9. BUNGA

10.4K 1K 32
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya klik bintang 🌟 yang berada di pojok bawah ;)

Tinggalkan komentar juga diakhir

Terima kasih dan Selamat membaca ❣️

- oOo -

Kedua alis Jian mengernyit saat dirinya membuka loker untuk mengambil seragam olahraga. Jian melihat buket bunga di lokernya. Padahal saat Jian menaruh seragamnya tadi pagi, tidak ada bunga di lokernya.

Bunga yang ada di loker Jian juga bukan bunga bagus, indah dan segar seperti biasanya. Tapi bunga yang sudah layu dan mati.

Jian mengambil buket bunga tersebut. Jian mencari siapa yang menaruh bunga ini di lokernya, namun tidak ada kartu pengirim ataupun surat di dalam buket tersebut. Lantas siapa yang menaruh buket bunga ini di lokernya.

Jian melihat sekeliling kali saja ada yang mencurigakan atau sekedar iseng menaruh buket bunga yang sudah layu di lokernya, namun nyatanya tidak ada yang mencurigakan disekitarnya.

“Kenapa celingak-celinguk gitu?” tanya Luby yang disampingnya.

“Gak kenapa-kenapa.”

Luby melihat bunga yang sedang dipegang Jian, “Apaan itu? Buket bunga? Kok pada layu semua? Kamu gak pernah buka-buka loker kamu ya, makanya bunganya jadi pada layu. Pasti dari Dava kan?” tanya Luby.

“Mungkin,” jawab Jian, dirinya juga tidak yakin. Mungkin Luby benar. Buket bunga itu dari Dava yang menaruhnya secara diam-diam, tapi kenapa Dava memberinya bunga, dan itu juga bunga yang sudah layu.

“Yaudah ayo ganti pakaian,” ajak Luby.

Jian mengambil seragamnya lalu ia berganti pakaian di ruang fitting room khusus siswi sambil membuang buket bunga tersebut di tong sampah luar kelasnya.

°°°

“Jian!” teriak Dava memanggil Jian.

Kebetulan yang sangat Jian benci. Hari ini kelas Sosial 3 dan Kelas Bahasa 2 akan melakukan kelas olahraga bersama dikarenakan Pak Rido yang sedang absen. Jadi kelas Sosial 3 sekalian ikut olahraga dengan Pak Akmal di kelas Bahasa 2.

“Woi Jian, denger gak?!” panggil Dava sekali lagi.

Jian mencari keberadaan Pak Rido, namun, Jian tidak menemukannya.

Please jangan hari ini, batin Jian.

Jian ingat salah satu adegan yang ada di novel karyanya. Saat Pak Rido tidak ada dan kelas Sosial 3 ikut bergabung dengan kelas Bahasa 2. Hari dimana Jian menjadi babu Dava, karena Jian kalah taruhan lari dengan Dava.

Sudah jelas karakter Jian lemah dan sudah dipastikan Jian akan kalah tapi tetap saja Jian masih menerima tawaran Dava yang mengajaknya lomba lari. Memang bucin.

Dava menghampiri Jian yang sedari tadi diam saja tidak menyaut panggilannya. Dava merangkul Jian.

“Dipanggil malah diam aja,” ucap Dava.

Sialan, bocah satu ini udah mulai basa-basi. Gue hanya harus menghindar, batin Jian.

Jian melepaskan rangkulan Dava dari bahunya. Dava membenarkan posisinya.

“Kok dilepas padahal kan jarang-jarang gue mau begini ke lo,” ucap Dava. Jian malas mendengar perkataan Dava.

“Gue punya ide, gimana kalo hari ini kita–”

JlANLAND [END] PRE-ORDER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang