35_ Trending Topic

1.6K 100 21
                                    


🌼🌼🌼

Sudah satu minggu berlalu. Pagi ini, aku selesai sarapan, menunggu Ali. Puh.. tidak biasanya dia menjemputku terlambat. Papa sudah berangkat sejak tadi. Sedangkan Mama sedang membereskan piring kotor, lalu menatapku sejenak.

"Ra ini sudah siang lho. Nanti terlambat sekolah."

Aku menghembuskan nafas, sambil menopang sebelah pipiku.

"Ra menunggu Ali ma."

Mama melirik jam dinding, lantas kembali menatapku.

"Tapi ini sudah siang Ra. Mungkin Ali kesiangan."
"Sebentar lagi ma."

Beberapa menit kemudian, akhirnya aku berangkat naik angkot. Dan nasib, angkotnya sangat penuh. Rasanya mual, pusing. Saat aku turun di sekolah, hampir saja gerbangnya menutup. Aku berlari dengan cepat. Telat beberapa detik saja, pasti aku sudah kena hukuman.

Sesampainya di kelas, Seli melambaikan tangannya. Tersenyum cerah.

"Pagi Ra! Tidak biasanya agak siang nih."
"Pagi Seli. Ali sudah datang Sel?" Tanyaku seraya duduk disampingnya.

"Lah belum tuh. Aku kira Ali jemput kamu Ra." Jawab Seli, sambil menyelidik seisi kelas.

"Dasar biang kerok." Gumamku. Ali tidak mengabari apapun sebelumnya.

"Kalian tidak bertengkar kan?"
"Tidak Sel. Dia bilang akan jemput. Tapi tidak ada."
"Mungkin Ali tidak sekolah Ra."
"Hmm sepertinya Sel."

Pelajaran berlangsung. Tapi Ali belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Beberapa kali aku melirik pada pintu kelas. Tapi nihil, tidak ada tanda-tanda dari biang kerok itu. Kenapa pula dia tidak memberitahuku jika tidak masuk sekolah.

**
Jam istirahat, aku dan Seli hendak pergi ke kantin. Ali? Dia tidak bisa dihubungi. Nomornya tidak aktif. Biang kerok itu seolah menghilang tanpa kabar. Membuat orang khawatir sekaligus menguras emosi saja.

"Ali betulan tidak sekolah lho Ra. Dia tidak mengabarimu sebelumnya?" Seli menatapku khawatir. Aku menggeleng.

"Entahlah Sel." Aku menghembuskan nafasku.

Saat kami berjalan di lorong kelas, terlihat Felix dan teman-temannya sedang duduk didepan kelasnya.

"Hi Seli, Ra. Eh-kemana si sultan nyungseb?" Tanya Felix sambil menahan tawanya.

"Ali tidak tahu kemana Lix, tidak ada kabar. Lihat, Raib uring-uringan sejak tadi hahaha." Jawab Seli ikut tertawa. Aku hanya tersenyum sambil menarik tangan Seli.

"Duluan Pilikks!" Teriak Seli.
"Oke. Eh-wait wait! Nitip es kuwut, gorengan, SOTO, sama kuaci ya Sel, Ra! Tapi gratis Hihihi🐥"

Seli hendak menjawab, tapi aku terus menarik lengannya. Mood ku sudah jatuh sejak tadi pagi.

"Ra, Felix itu imut, blasteran, tampan pula, tapi lama-lama minta digaplok juga ya. Atau kusetrum saja sekalian. Masa nitip tapi gratis." Aku meliriknya. Belum tahu saja rasa benci dan kesal itu dapat berubah menjadi suka.

"Jangan begitu Sel, bisa saja suatu hari nanti kalian saling suka." Seketika pipi Seli memerah. Aku tertawa penuh kemenangan. Akhirnya mood-ku mulai membaik lagi.

Kami berjalan melewati lapangan. Mataku tidak sengaja melihat seseorang yang tengah duduk di tepi lapangan, kakinya diselonjorkan. Tidak salah lagi. Dia Ali. Seli menepuk bahuku.

"Ra itu pacarmu!" Teriak Seli. Astaga kenapa harus berteriak. Aku menyikut lengannya.

"Maaf Ra, hhe. Ayo kita kesana."

Friendzone(RaSeLi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang