26. PACAR

3.9K 405 20
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya klik bintang 🌟 yang berada di pojok bawah ;)

Tinggalkan komentar juga diakhir

Terima kasih dan Selamat membaca ❣️

–oOo–

Jian buru-buru bergegas keluar setelah Dava memberitahunya kalau lelaki itu sudah menunggunya di bawah. Ketika membuka pintu, Jian terdiam selama beberapa detik melihat buket bunga yang lagi-lagi berada di depan pintunya.

Padahal Jin baru saja pindah ke apartment ini tadi malam, jadi bagaimana pengirim tersebut bisa tau tempat tinggal Jian yang baru. Apakah pengirim tersebut mengikuti Jian tanpa sepengetahuannya.

Tapi kemarin dirinya tidak merasa diikuti oleh siapapun, kecuali orang yang mencurigakan saat satu lift dengannya tadi malam. Orang yang berpakaian warna serba gelap menggunakan topi dan masker. Orang tersebut juga menuju lantai 12 jadi Jian tidak merasa diikuti olehnya.

Lalu bagaimana cara pengirim bunga tersebut tau alamat tempat tinggal Jian yang baru dalam semalam, sedangkan dirinya tidak menemukan bukti apapun tentang pengirim bunga misterius ini.

Jian mengambil bunga tersebut kemudian langsung membuangnya di tempat sampah samping lift, setelah itu Jian menemui Dava yang sudah menunggunya di depan.

°°°

“Seriusan?!” tanya Luby sambil berteriak setelah Jian menceritakan apa yang terjadi tadi pagi di apartmentnya saat ia mendapat bunga seperti biasa.

Jian langsung menutup mulut Luby dengan tangannya. “Jangan teriak-teriak,” kemudian Jian melepas tangannya yang menutupi mulut Luby.

“Maaf, maaf,” ucap Luby karena terkejut mendengar cerita Jian. “Masa secepat itu dia tau tempat tinggal kamu yang baru? Aku aja gak tau,” lanjutnya.

Jian menyeruput es teh kotak miliknya. Keduanya sedang duduk di kursi yang berada di luar kelas sembari sesekali memandang murid yang berlalu lalang saat jam istirahat.

“Kamu mikirnya masih Samuel kan yang ngirim bunga-bunga itu? Kenapa gak kamu tanya langsung aja, siapa tau emang bener Samuel yang ngirim bunga itu terus nanti dia kasih tau alesannya kenapa dia kasih bunga-bunga itu ke kamu,” saran Luby.

“Gue gak bisa nanya langsung ke Sam tanpa bukti.”

“Tanya apaan?” tanya Dava yang menyela pembicaraan Jian dan Luby yang membuat keduanya menengok ke arah Dava.

“Bukan apa-apa,” jawab Jian.

Dava menatap Jian dengan curiga, namun hanya sebentar. “Gue boleh kan pinjam temen lo ini kan?” tanyanya pada Luby.

“Ah iya boleh kok boleh, kenapa nggak,” ucap Luby kemudian ia masuk ke dalam kelas membiarkan Jian dan Dava untuk berbicara. Dava duduk di samping Jian.

“Ada apa?” tanya Jian sembari menatap lurus ke depan. Dava hanya menatap Jian tanpa menjawab pertanyaan dari Jian.

“Kok diem aja-“ pandangan Jian dan Dava bertemu. Cowok itu tersenyum kepada Jian, melihat Dava yang menatapnya sambil tersenyum Jian segera mengakhiri kontak mata dengan Dava. Jian merasa malu ditatap terang-terangan seperti tadi, ia merasa pipinya mulai memanas, entahlah itu yang ia rasakan saat ini.

Jian berdeham untuk menetralkan dirinya yang gugup. “Ngapain sih ngelihatin terus,” ucapnya sembari menatap kedepan.

“Emangnya gak boleh?”

“Nggak.”

“Tenyata lo emang cantik ya kalo diperhatiin,” ucap Dava jujur.

Jian semakin tersipu, ia memukul bahu Dava setelah mendengar ucapan Dava, pukulannya terbilang kuat bagi Jian tapi tidak bagi Dava. “Nggak ada kerjaan banget sih, ngapain lihatin gue terus, tuh lihat aja tanaman yang di depan lo,” ucapnya sambil menunjuk tanaman yang ada di depannya.

JlANLAND [END] PRE-ORDER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang