28_ Lapar

1.3K 101 20
                                    

🌼🌼🌼

Hari ini seperti biasa aku dan Seli menonton Ali yang tengah melatih basket. Entah mengapa biang kerok ini selalu ingin ditunggu.

Seli disebelahku menepuk lenganku. Sebelah tangannya memegangi perutnya. Sepertinya cacing di perutnya sudah mengadakan konser besar-besaran.

"Ra lapar.. "
Ucapnya sambil mempautkan bibirnya. Sudah kuduga. Seli mulai lapar :v

"Yasudah sana ke kantin Sel, apa susahnya?" Jawabku. Tapi dia justru memamerkan giginya.

"Mager hheee"
Dasar Seli. Aku tertawa seraya menepuk punggungnya.

"Cepat pergilah, aku tidak mau melihatmu kelaparan Sel." Seli mengangguk. Mengangkat kedua jempolnya.

"Mau titip makanan juga Ra?"
"Iya. Samakan saja Sel."
"Siap putri!"

Dengan cepat, Seli pergi ke kantin. Aku sendiri menatap lapangan. Kelas 10 sangat bersemangat. Ali dan temannya juga. Mereka kompak.

Tak lama kemudian, mereka istirahat. Ali berjalan menghampiriku. Dia lalu duduk disampingku. Sepertinya lelah sekali. Tanpa bicara, aku memberikan botol air putih. Ali menoleh, tersenyum simpul sambil menerimanya.

"Kamu sendirian? Seli mana?" Tanya Ali, menatapku.
"Beli makanan ke kantin." Jawabku.
"Oh." Setelah itu, dia meneguk air sampai habis setengahnya.

Tiba-tiba mataku menangkap sesuatu di rambutnya. Seperti hewan kecil-belalang mungkin. Aduh entah belalang jenis apa itu. Aku terus menyelidik pada hewan itu.

Baiklah sudah kuputuskan, aku harus menangkapnya.

"Eh-a-ada apa Ra?" Ali bertanya dengan raut wajah bingung.
"Jangan bergerak!" Aku tidak peduli, lalu memajukan wajahku.

"Ra!" Sialnya, kenapa Ali bergerak. Beruntung hewan itu tidak jatuh.
"Diam Ali!" Tegasku, lalu berdiri mendekati rambut Ali. Tanganku pelan-pelan hendak menangkap hewan itu.

Dan...
Patss!

"Dapat! Lihat ini Ali! Belalangnya lucu. Hahaha" Aku tertawa penuh kemenangan. Menatap kagum pada belalang yang sudah ada di tanganku. Lantas memperlihatkannya pada Ali.

"Wah belalang jelek-maksudku sangat imut ahahaha"Saat aku melirik Ali, wajahnya merah sekali. Dia tidak disengat belalang ini kan?

Kedua bola mataku memerhatikan pipinya yang memerah. Kenapa bisa semerah itu.

"Ali wajahmu merah sekali? Kamu sakit?" Karena cemas, aku memegang sebelah pipi Ali. Aku sampai tersentak kaget justru rona pipinya semakin merah.

"Ah- ti-tidak Ra! Aku-tidak sakit!" Ucapnya terbata-bata. Aku menaikan sebelah alisku. Lalu Ali menepis tanganku pelan, tersenyum tipis. Dengan cepat wajahnya menatap kearah lain. Aku masih memerhatikannya. Dia mengusap kasar poninya kebelakang beberapa kali. Hey dia sangat aneh.

"Kamu tidak apa Ali?" Aku bergeser menatapnya. Tapi Ali menjauhiku. Melirikku sesaat.

"Tidak! Ahahaha-sebaiknya jangan lihat aku terus Ra, tolong-ya.. hahaha"
Dahiku terlipat. Sejak kapan Ali berubah menjadi kikuk begini?

"Iya. Oh itu-Seli! Mana makananku Sel"
Seli dengan riangnya duduk ditengah. Dia nampak bingung melirik Ali.

"Kau apakan tuan muda Ali Ra? Hahahaha wajahnya semerah tomat! Aduh lagi-lagi aku melewatkan moment kalian" Dia tertawa terbahak-bahak. Menertawakan Ali. Aku sendiri tidak tahu kenapa.

"Lupakan. Ada sesuatu yang bisa kumakan?" Tanya Ali, melirik kresek di tangan Seli. Dia mengambil roti tanpa seizin Seli.

"Eh! Maling kau maling! Jangan teriak maling!! Rotinya cuma 2. Kamu tidak mau makan jatah Raib kan? Kasihan Ra lapar lho, perutnya keroncongan."
Astaga! Bukankah perut Seli yang-baiklah, jangan marah. Aku menghembuskan nafasku.

Friendzone(RaSeLi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang