Sebelum membaca alangkah baiknya klik bintang 🌟 yang berada di pojok bawah ;)
Tinggalkan komentar juga diakhir
Terima kasih dan Selamat membaca ❣️
–oOo–
“Mau ngapain sih?” tanya Jian setelah keduanya sampai disebuah gedung apartment. Jian tau kalau gedung ini gedung yang mengatasnamakan milik Dava. Jian juga tau kalau Dava tinggal disini.
“Mau ngapain sih Dav?” tanyanya sekali lagi. Dava tetap diam dan berjalan masuk ke dalam lift yang sudah terbuka. Sedangkan Jian masih tetap berdiri di luar lift.
“Ngapain masih berdiri disitu. Cepetan masuk,” suruh Dava.
Jian menggeleng dan berkata, “Nggak. Sebelum lo bilang mau ngapain kita kesini.”
Dava menekan salah satu tombol di dalam lift agar pintunya tidak jadi tertutup. Dava keluar kemudian menarik Jian agar masuk ke dalam lift. Pintu lift tertutup, Dava menekan tombol angka 9.
Keduanya terdiam. Jian sangat ingin menendang Dava karena tidak berbicara ataupun menjawab semua pertanyaannya yang ia tanyakan tadi.
Jian menarik nafas panjang. “Lo nggak mau macem-macem kan sama gue?” tanyanya curiga.
“Nggak lah, emangnya lo pikir gue sebrengsek itu,” jawab Dava.
“Terus ngapain? Tempat tinggal lo disini kan?” tanya Jian bertepatan dengan pintu lift yang terbuka, lalu keduanya keluar.
Jian mengikuti Dava yang berjalan di depannya sembari memasang raut wajah kesal karena Dava mengabaikan pertanyaannya lagi. Sekarang keduanya berdiri di depan pintu apartment. Dava mencoba memasukan kode pada pintu tersebut.
Jian melihat angka yang tertempel di pintu.
Bukannya Dava tinggal di kamar 107? Kok dia malah ngebuka kode kamar nomor 108, batin Jian bertanya sendiri.
“Kodenya 2106, inget itu,” ucap Dava.
“Ngapain ngasih tau ke gue?” tanya Jian walaupun Jian juga sudah tau kodenya, karena itu tanggal lahir Dava.
“Masuk,” Dava tidak menjawab Jian lagi malah menyuruhnya ikut masuk. Jian mengikuti Dava ke dalam. Kesan pertama saat Jian masuk ke dalam adalah sangat kosong, tidak ada satu pun barang pribadi, hanya ada beberapa barang yang disiapkan oleh gedung ini.
Lelaki itu duduk di sofa. “Gimana?” tanyanya pada Jian yang masih berdiri sambil melihat sekeliling walaupun tidak ada banyak yang dapat ia lihat.
“Ya lumayan buat orang kaya lo, rapih juga walaupun agak kosong,” ucapnya jujur. “Barang-barang pribadi lo di kemanain? Ini ruangan jadi kosong kelihatannya,” ucap Jian lalu ia ikut duduk di sofa.
“Karena ini bukan kamar gue, makanya kosong.”
Jian mencoba mencerna kalimat yang baru saja keluar dari mulut Dava. Tapi tidak bisa. “Maksudnya gimana? Kalo ini bukan kamar lo kenapa masuk ke sini?”
Gue kira gue yang salah inget sebagai penulis cerita ini, Dava kan emang tinggal di ruangan 107 bukan 108, batin Jian.
“Kamar ini punya lo,” ucap Dava.
Hah? Memangnya Jian punya kamar apartment sendiri? Jian tidak kaya sampai bisa menyewa apalagi membeli kamar apartment sendiri. Jangankan apartment, kost-an saja Jian tidak mampu. Lagipula dirinya tidak pernah membuat Jian Cornelez menyewa apalagi membeli kamar apartment sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JlANLAND [END] PRE-ORDER!
Genç KurguKetika Jian terbangun, Jian sudah berada di tempat yang berbeda. Tempat yang sangat Jian kenal dalam imajinasinya sendiri. Jian berada di dalam dunia novel yang ia ciptakan sendiri. Alur cerita dalam novelnya juga mulai berubah. Bagaimana caranya ag...