat ibunya yang sibuk sekali, Jeongguk mendekatinya setelah menuangkan air panas ke semua mug.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear
Terror[Finished] Semua bermula dari kepindahan mereka sekeluarga ke sebuah kota terpencil yang begitu jauh dari ibukota. Menuruti saran sahabatnya, sang kepala keluarga memutuskan untuk pindah rumah ke sebuah rumah kosong di kota tersebut. Tanpa menyada...