🌼🌼🌼
Pagi ini, langit redum. Matahari seolah bersembunyi dibalik awan kelabu. Tetesan air hujan mulai berjatuhan. Mataku memandangi jalanan dari kaca mobil. Tak lama kemudian hujan semakin deras.
Hingga gerbang sekolah terlihatpun, hujan belum berhenti. Aku membentangkan payung lalu berpamitan pada papa.
"Hati-hati Ra."
"Iya pa."Langkahku pelan menghindari genangan air. Murid lain juga mulai berdatangan dengan payung ataupun jas hujan berwarna-warni. Belum sampai menuju lorong, angin berhembus kencang. Aku mempercepat kaki, tepatnya berlari, ingin segera sampai.
Tapi.. nasib sial menimpaku tanpa aba-aba sedetik-pun.
Payungku terbalik oleh angin!
Otomatis, air hujan membasahi rambutku. Bukan itu titik masalahnya. Melainkan rasa malu yang menghantuiku seketika. Semua pasang mata yang melihatku tertawa geli. Bisa dibayangkan keadaanku bersama payung yang justru menjadi menampung air? Astaga rasanya wajahku terbakar ditengah hujan.
Sesampainya di lorong kelas, tanganku dengan cepat berusaha memperbaiki payung menyebalkan ini. Aku berpura-pura bermuka tebal, telingaku sejenak kututup rapat-rapat dari gelak tawa orang yang melintasiku. Setelah bersusah payah, akhirnya aku berhasil menutup kembali payungku. Sial, kenapa payungnya bisa terbalik!
Nafasku terhembus kasar, menaiki tangga. Saat aku sampai diujung, seseorang yang sangat kukenali melihatku, tertawa keras. Tangannya memperlihatkan handphone-nya. Dan apa? Itu fotoku dan payung terkutuk itu!!
"Morning news! Menggemparkan publik, berikut kronologis payung terbalik yang terjadi beberapa menit lalu. Dikarenakan hujan angin dahsyat yang mengakibatkan nasib malang nan memalukan pada murid perempuan SMA berinisial R, anak itu berhasil menghibur penghuni sekolah karena telah menjelma menjadi badut pelawak. Ali, New York City mengabarkan. Super baddas!! Mau kusiarkan di luar konstelasi bumi juga Ra? Jhahahaha!"
Suara Ali sangat keras, membuat setiap murid yang melewatiku kembali tertawa terang-terangan. Biang kerok itu mau mempermalukanku? Ujung bibirku terangkat. Terdeteksi, beruang dengan gangguan jiwa ini lepas dari habitatnya. Tanganku mengepal. Bersiap menangkap dan menjerumuskannya ke kolam ikan piranha.
"Kurang kerjaan sekali wahai tuan rambut berantakan!" Mataku menatapnya tajam.
"Yess i am." Ucapnya singkat lalu berjalan santai ke kelas. Dia terus tertawa seperti orang gila. Alisku berkerut. Masih pagi, biang kerok itu sudah mencari masalah.
Aku mengikutinya dari belakang, dalam kelas, Ali duduk dikursinya. Setelah itu memainkan handphone-nya. Astaga aku selalu tidak mengerti dengan tingkahnya yang aneh itu. Emosiku tidak bisa kupendam lebih lama, aku menghampirinya.
Brukkk!!!
Kedua tanganku menggebrag meja Ali. Nafasku menderu. Dia menoleh padaku. Tersenyum mengejek. Sial, biang kerok itu sangat menyebalkan.
"Kamu mau melabrakku Ra?"
Mataku membulat. Bisa-bisanya dia menertawakanku tanpa dosa."Heh! Otakmu ditaruh dimana hah? Di pantat? Kau kira bagus mempermalukanku didepan umum? Dasar biang kerok gila!" Teriakku cukup keras. Tidak peduli pada teman kelasku yang menonton.
"Masih pagi, sudah marah-marah. Iya maaf, aku hanya mengungkap fakta-kan?" Aku sudah muak melihat ekspresi sombongnya itu.
BRUKKKK!!!
Sekali lagi aku menggebrag mejanya. Ali justru terkekeh seraya memerhatikan kedua tanganku.
"Astaga Raib! Hey apa kabar tanganmu, keras sekali. Masih marah, bukankah aku sudah minta maaf? Harus kulakukan lagi? Baiklah, Ra aku minta maaf."
"Tidak mau! Tidak akan kumaafkan!"
"Dasar pemarah! Aku sudah minta maaf baik-baik masih saja marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone(RaSeLi)
Teen FictionPersahabatan diantara tiga remaja SMA yaitu Raib, Seli dan Ali, seiring berjalannya waktu mulai berubah. Sesuatu yang nampak kian terlihat. Tentang Ali yang tidak menyadari perhatiannya yang lebih pada Raib. Hingga menyebabkan Raib bertanya-tanya da...