☠ Fear | O8

335 45 0
                                    

Jeongguk nyaris memekik dan refleks menahan napasnya ketika tiba-tiba Taehyung bangkit dan mencengkram dagunya kuat-kuat, gadis itu meringis. Merasa ketakutan ketika tatapan mata Taehyung benar-benar tajam menghunus onyx hitamnya.

"T-Taeh-" bola mata Jeongguk semakin membulat ketika Taehyung menghempaskan dagunya dan berganti mengukung tubuhnya, bola mata Jeongguk bergetar. Di masing-masing sisi kepalanya terkurung kedua lengan Taehyung yang tertutup hoodie.

Ketika Taehyung hendak membuka suara, lirikan matanya tiba-tiba terfokus pada buku gambar Jeongguk yang terbuka di atas rerumputan. Pemuda itu membulatkan kedua matanya, melepas kukungannya dan menyabet buku gambar Jeongguk. Menatap gambar Jeongguk lamat-lamat.

Jeongguk baru saja bernapas lega, ketika Taehyung langsung mencengkram lehernya, membuat napasnya sesak. Gadis itu menggeliat, matanya mulai berair ketika pasokan udara ke paru-parunya ditahan begitu kejam oleh Taehyung.

"Darimana kau tahu perempuan ini, Jeongguk?! " geram Taehyung, pemuda itu mencengkram leher Jeongguk dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya lagi menodongkan gambaran Jeongguk ke depan wajah gadis itu.

"D-dari m-mimpi. " jawab Jeongguk lirih, dadanya benar-benar sesak ketika Taehyung tak juga melepaskan cengkraman di lehernya, gadis itu menurunkan kedua tangannya yang semula mencakari lengan Taehyung.

Pada akhirnya Jeongguk mengais napas dengan rakus ketika Taehyung melepaskan cengkramannya dan terfokus pada buku gambarnya, gadis berambut hitam itu menatap Taehyung takut-takut. Tetapi rasa iba langsung menyeruak ketika mendapati sosok Taehyung menunduk dengan bahu bergetar sembari memeluk buku gambarnya.

Jeongguk menyeret tubuhnya mendekati Taehyung, sedikit ragu tangannya ia angkat untuk mengelus bahu pemuda yang tengah terisak itu. Jeongguk benar-benar tak mengerti mengapa Taehyung tiba-tiba mencekiknya, menyakitinya, dan menangis tiba-tiba seperti ini. Yang Jeongguk pahami adalah Taehyung memiliki sesuatu dengan sosok perempuan yang ia gambar tadi.

Seseorang di mimpinya.

"T-Tae Eh?!! " niat hendak memanggil nama Taehyung agar pemuda itu menatapnya, Jeongguk malah memekik terkejut ketika pemuda itu menarik lengannya dan menenggelamkan wajah ke bahu Jeongguk. Gadis itu mematung dengan mata membulat kaget.

Jantungnya makin berdegup kencang ketika Taehyung bergerak mengusapkan wajah ke bahunya, meremat kedua pinggangnya dengan pelukan lengan Taehyung. Gadis berambut hitam itu dengan kikuk menggerakkan tangan kirinya untuk memeluk pinggang Taehyung balik, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menepuk halus punggung Taehyung.

Padahal jaket jeans yang Jeongguk gunakan cukup tebal, tetapi gadis itu bisa merasakan dingin karena air mata Taehyung merembes sampai kulit bahunya. Jeongguk kebingungan setengah mati, ia tak tahu harus apa saat ini. Taehyung sudah tak terisak lagi, tapi pemuda itu terlihat enggan melepas pelukan hangat Jeongguk.

Pada akhirnya pemuda itu melepas pelukannya, mengabaikan tatapan intens Jeongguk padanya dan memilih meraih buku gambar Jeongguk. Pemuda itu menatap sendu sketsa wajah di kertas putih berukuran A5 itu.

"Dia ibuku. " jelas Taehyung singkat tanpa diminta. Jeongguk sontak membulatkan kedua matanya, menatap Taehyung yang tengah tersenyum miris tak percaya.

"I-ibumu..? " cicitnya pelan, gadis itu benar-benar tak mengetahui jika perempuan yang datang ke mimpinya itu merupakan ibu Taehyung.

"Dia sudah pergi, bersama dengan ayah dan kakakku. " Jeongguk terdiam, sedikit ambigu mendengar kalimat Taehyung kali ini. Pergi? Pergi kemana?

"Mereka tak akan pernah kembali, meskipun aku berdoa berkali-kali. "

Jeongguk mengigit bibir bingung, tak ada yang bisa ia lakukan untuk menghibur Taehyung saat ini. Dirinya benar-benar payah dalam menangani seseorang yang tengah bersedih. Jeongguk berjengit ketika Taehyung menepuk bahunya dan menatapnya serius.

"Dimana kau melihat ibuku? " tanya Taehyung dengan suara beratnya. Jeongguk menunduk, membuka belah bibirnya untuk menjawab pertanyaan yang Taehyung lontarkan.

"A-aku bermimpi. " katanya, sedikit melirik Taehyung yang menatapnya tajam, seakan menunggu penjelasan yang Jeongguk berikan.

Gadis itu menarik napas, lalu melanjutkan ceritanya. "Wanita itu- mendiang ibumu ada di kamarku, d-dia menatapku sendu. Saat aku mundur ke belakang, ia mencengkram kedua tanganku, l-lalu.. "

Napas Jeongguk tercekat mengingat bayangan sosok menyeramkan yang ia lihat dalam mimpinya semalam, seakan mengerti kondisi Jeongguk, Taehyung bergeser, menempatkan diri didepan Jeongguk dan merengkuh tubuh gadis itu. Menempelkan kepala Jeongguk ke dadanya. Jeongguk refleks mengangkat kedua tangannya, mencengkram hoodie Taehyung sebagai pegangan.

"Lalu.. I-ia.. Matanya menghitam, b-bibirnya juga.. L-lalu.. " Taehyung makin menekan kepala Jeongguk ke dadanya agar gadis itu merasa nyaman untuk melanjutkan.

"M-makhluk itu menjerit di depanku, mengeluarkan aura berwarna hitam yang membuat napasku sesak. " selesai menjelaskan, isakan mulai terdengar dari Jeongguk. Gadis itu ketakutan, ia benar-benar takut jika mimpi itu kembali terulang malam ini.

Sedangkan Taehyung memeluk Jeongguk dalam diam dan menatap ke arah depan dengan tajam. Tampak memikirkan sesuatu yang tak bisa orang lain ketahui.

Perlahan, Jeongguk memundurkan tubuhnya, melepaskan dekapan Taehyung dari tubuhnya. Matanya terasa lengket karena air mata yang tadi ia keluarkan. Gadis itu menatap hoodie Taehyung bagian dada, terlihat lebih gelap, tanda jika kain itu basah.

"M-maaf.. " gumam Jeongguk, Taehyung mengangkat sebelah alisnya, lalu mengedikkan bahu. "Bukan masalah, lagipula aku juga membasahi bahumu tadi. " katanya.

Jeongguk terdiam, menggaruk rambutnya yang tiba-tiba terasa gatal, lalu menatap Taehyung yang tengah mengamati lukisannya. "U-um.. K-kalau mau, kau bisa merobek halaman itu.. " cicit gadis itu.

Taehyung menoleh, menatap gadis yang bersamanya dan menggeleng, menyerahkan buku gambar berukuran A5 kepada pemiliknya. "Simpan itu, jangan biarkan orang lain melihatnya. Hanya aku dan dirimu yang boleh melihatnya. " perintah Taehyung, yang entah mengapa Jeongguk menurut, mengiyakan.

"Dan tentang panggilan, kau boleh memanggilku Taehyung ketika kita hanya berdua saja. Tetapi ketika ada yang lainnya, kuharap kau memanggilku Jack seperti awal. "

Jeongguk menatap wajah Taehyung, lalu mengangguk. Entah apa alasannya, tapi ia sepertinya memang sudah jatuh pada pemuda bermata hazel ini.

"Sebentar lagi siang, akan terasa panas disini, lebih baik kita pulang. " kata Taehyung datar, pemuda itu kemudian berdiri dan menepuk celana bagian belakangnya, lalu mengulurkan tangan kepada Jeongguk untuk membantunya berdiri dan diterima oleh gadis itu.

"Terima kasih. " lirih Jeongguk, yang dibalas anggukan kepala oleh Taehyung. "Sama-sama, " sahut pemuda itu datar.

Selama perjalanan, mereka kembali terdiam. Masing-masing menikmati pemandangan yang mereka bisa pandang. Sampai Jeongguk mengingat sesuatu. "Tentang bibi Irina.. Apakah ibu bibi Irina memang sudah tua? " tanya gadis itu tiba-tiba.

Taehyung terlihat mengangkat sebelah alisnya, "yep, ibu dari bibi Irina memang sudah tua. " jawabnya. Jeongguk mengerucutkan bibirnya. "Memangnya kenapa? " Taehyung bertanya.

"Itu.. Tadi waktu Somi memakan sup buatan ibunya bibi Irina, sesuatu seperti gigi raksasa menusuk langit-langit mulutnya. Pasti bocah itu kesulitan makan sekarang. " terang Jeongguk, gadis itu tak menyadari tubuh Taehyung yang menegang sedetik kemudian kembali rileks.

"Ibunya bibi Irina.. Tidak sengaja kan? " Taehyung menatap gadis disampingnya, gadis itu terlihat menghawatirkan saudarinya, sangat jelas terlukis diwajahnya. Melihat itu Taehyung seperti merasakan dejavu.

"Pastinya tidak. " bantah Taehyung datar. Entah mengapa tetapi Jeongguk sedikit menyadari jika nada suara Taehyung terdengar berubah-ubah.

"Sudah sampai rumahmu, aku pergi. "

Jeongguk terdiam di halaman rumahnya, memeluk buku gambar A5 nya erat dan menatap punggung tegap Taehyung yang semakin mengecil. Gadis itu menghela napas.

"Sesuatu terasa aneh. " gumamnya kecil.

tbc.
© xeanoona

Fear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang