26_ Sepatu

1.3K 97 14
                                    


🌼🌼🌼

Pagi ini, aku berada di dapur, sarapan bersama mama. Papa sudah berangkat lebih dulu. Hari ini aku naik angkot lagi.

Ting tong..

"Ra buka pintunya"
"Iya ma"

Aku beranjak menuju pintu. Mungkin Ali. Siapa lagi jika bukan-tunggu, lebih baik aku mengintip dibalik jendela. Mataku terbelalak saat melihat orang itu. Dia-Adit. Aku kembali ke dapur, nyengir lebar di depan mama.

"Ma tolong Ra.. Bilang Ra sudah berangkat sekolah ya.."
"Siapa Ra? Ali? Kenapa mama harus-
"Bukan Ali! Tolong ya ma"
"Haduhh siapa lagi ini Ra..iya iya mama bilang nih"

Syukurlah mama mau melakukannya. Jujur saja aku tidak mau di jemput olehnya, sudah bisa kubayangkan bagaimana reaksi murid sekolah menyebarkan gosip.

Diam-diam aku menguping didekat pintu.

"Pagi tante Raib nya ada?"
"Pagi. Aduh sayang sekali Ra sudah berangkat tadi."
"Ohh ini sepatunya masih ada tante"

Aduh celaka, aku sudah menyiapkan sepatu dan kaos kaki diluar rumah.

"Eh.. bukan-Raib tidak memakai sepatu yang itu"
"Baiklah tante, kalau begitu saya pamit"
"Iya. Hati-hati nak"

Puh.. aku bernafas lega. Mana sepatu yang lain belum dicuci. Ada, tapi kecil. Sudahlah aku pakai yang itu saja nanti.

"Dia sudah pergi Ra. Itu penggemarmu kan atau pacar baru? Lalu Ali siapamu? Astaga kamu tidak punya 2 pacar-
"Ma.. Raib belum punya pacar"

Aku kembali makan. Sebenarnya aku menunggu Ali. Tapi.. dia tidak menjemputku.

"Ra kenapa makannya lama sekali. Nanti kesiangan lho."
"Eh ini sudah selesai ma"
"Lalu kenapa masih diam?"
"Eum-Ini mau berangkat ahahaha"

Bodohnya aku, menunggu si biang kerok yang tidak pasti. Dan mau tidak mau aku harus memakai sepatu yang sudah kekecilan. Aku menunggu angkot. Tapi lama dan penuh. Diperjalanan angkotnya mogok. Beruntung sudah lumayan dekat dengan sekolah. Aku berlari. Kakiku sakit. Aduh sepatu ini menyiksaku.

Sampai dikelas belum ada guru. Dan mataku langsung tertuju pada meja belakang. Ali. Dia tertidur. Puh..bisa-bisanya aku hampir kesiangan karena menunggunya. Tapi Ali dengan santainya tertidur pulas.

"Ra kamu kenapa siang? Ali datang pagi sekali lho. Lebih pagi dariku. Tadi aku sempat bertanya padanya. Kenapa tidak jemput Ra. Dia bilang kamu ada yang menjemput. Kamu dijemput siapa Ra?"

Aduh berarti Ali tadi melihat Adit kerumahku. Ah-

"Aku-naik angkot Sel. Bahkan angkotnya mogok jadi harus berlari"
"Eh tapi kata Ali-
"Iya iya nanti ku jelaskan Sel"
"Nah gitu dong hhehe"

Pintu kelas terbuka, Sekarang pelajaran Fisika. Gurunya laki-laki. Wajahnya serius dengan kumis baplangnya. Bapak itu menyelidik seisi kelas. Matanya terpaku pada meja paling belakang. Tentu saja meja Ali. Tak lama kemudian menghampirinya. Suasana kelas hening. Bahkan suara bersin Sandi yang ditahan terdengar dengan jelas.

Brakkk!!

"Bangun anak pemalas!"

Astaga! Suaranya lantang sekali. Bapak itu menggebrak meja Ali. Ali terbangun sekaligus. Wajahnya pucat, kusut, mungkin dia sudah begadang dengan alat ciptaannya. Tapi penampilan dan rambutnya disisir rapi. Dia pasti begitu jika hendak bertemu orang tuaku. Mungkin tadi, Ali langsung pergi begitu melihat Adit didepan rumahku.

"Maaf pak saya ketiduran"
Aku mengerutkan alisku. Suaranya juga pelan. Dia sakit?

"Aduh anak jaman sekarang. Bapak tanya sekarang kamu kelas berapa?"
"12 pak"
"Setelah kelas 12?"
"Lulus"
"Setelah lulus?"
"Kuliah"
"Setelah kuliah?"
"Saya tidak tahu pak, tergantung. Setiap orang mempunyai pemikiran dan tujuan hidup yang berbeda."
"Saya tanya kamu heh bukan orang lain!"
"Eum.. saya belum memikirkan-
"Hadeuhhh Jika bermalas-malasan seperti ini, apa kabar masa depanmu? Tidur jam berapa?"

Friendzone(RaSeLi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang