Sebelum membaca alangkah baiknya klik bintang 🌟 yang berada di pojok bawah ;)
Tinggalkan komentar juga diakhir
Terima kasih dan Selamat membaca ❣
–oOo–
Dava masuk ke dalam kelas Sosial 5 -kelas Karin- sedangkan Austin dan Eman hanya menunggu di depan pintu kelas, berapa detik kemudian Samuel menyusul, dia juga menunggu di depan pintu.
Seperti Biasa, para perempuan berteriak dalam hati tanpa suara melihat keempatnya yang tiba-tiba datang secara bersamaan ke dalam kelas mereka. Bagi mereka kedatangan keempat cowok tersebut adalah jackpot untuk hari ini.
“Karin mana?” tanya Dava kepada seluruh siswa yang ada di kelas ini.
“Udah beberapa hari ini Karin nggak masuk. Kenapa nyariin dia?,” jawab Cintya yang merupakan teman sebangku dan teman dekat Karin.
“Kenapa gak masuk?” bukannya menjawab, Dava malah balik bertanya.
Cintya menghendikan bahu. “Nggak tahu. Sakit kali, coba aja lo jenguk sana,” ucap Cintya.
Dava langsung keluar dari kelas itu dan menghampiri ketiga temannya. “Sial. Kenapa pake acara nggak masuk segala sih,” gumamnya merasa kesal.
Tangan Dava mengambil ponsel dari kantung celananya. Dava mulai mencari nomor Karin di ponselnya dan mencoba menelponnya. “Angkat coba,” gumamnya sendiri karena tidak ada tanda-tanda dari sang penerima untuk mengangkatnya.
“Giliran lagi diperluin tuh anak malah gak ada,” ucapnya sambil melihat ponselnya.
“Bener banget. Biasanya selalu nongol tanpa diundang sambil bilang ‘Hai Dava, hari ini kamu pulang sama aku ya’ hahaha,” ucap Austin yang menirukan kalimat dan suara Karin sama persis.
“Gile, cocok banget lo Tin sama dia, hahaha,” tawa Eman meledak.
“Kalo dia mau sih ya gapapa hahaha.”
“Lagi pada ngapain disini?” tanya Jian yang tiba-tiba muncul.
“Astaga, kaget gue,” ucap Austin mengusap dadanya lebay atas kedatangan Jian yang tiba-tiba.
“Kamu sendiri ngapain disini?” Dava balik bertanya kepada Jian.
“Cuma lewat. Mau nyari Luby. Kalau kalian?” tanya Jian lagi karena merasa pertanyaannya belum dijawab.
“Habis ketemu friend di kelas ini,” ucap Eman sambil menunjuk kelas Sosial 5.
Jian mengangguk. “Yaudah, kalo gitu gue nyari Luby dulu.”
Dava mencegah saat Jian baru saja mau mencari Luby. “Kamu lagi gak sibuk kan?” tanya Dava.
“Nggak sih, tapi aku mau nyari Luby. Kenapa?”
“Ikut aku sebentar,” Dava menggenggam tangan Jian lalu membawanya Jian duduk di salah satu bangku dekat dengan ruang musik. Ruangan yang lumayan sepi karena hanya dipakai saat ada pelajaran atau lomba musik saja.
“Kenapa kamu gak bilang kalau kamu lagi diteror,” ucap Dava langsung to the point. Dava rasa sudah saatnya Jian harus memberitahunya agar masalah ini tidak sampai ke hal yang tidak ia inginkan.
“Hah? Aku nggak pernah bilang kalau aku diteror tuh.”
“Karena kamu gak pernah bilang. Aku jadi gak tau. Aku kan udah bilang ke kamu, ceritain semuanya ke aku. Aku bisa bantu kamu Jian.” ucap Dava. “Sejak kapan kamu diteror pake bunga-bunga gitu?” tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JlANLAND [END] PRE-ORDER!
Fiksi RemajaKetika Jian terbangun, Jian sudah berada di tempat yang berbeda. Tempat yang sangat Jian kenal dalam imajinasinya sendiri. Jian berada di dalam dunia novel yang ia ciptakan sendiri. Alur cerita dalam novelnya juga mulai berubah. Bagaimana caranya ag...