Sebelum membaca alangkah baiknya klik bintang 🌟 yang berada di pojok bawah ;)
Tinggalkan komentar juga diakhir
Terima kasih dan Selamat membaca ❣️
— oOo —
Ponsel milik Dava berdering. Dava mengambil ponselnya yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya lalu Ia mengangkat panggilan suara dari Eman.
"Gue udah nemu yang namanya Jerom. Sekarang gue sama Austin lagi di Cafe deket rumah Jerom. Alamatnya nanti gue kirim ke lo," ucap Eman.
"Oke," Dava memutuskan sambungan suaranya dan langsung bergegas setelah Eman mengirim alamat rumah Jerom.
°°°
Setengah jam perjalanan. Dava datang bersama Samuel ke alamat yang Eman kirimkan.
Keduanya masuk ke dalam Cafe lalu menghampiri Eman dan Austin. "Gimana?" tanya Dava sembari duduk di kursi kosong, begitu juga dengan Samuel yang duduk di sampingnya.
Eman memberi foto orang tersebut, "Ini foto orangnya," ucap Eman. "Soal nomor telpon kemarin. Nomor itu gak terdaftar, dan gak ada," lanjut Eman.
"Buat apaan lo nyari tau tentang Jerom?" tanya Austin sembari mengunyah burgernya.
Belum sempat Dava menjawab pertanyaan Austin, Eman melihat seorang keluar dari rumah yang berada di sebrang jalan tidak jauh dari tempat mereka berkumpul sekarang. "Itu orangnya keluar," tunjuk Eman.
Dengan cepat, Dava keluar dari Cafe lalu menghampiri orang tersebut. Disusul Eman, Austin dan Samuel.
Dava menarik kerah baju cowo tersebut dan membawanya ke tempat sepi. Dava memojokannya ke tembok, "Gimana lo bisa kenal Jian?!" tanya Dava langsung.
"Jian siapa?" tanyanya bingung.
"Lo Jerom kan? Gue tanya gimana lo bisa kenal sama Jian!"
"Gue gak tau. Maksud lo Jian siapa? Gue gak kenal sama Jian yang Lo sebut-sebut itu," ucapnya jujur sembari berusaha melepaskan tangan Dava yang mencengkram kerah bajunya. "Lepasin tangan lo dari baju gue."
Dava yang gampang emosi pun menonjok Jerom tepat di sudut bibirnya sehingga sudut bibir Jerom mengeluarkan darah segar, "Bukan itu jawaban yang gue mau. Nggak mungkin lo gak kenal sama Jian, sedangkan Jian nyariin lo terus!"
"Gue benar-benar gak tau Jian siapa yang kalian maksud!" teriak Jerom.
"Serius lo gak kenal? Jian Cornelez, Hawwas School?" tanya Austin pada Jerom.
Jerom menggeleng, karena dirinya benar-benar tidak kenal dengan Jian yang dimaksud oleh orang yang ada dihadapannya saat ini. Dava masih memegang kerah baju Jerom.
"Gue juga gak tau Jian siapa. Gue gak pernah ketemu sama yang namanya Jian. Kalian salah orang," jelas Jerom.
Dava melirik Eman memastikan kalau Eman tidak salah mencari informasi. Eman menggeleng karena tau arti tatapan Dava.
Informasi yang Eman cari tidak akan pernah salah. Hanya ada 2 dengan nama Jerom di kota ini. Orang yang sedang dihadapan mereka dan satunya lagi Jerom yang sudah berusia 65 tahun. Tidak mungkinkan Jian memanggil kakek-kakek dengan nama asli. Itu tidak sopan.
"Argh sialan," teriak Dava melepaskan cengkraman tangannya dari kerah baju Jerom. "Cabut," suruh Dava lalu pergi dari tempat itu.
"Sorry, bro," ucap Samuel menepuk bahu Jerom lalu menyusul Dava, Austin dan Eman yang sudah pergi duluan.
Jerom mengelap bibirnya yang mengeluarkan darah segar, "Siapa Jian itu," gumamnya.
°°°
Dava menaruh paperbag kecil di hadapan Jian yang sedang duduk di kantin dengan Luby. Jian bingung kenapa Dava tiba-tiba menaruh paperbag di hadapannya.
"Pake. Gak usah pinjem-pinjem punya orang lain, apalagi punya Bayu," setelah mengucapkan kalimat itu, Dava langsung pergi meninggalkan Jian yang menatapnya dengan sangat bingung.
Jian mengambil dan melihat isi paperbag yang Dava berikan. Luby yang penasaran juga ikut melihat isinya. Luby menutup mulutnya dengan kedua tangan saat Jian mengeluarkan isi dari paperbag tersebut. Ponsel.
"Aku tau Dava emang kaya. Tapi aku gak sangka dia bakal kasih kamu ponsel keluaran terbaru, Jian!" ucap Luby bersemangat.
Jian menengok ke belakang mencari keberadaan Dava. Tapi Dava sudah tidak terlihat.
"Gue cari Dava dulu," ucap Jian lalu pergi mencari Dava.
°°°
Jian masuk ke dalam kelas Dava dan mengembalikan paperbag yang Dava berikan tadi.
"Kenapa dibalikin?" tanya Dava.
"Gak butuh," jawab Jian.
"Lo butuh ini Jian," ucap Dava, "Kalo ada apa-apa lo bisa hubungin gue," lanjutnya.
Bel pelajaran selanjutnya berbunyi.
"Tuh bel udah bunyi. Anak rajin kaya lo gak mau kan ketinggalan pelajaran, udah sana ke kelas," suruh Dava, "bawa paperbagnya, sana, sana."
"Gak usah, gue gak butuh," Jian tetap menolak.
"Gue gak terima penolakan," ucap Dava memberikan paperbagnya ke tangan Jian.
Dengan terpaksa Jian membawa paperbag yang Dava berikan.
"Hai, Jian," sapa Bayu yang berpapasan dengan Jian saat masuk ke dalam kelas, "Habis ngapain?" tanyanya.
"Gue habis-"
"Jian," panggil Dava sengaja agar Jian tidak mengobrol dengan Bayu. Jian menoleh ke arah Dava yang memanggilnya.
"Buru keluar," suruh Dava agar jian cepat-cepat keluar.
"Rewel," ucap Jian.
"Gue duluan ya Bay," pamit Jian pada Bayu sembari berjalan keluar dari kelas Dava.
Austin menepuk bahu Dava, membuat Dava menoleh, "Sebenernya lo udah putus sama Jian atau belum sih?," tanya Austin penasaran.
"Belum," jawab Dava dengan santai.
— oOo —
Tbc.
Next ?
KAMU SEDANG MEMBACA
JlANLAND [END] PRE-ORDER!
Teen FictionKetika Jian terbangun, Jian sudah berada di tempat yang berbeda. Tempat yang sangat Jian kenal dalam imajinasinya sendiri. Jian berada di dalam dunia novel yang ia ciptakan sendiri. Alur cerita dalam novelnya juga mulai berubah. Bagaimana caranya ag...