Sebelum membaca alangkah baiknya klik bintang 🌟 yang berada di pojok bawah ;)
Tinggalkan komentar juga diakhir
Terima kasih dan Selamat membaca ❣️
-oOo-
Jian terdiam ketika melihat setangkai bunga yang berada di atas meja sekolahnya. Tidak ada kartu pengirim seperti kemarin saat ia menerima sebuket bunga. Jian melihat sekeliling, namun hanya ada beberapa orang saja yang berada di kelas.
"Ria, tadi lo lihat ada orang yang taruh ini di meja gue?" tanya Jian kepada teman sekelasnya sembari menunjukan bunga tersebut.
"Gue gak merhatiin," jawab Ria sembari menghendikan bahu.
"Pagi, Jian!" teriak Luby yang berjalan masuk ke dalam kelas sembari menghampiri Jian.
Luby melihat bunga yang di pegang oleh Jian, "Ciee~ bunga dari siapa tuh? Pasti dari Dava ya."
"Gue juga gak tau dari siapa."
"Yah pasti dari Dava lah. Emangnya siapa lagi coba yang berani ngasih kamu bunga selain Dava. Gak akan ada yang berani, Jian. Bisa-bisa bonyok sama Dava," ucap Luby.
"Menurut lo gitu?" tanya Jian dijawab anggukan oleh Luby.
°°°
"Dava," panggil Jian.
Jian dan Luby menghampiri Dava yang sedang duduk di kantin bersama Samuel, Eman dan Austin. Eman yang sangat peka langsung berdiri dan pindah ke sisi kiri Dava agar Jian duduk di sisi kanan Dava. Samuel dan Austin juga menggeser badannya sedikit sehingga luby duduk di depan Jian, samping Austin.
"Makasih," ucap Luby pada keduanya.
"Ada apa?" tanya Dava.
"Gue mau nanya sama lo," ucap Jian.
"Nanya sebenarnya apa hubungan kita ini, eaaaa," ledek Austin.
Eman yang mendengar Austin pun melempari satu bungku pilus karena berisik. Austin dengan refleks yang cepat pun menangkap sebungkus pilus yang dilempar dari Eman.
"Weh, biasa aja ngelemparnya. Kalo kena cewek di samping gue gimana," ucap Austin.
"Gak kenapa-kenapa kan lo? Pasti kaget ya?" tanya Austin pada Luby, "Btw, nama lo siapa?" modusnya sekalian.
"Luby," ucapnya "Aku juga gak kaget, biasa aja kok," jawab Luby.
"Ye malah ngegodain anak orang lo," ucap Eman.
Jian tersenyum kecil. Sedangkan Dava menatap Austin dan Eman secara bergantian dengan tatapan tajam.
"Bisa diem gak lo berdua," suruh Dava.
"Mending kalo mau ngobrol jangan disini. Lo tau kan temen lo pada berisik," ucap Samuel. Luby yang baru pertama kali mendengar Samuel berbicara panjang lebar pun terkesima.
"Ikut gue," ucap Dava sembari bangun meninggalkan area kantin. Jian mengikuti Dava yang berjalan di depannya.
"Mau nanya apa?" tanya Dava saat sudah merasa jauh dari area kantin.
"Hm, beberapa hari ini lo ngasih gue sesuatu gak?" tanya Jian ragu.
"Iya," jawaban Dava membuat Jian membelalakkan matanya. Jadi selama ini Dava yang memberi buket bunga dan satu tangkai bunga tadi pagi. Tapi untuk apa semua itu.
"Kenapa mata lo?" tanya Dava, "Bahkan lo tau kalau gue ngasih lo ponsel," lanjutnya.
"Ponsel?" Jian sedikit bingung karena yang Jian maksud bukan ponsel yang Dava berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JlANLAND [END] PRE-ORDER!
Novela JuvenilKetika Jian terbangun, Jian sudah berada di tempat yang berbeda. Tempat yang sangat Jian kenal dalam imajinasinya sendiri. Jian berada di dalam dunia novel yang ia ciptakan sendiri. Alur cerita dalam novelnya juga mulai berubah. Bagaimana caranya ag...