🌼🌼🌼
Malam hari, aku berada dikamarku, mencoba berlatih berbicara untuk demo ekskul. Sebenarnya bukan kelas 12 saja, tapi kelas 11 juga ikut. Aduh aku takut salah bicara, lalu mempermalukan temanku. Puh.. mungkin pasrah saja. Berlatih berbicara lebih sulit daripada berlatih untuk bertarung.
***
"Ra hari ini kamu demo ekskul ya? Wahh kamu cantik sekali. Mama sampai pangling"Aku tersenyum. Padahal aku hanya mengikat rambutku diatas. Aku memakai seragam biasa, tentu saja nanti di sekolah baru kuganti dengan kemeja ekskul-ku.
"Hari ini papa yang antar Ra. Wah tidak terasa putri bulan sudah kelas 12 ya.. hahaha"
"Iya pa"
"Demo ekskul tidak perlu takut Ra, anggap saja semua orang itu pepohonan, bebatuan atau orang-orangan sawah Hahaha"
"Aduh iya pa"
Papa ada-ada saja memang.***
Kelas sudah lumayan ramai. Tapi.. hari ini masih belum belajar efektif. Guru-guru juga ikut melihat demo ekskul. Ali tidak ada di kelas, mungkin sedang bersiap-siap."Ra semangat ya! Kamu pasti bisa!"
"Semoga Sel, do'akan saja ya"
"Pasti Ra. Eh ayo ke lapang."Di lapangan, demontrasi ekskul dimulai oleh olahraga terlebih dahulu. Pertama voli, sepak bola. Lalu bola basket.
Aku dan Seli duduk di tribun. Tim basket sudah berjalan menuju lapangan. Ali, dia sudah tidak terlihat kurus lagi. Postur tubuhnya terlihat bagus, lebih tinggi. Yeah terlihat seperti senior pada umumnya. Mereka berjajar. Kelas 10 antusias sekali. Tentu saja. Disana ada Ali, Felix dan masih banyak lagi. Banyak yang berteriak tidak jelas. Mereka belum memperkenalkan diri tapi sudah se-histeris ini. Felix adalah ketua basket sekarang. Ali? Entahlah katanya dia tidak mau menjadi ketua, lebih memilih menjadi wakilnya.
"Halo adik-adik selamat pagi!" Felix memegang mic. Sudah kutebak anak kelas 10 langsung berteriak. Seli tidak berteriak seperti biasanya. Sepertinya dia cemburu pada fans Felix, mungkin.
"Perkenalkan nama saya Felix, ketua basket sekolah ini. Dari kelas 12 Ips 3. Selanjutnya dijelaskan oleh Ali, wakil saya"
Saat mic Felix bergilir ke tangan Ali, suara teriakan kembali terdengar keras.
"Baiklah langsung saja, basket di sekolah kami beranggotakan sekitar 20 murid lebih. Latihannya rutin, 2 kali dalam seminggu. Bagi kalian yang tertarik silakan menjadi bagian dari kami. Peluang menjadi juara, besar sekali. Itupun jika dilandasi oleh niat dan konsistensi berlatih. Terima kasih. Mungkin kami akan memperkenalkan beberapa tekhnik bermain bola basket"
Mereka mulai menunjukan tekhnik basket. Terlihat lincah. Entah mengapa ketika mereka mengenakan seragam basket terlihat lebih-begitulah. Keren mungkin. Setelah itu, mereka kembali berjajar.
"Ada yang berminat?" Tanya Ali singkat sambil mengatur nafasnya.
Dan aku tidak menyangka banyak sekali yang mengangkat tangan. Luar biasa. Ali tersenyum, Felix membisikan sesuatu pada Ali. Entah apa itu. Aku tidak tahu. Aku memutar bola mataku mulai jenuh dengan teriakan murid kelas 10, terutama anak perempuan. Entah perasaanku atau apa, tiba-tiba Ali melihat kearahku, tersenyum. Alisku mengerut. Apa maksudnya?
"Baiklah kami tunggu kalian untuk bergabung. Terima kasih" Ucap Felix.
Baru saja mereka berjalan keluar lapangan, banyak murid perempuan yang mengejar dan meminta foto. Astaga fans-nya mulai bertambah.
Aku memijit pelipisku, tidak habis fikir.***
Tidak terasa waktu hampir mendekati jam 10. Aku sudah bersiap-siap didepan aula. Seli dan Ali berada di sampingku."Ra jangan gugup, kamu pasti bisa. Semangat!" Seli menepuk bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone(RaSeLi)
Teen FictionPersahabatan diantara tiga remaja SMA yaitu Raib, Seli dan Ali, seiring berjalannya waktu mulai berubah. Sesuatu yang nampak kian terlihat. Tentang Ali yang tidak menyadari perhatiannya yang lebih pada Raib. Hingga menyebabkan Raib bertanya-tanya da...