30. KEPASTIAN

2.4K 250 6
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya klik bintang 🌟 yang berada di pojok bawah ;)

Tinggalkan komentar juga diakhir

Terima kasih dan Selamat membaca ❣

–oOo–

Pagi ini Dava melihat bunga berwarna orange yang sudah layu tergeletak di samping pintu apartment Jian. Dava memandang lama bunga tersebut. Terlihat seperti bunga yang Jian beli tadi malam. Tapi kenapa malah Jian letakan di luar? Bukannya dia bilang kalau menyukai bunga itu.

Pintu apartment terbuka menampilkan Jian yang sudah rapih untuk berangkat sekolah. Jian tersentak, sedikit terkejut saat melihat Dava yang sedang menunggunya.

“Tumben nunggunya di depan pintu,” ucap Jian sambil menutup pintu.

“Ini kenapa bunga yang kamu beli ditaruh di luar?” tanya Dava menghiraukan pertanyaan Jian sebelumnya.

Jian tidak merasa menaruh bunga di luar, ia meletakan bunganya di atas meja. “Nggak kok, bunganya aku taruh di-“ ucapannya terhenti ketika matanya melihat bunga layu yang tergeletak di bawah. Tidak salah lagi, bunga itu adalah bunga yang dikirim oleh sang pengirim misterius.

Jian langsung mengambil bunga tersebut dan berkata, “Oh i-ini mau dibuang. Tadi subuh aku taru dulu disini, na-nanti baru aku mau buang pas berangkat sekolah,” jawabnya dengan terbata-bata.

“Karena layu jadi aku buang. Ternyata aku nggak tau cara ngerawat bunga ini. Kamu tau kan aku beli bunga ini cuma karena suka sama warnanya, hehe,” Jian menggaruk rambut belakangnya yang tidak gatal sama sekali.

“Yuk, berangkat! sekalian aku mau buang bunganya.” ajak Jian.

Dava menaikan sebelah alisnya menatap Jian dengan penuh curiga. “Seriusan nggak ada yang kamu sembunyiin dari aku?” tanyanya. Dava masih kepikiran entah beberapa hari ini Jian selalu membahas bunga, bahkan dengan Samuel. Sepertinya Jian punya masalah yang disembunyikan darinya.

“Nggak ada kok,” jawabnya berbohong. “Udah ayo berangkat, nanti telat,” ucapnya sambil menarik tangan Dava, lebih tepatnya menarik lengan sweater yang Dava kenakan.

°°°

“Harus banget kamu anterin aku sampai kelas?” ucapnya pada Dava karena memaksa ingin mengantar Jian sampai kelas.

Dava mengangguk. “Aku bisa sendiri. Emangnya kamu nggak merasa apa kalau banyak yang ngelihat ke arah kita?” ucap Jian.

Gue gak nyaman banget diliatin begini sama orang banyak, batin Jian.

“Tau kok kalau kamu bisa ke kelas sendiri, tapi apa salahnya kan kalau pacar kamu nganterin sampai kelas? Lagian juga yang lain udah tau kalau kamu pacar aku, jadi wajar dong,” jelas Dava sambil mengacak rambut Jian.

“Kebiasaan!” ucap Jian sambil menatap Dava, kemudian kembali merapihkan rambutnya kembali. Yang ditatapnya malah tertawa.

Para siswi Hawwas school merasa iri dengan Jian karena berhasil mendapatkan Dava kembali. Padahal rumor mereka putus yang tersebar ke satu sekolah itu membuat para perempuan bisa kembali berusaha mendekati Dava ataupun menghalu secara diam-diam seakan Dava milik mereka.

“Paling juga balikan karena taruhan lagi, kalian tau kan kalau Jian dari dulu ngejar-ngejar Dava terus.”

“Iya, lagian mana mau Dava balikan lagi kalau bukan karena taruhan.”

“Dava kan benci banget kalau tuh cewek ngedeketin Dava.”

“Bukannya mereka udah putus ya? Kok bisa balikan lagi.”

JlANLAND [END] PRE-ORDER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang