Sebelum membaca alangkah baiknya klik bintang 🌟 yang berada di pojok bawah ;)
Tinggalkan komentar juga diakhir
Terima kasih dan Selamat membaca ❣️
–oOo–
Dava menggenggam tangan Jian sambil menuntun agar mengikutinya.
“Duduk,” ucap Dava pada Jian yang menyuruhnya duduk. Jian pun duduk diikuti Dava yang duduk di sampingnya.
Keduanya terdiam, tidak ada yang memulai percakapan terlebih dahulu. Menurut Jian ini sungguh canggung mengingat ini adalah hari pertama mereka kembali menjadi pasangan, atau mungkin hari kedua.
Jian berdeham. “Kenapa diem aja, a-aku nunggu kamu bicara dari tadi,” Jian mencoba membuka percakapan terlebih dahulu, menggunakan kata ‘aku-kamu’ baginya sungguh sangat canggung. Jian tidak terbiasa dengan itu.
“Gak ada yang mau kamu bicarain ke aku?” Dava malah bertanya.
“Hah? Kok tiba-tiba nanya gue- maksudnya aku, kan kamu yang ngajak aku kesini,” Jian sedikit heran dengan Dava.
“Gak ada yang lagi gangguin lo kan?” tanya Dava.
“Gangguin aku?” ucap Jian memastikan. Dava mengangguk.
“Gak ada kok,” Jian yang tadinya menghadap ke Dava sekarang menghadap lurus ke depan.
“Serius kan Jian?”
“Iya,” jawab Jian. Ia tidak mungkin kan mengatakan yang sebenarnya tentang teror bunga yang setiap hari dikirim untuknya. Hubungan mereka juga belum sejauh itu sampai Jian harus bercerita kepada Dava, lagipula mereka juga baru memulai hubungannya kembali.
“Sam bilang tadi pagi kamu nanya ke dia tentang bunga. Bener?” tanya Dava.
Jian terdiam, bagaimana Samuel langsung memberitahu Dava tentang kejadian tadi pagi. “Ah.. yang tadi pagi? itu.. hm..,” Jian mencoba mencari alasan yang masuk akal, “Aku kira Sam bawa bunga dari kamu, buat aku. Ternyata engga,” lanjutnya.
Jian melirik Dava berharap agar cowok itu percaya pada ucapannya. “Soalnya aku denger dari anak-anak katanya kamu bawa bunga,” Jian melirik Dava sekali lagi, “Kalau emang kamu bawa bunga pasti itu buat aku kan, hehe,” bohong Jian.
Jian menunggu reaksi dari Dava, namun Dava masih saja menatapnya dengan tatapan tidak yakin. Selang berapa detik mulut Dava membentuk senyuman. Akhirnya Dava tersenyum dan mungkin sudah percaya dengan omong kosongnya.
Tangan Dava mengelus puncak rambut Jian, itu salah satu kebiasaannya. Jian merasa lega karena Dava tidak bertanya lebih lanjut. Detik selanjutnya Dava memeluk Jian yang membuat dirinya sedikit tersentak karena terkejut.
“Dav, ini di sekolahan,” ucapnya sambil melihat sekeliling dengan kikuk, ia khawatir takut kalau ada yang melihatnya.
“Mumpung gak ada yang lewat,” ucap Dava dengan santai. Dava mulai mengelus rambut belakang Jian yang masih dalam pelukannya.
“Kalau ada masalah atau ada yang gangguin kamu bilang ke aku, aku akan samperin siapapun orang yang berani ganggu kamu,” ucap Dava.
“Siapapun itu?” tanya Jian.
“Sekarang kamu pacar aku, Jian. Jadi lebih baik kamu kasih tau semua masalah kamu ke aku supaya aku bisa bantu kamu,” ucap Dava dengan tulus.
“I-iya,” jawab Jian dengan ragu.
Dava tau kalau ada yang Jian sembunyikan darinya, tapi Dava tidak akan memaksa Jian bercerita. Dava akan menunggu sampai Jian bercerita sendiri sampai cewek itu siap untuk bercerita kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JlANLAND [END] PRE-ORDER!
Teen FictionKetika Jian terbangun, Jian sudah berada di tempat yang berbeda. Tempat yang sangat Jian kenal dalam imajinasinya sendiri. Jian berada di dalam dunia novel yang ia ciptakan sendiri. Alur cerita dalam novelnya juga mulai berubah. Bagaimana caranya ag...