2_ Marah

2.4K 117 14
                                    

Minggu pagi, kami sudah berkumpul di taman kota untuk lari. Pagi sekali. Jam setengah 7. Kami duduk santai dulu di bangku taman. Menunggu matahari menghangat. Ini terlalu pagi.

"Ra sudah makan?"
Aku menoleh. Menatapnya aneh. Itu Ali?

"Apa?" Aku mengerutkan dahiku.

"Sudah makan Raib?" Ali mengulangi kalimatnya dengan nada lebih lambat.

"Sudah" jawabku singkat.

"Bagus" ali tersenyum. Dia sudah tidak marah-marah lagi?
Seli juga tersenyum diam-diam.

"Ayo kita lari sekarang saja."

"Ya. Ayo Ra!" Seli menarik tanganku.

Dua sahabatku sudah berlari. Aku? Ditinggal. Paling belakang. Mereka cepat sekali. Karena aku tertinggal, langkahku kupercepat. Yess. Aku berhasil melewati mereka. Bahkan Ali.
Aku tepat didepan mereka. Sudah jauh sekali. Setelah beberapa putaran pun mereka berdua tidak kunjung mendahuluiku. Saat aku memperlambat langkahku Seli berteriak.

"RAIB!!!!!" Aku menoleh sambil menyeka keringat di dahiku. Kulihat mereka berdua tengah mengejarku.

"Ada apa?"

"Ra kenapa kamu cepat sekali sih! Jadinya kan si biang kerok berceroscos tidak jelas Ra! Berisik tau!" Aku menatap heran mereka berdua.

"Heh justru kalian berdua yang meninggalkanku! Jadi aku berlari cepat" aku tidak mau kalah. Ali hanya diam.

"Iya iya Ra tadi aku bersemangat. Tapi Ali malah berisik membicarakan tentang eksperimen dan hal yang tidak penting! Sampai kupingku rombeng Ra! Makanya kita lari bareng oke. Kamu di tengah ya Ra biar Ali diam" aku menepuk jidatku. Dasar mereka berdua begini saja dibuat masalah. Aku mengalah lalu mengambil posisi di antara mereka.

"Hey Sel kau tidak tahu karena belum melihat benda ciptaanku yang baru. Dasar sahabat macam apa yang tidak mendukung sahabatnya!" Aku memutar bola mataku.

"Tuhkan lihat Ra! Ali cerewet sekali. Melebihi kamu Ra. Dia seperti perempuan yang sedang curhat! Baperan pula!" Aku berhenti. Mereka berdua ikut berhenti.

"Kalian ini mau debat atau lari? Sudahlah kita lari masing-masing"

Aku segera berlari mendahului mereka.

"Ra tunggu! Tuhkan ngambek. Gara gara kamu ali!"

"Enak saja. Jelas-jelas kamu Sel! Raa ! Raaaib!"

Suara Ali dan Seli membuatku pusing. Tapi Ali berhasil mengejarku dia berhenti tepat didepanku. Aku hampir jatuh saat dihadang oleh Ali.

"Maaf Ra-
"Minggir!"

Aku hendak melangkah tapi Ali tetap menghalaingku. Aku ke kanan dia ke kanan, aku ke kiri dia ikut juga. Argh dasar biang kerok! Aku mendorong Ali. Tapi tidak mempan. Aku menyerah lalu berbalik dan duduk di tepi jalan. Ali membuntutiku. Seli dari kejauhan menyusul. Ali berjongkok didepanku.

"Ra.. kamu marah ya?"
"Puh.. Tidak! "
"Itu wajahnya kenapa? Kamu mau apa? Aku beliin ya"
"Gak mau apa-apa"
"Yakin? Es krim mau?

Aku menatapnya kesal. Ali yang cengar-cengir tidak jelas masih berjongkok didepanku.

"Ekhemm ada tontonan nih" seli muncul disebelahku. Sengaja menjaga jarak sambil menopang dagu.
"Aku mau pulang" jawabku singkat

"Pulang? Inikan masih pagi. Maaf ya Ra" Sekarang Seli, dia memegangi lenganku.

"Kamu pemarah sekali Ra! Yasudah aku juga pulang" mataku menyipit melihat tingkah si biang kerok itu. Tanpa basa-basi aku pun segera pergi.

"Lho kok jadi kalian berdua yang marah?" -Seli.

Author:yang sabar ya Sel :(
Seli : Thor aku jadi nyamuk terus nih:(
Author: sabar dulu ya :D
Seli :')

***
Senin...
Matahari bersinar cerah menyilaukan mata kami. Hari ini upacara rutin. Aku membenarkan topiku. Seli disebelahku sudah bergumam tentang keluh kesahnya. Ya padahal Seli ini keturunan klan matahari. Tapi dia tidak menyukai mentari terik di tengah lapangan upacara seperti ini. Ditambah lagi pembarisan perkelas yang berlangsung lama dan memperlambat dimulainya upacara bendera.

"Lama sekali Ra! Panas ! Sampai keringatku bercucuran. Rasanya aku ingin mandi lagi Ra!"
Kira-kira seperti itu ocehan seli.

"Sabar sel. Semua murid juga begitu. Bukan kamu saja" ujarku.

"Iya iya Ra. Hey Ra kamu sudah maafan dengan Ali?" Aku melotot mendengarnya. Apa apaan Seli menanyakan hal menyebalkan di saat-saat seperti ini.

"Bodo amat. Aku tidak mau membahasnya" Seli justru tertawa menggodaku. Aku tidak menanggapinya.

"Hmm yakin? Kalian kan serasi lho. Masa terus terusan begini"
Aku mencubit tangannya karena kesal. Seli meringis karena cubitanku.

***
Akhirnya upacara selesai juga. Ada sebagian murid yang langsung masuk ke kelas ada juga yang ke kantin terlebih dahulu. Seli mengajaku ke kantin. Tapi aku menolak dan pergi ke kelas duluan. Sesampainya di kelas aku segera duduk lalu menyiapkan buku dan alat tulis. Teman kelas belum sepenuhnya masuk karena pergi ke kantin. Tanpa sengaja aku menoleh ke belakang. Dan bertatapan dengan Ali. Dia sedang duduk menyender pada tembok. Kakinya ia selonjorkan diatas kursi. Tatapannya tajam. Aku segera mengalihkan pandanganku. Astaga kenapa dia seperti itu sih. Aku saja biasa saja. Lupakan saja orang aneh itu.

**
Tidak terasa sudah pelajaran terakhir yaitu bahasa inggris oleh Mr. Theo.

"Good morning class"

"Good morning sir" jawab kami serentak.

"Sorry. Today saya tidak bisa mengajar karena ada urusan. Jadi.. saya beri tugas saja ya. Tugasnya untuk dua orang. Oke"

"Oke sir"

Yess. Semua murid terlihat senang. Seli disampingku tersenyum puas. Aku ikut tersenyum.

"But student listen, tugas nya usahain cewe cowo ya. Soalnya buat percakapan lawan jenis. Temanya bebas ya. Oke bapa tinggal ya. Bye class" Mr. Theo meninggalkan kelas. Suasana kelas kembali ramai. Apalagi mereka sibuk memilih pasangan untuk tugasnya. Seli sudah melesat mencari partner. Aku? Diam bagai batu. Tidak penting dengan siapapun juga. Aku memilih diam sambil menopang sebelah pipiku.

"Ra! Kok belum cari partner. Aku sudah sama Johan. Kamu Ra?" Manik mata Seli sangat penasaran menunggu jawabanku. Aku tersenyum datar lalu menggeleng singkat. Seli menepuk jidatnya.

"Yaampun Ra. Kamu kok santai sekali sih? Aha! Aku tahu" Seli tersenyum lebar sambil menyelidik ke arahku. Aku mengangkat daguku. Menanyakan apa maksudnya.

"Mau gak mau kalian harus satu kelompok Ra. Hahaha emang jodoh kali ya" Seli justru tertawa. Aku mencari siapa yang dimaksud Seli. Seli menunjuk seseorang ke arah belakang. Aku mengikuti telunjuk Seli. Dan apa? Si biang kerok yang sedang tertidur menelungkup ditangannya. Aku melotot.

"Tidak Sel! Aku bakal cari cowo lain selain biang kerok tukang tidur itu!" Aku beranjak mencari partner. Satu dua kutanya mereka sudah ada pasangan. Sial. Aku bergerutu dalam hati.

"Evan.." laki laki terakhir yang hendak kutanya. Semoga dia belum carter orang lain. Evan melepas headsetnya lalu tersemyum padaku.

"Apa cantik?" Eh astaga reaksinya. Aku tersenyum santai.

"Udah ada pasangan buat bahasa inggris?" Tanyaku to the point.

"Belum. Kamu?" Aku tersenyum penuh kemenangan.

"Aku juga belum. Bareng aku ya van" Evan tersenyum lagi.

"Kamu kayak lagi ngajak kencan aja Ra. Hahaha. Iya aku mau nerima kamu tapi di hati aku ya hhee" aku tersenyum pahit. Dasar modus dia.

"Apasih Van. Jadi gimana?" Saat aku hendak duduk di kursi, tiba-tiba...

Hallo readers.. maaf ya jika ceritanya tidak nyambung, alurnya berantakan dan kesalahan lainnya. Jangan lupa votment ya ♡

Friendzone(RaSeLi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang