31. SANG PENGIRIM BUNGA

2.7K 301 10
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya klik bintang 🌟 yang berada di pojok bawah ;)

Tinggalkan komentar juga diakhir

Terima kasih dan Selamat membaca ❣

–oOo–

“Lo kan yang kirim bunga ke gue?” tanya Jian pada Samuel

“Bunga lagi?” ucap Samuel sangat peka karena setiap berbicara dengan Jian, wanita itu selalu membahas tentang bunga yang bahkan tidak ia ketahui. “Maksud lo bunga apaan?”

“Bunga lily orange yang lo taruh setiap hari di meja gue.”

“taruh di meja lo? Gue?” tanyanya memastikan. Jian mengangguk. “Nggak pernah,” ucap Samuel lagi.

Jian menatap Samuel dengan serius. “Lo gak bohong kan? Lo gak ngerasa harus bohong dalam situasi sekarang karena bakal ketahuan?”

“Iya. Lagian buat apaan gue ngasih lo bunga.”

“Tapi kenapa lo sering banget ke kelas gue?”

“Gue ada urusan disana, sama Fauzan,” jelas Samuel. “Apa harus gue kasih tahu juga urusan gue?”

Jian menggeleng. “Nggak usah. Nggak perlu sampai ngejelasin urusan lo kok.”

Samuel sebenarnya penasaran dengan masalah bunga yang Jian tanyakan kepadanya. Kenapa wanita itu selalu membahas bunga ketika sedang mengajaknya berbicara. Bahkan kali ini sampai menuduhnya. Tetapi Samuel tahu batasan. Ia tidak mungkin menanyakan itu kepada Jian. Dirinya tidak terlalu dekat dengan Jian, jadi masalah Jian bukan urusannya juga kan.

Jian menilik kedua mata Samuel. Tidak ditemukan kebohongan disana dan juga Samuel sangat santai dalam menjawab pertanyaannya. Jian rasa Samuel memang berkata jujur.

Kalau bukan Sam, terus siapa dong! Kenapa gue gak bisa temuin petunjuk apapun!, batin Jian berteriak.

“Kadang gue merasa kalau lo bukan lo,” ucap Samuel dengan tiba-tiba membuat Jian kebingungan.

“Hah? Ma..maksud lo?” tanya Jian ingin tahu apa maksud dari ucapan Samuel. Tidak mungkinkan Samuel menyadari kalau yang ada di dalam tubuh Jian adalah bukan Jian Cornelez.

“Entah,” ucap Samuel lalu berjalan duluan menuju kantin.

“Hah?! Apaan sih maksudnya!” teriak Jian karena Samuel berlalu begitu saja. “Sam! Samuel! Jawab dulu dong kok malah pergi gitu aja!” teriaknya lagi sambil menyusul Samuel.

°°°

“Hoi,” sapa Dava yang baru datang.

“Duduk,” suruh Samuel.

Keduanya sedang berada di rooftop. Sedangkan Austin dan Eman mungkin masih mengantri makanan di kantin untuk mengisi perut mereka yang meminta diisi oleh makanan.

“Gue mau cerita apa yang Jian bicarain sama gue,” ucap Samuel. Ya temannya yang satu ini memang sangat to the point kalau sedang berbicara.

“Gue kira lo gak mau kasih tau ke gue.”

“Di kantin dan di kelas banyak orang. Gue juga gak tau lo bakal perbolehin Austin sama Eman tau soal ini atau nggak.” jelas Samuel.

Dua hari yang lalu, setelah Samuel dan Jian berbicara. Austin dan Eman meminta Samuel untuk menceritakan apa yang mereka berdua bicarakan, namun Samuel hanya diam tidak menghiraukan kedua temannya yang memaksanya bercerita. Jadi Dava pikir yang mereka bicarakan cukup pribadi. Walaupun dirinya juga cukup penasaran.

JlANLAND [END] PRE-ORDER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang