6_ Kapal Pecah

2K 110 10
                                    

🌼🌼🌼

"Ali?"

Mataku terbelalak.
Suara ini tidak asing..
.
.
.
.

"Felix?"
Dia melepas headsetnya.

"Gue kesini karena mau ngadem eh lu juga disini, lu kenapa Li?" Aku mengerjapkan mataku. Lalu segera menyeka hidungku. Tapi sialnya darah itu masih keluar. Ah memalukan. Kenapa juga aku selemah ini. Selama ini aku sering begadang menyelesaikan proyekku. Tapi baru kali ini aku sampai mimisan.

"Stop Li! nanti makin parah, ke UKS ya Li" Felix menggaruk tengkuknya, panik juga bingung.

"Gak usah gak perlu. Bentar lagi juga berhenti. Lu gak usah khawatir Lix" sergahku. Ah celaka tanganku sudah kotor.

"Oh ya kebetulan gue bawa sapu tangan. Nih lo pake Li" akhirnya aku menerima sapu tangan dari Felix. Kami duduk menyender pada dinding rooftop.

"Lu kenapa bisa mimisan Li? Kecapean?" Aku mengehempuskan nafasku. Tanganku masih menyeka hidungku.

"Gue cuma kurang tidur"

"Gak mungkin hanya karena itu Li. Lu banyak fikiran? Oke gue tau setiap orang punya masalah masing-masing. But.. semua bisa di hadapi. Dengan cara lu jangan mikirin masalah lu sendiri kalau lo gak bisa ngadepinnya. Lu perlu bercerita ke orang lain. Siapa tahu mereka bisa kasih saran. Dan lo harus yakin masalah itu bakal selesai. Intinya lu harus banyak berfikir positif" aku melirik Felix. Wajahnya selalu tenang. Lalu aku mengangguk.

"Lu mau dengerin masalah gue Lix?"
Felix tersenyum.

"Yess, you can tell me"

Disana aku menceritakan semua yang membebani fikiranku. Baru kali ini aku mau bercerita dengan orang yang belum lama kukenal. Tapi aku yakin Felix ini orang yang baik.

"Sudah gue bilang sebelumnya, lu itu kejebak friendzone Li. Memang ini hal yang rumit. Tapi menurut gue lambat laun perasaan lu bakal terungkap. Okey, disini Raib itu ngehindar. Bukan karena marah. Tapi dia juga ngerasa bersalah udah ninggalin lu kemarin plus marahin lu secara blak-blakan di depan banyak orang. Dia mungkin bingung dan butuh waktu buat ngomomg sama lo. Mendingan lu minta maaf secara gak langsung dulu. Misal lewat chat atau surat. Serah lu mau pake cara apa. Gue yakin fikiran lo bakal lebih tenang"

"Thanks Lix, lu udah mau dengerin dan ngasih saran buat gue. Lu emang baik Lix. Gue jadi ngerasa gak enak udah mukul lo kemarin"

Felix menepuk bahuku.

"Calm down brother, no problem" aku mengangguk tersenyum.

"Eh btw lu mau ngebolos pelajaran Li? Kayaknya bell udah lewat deh. Kalo gue sih jamkos udah dibilangin sama KM tadi sebelum istirahat"

"Oh engga, gue mau balik ke kelas. Lu mau ikut ke bawah atau mau disini Lix?"

"Gue disini aja Li mau ngadem hahaha" aku terkekeh melihat Felix yang menurutku wajahnya itu manis seperti anak kecil,tapi fikirannya dewasa.

Lorong kelas sudah sepi, Puh.. apakah aku akan kena marah lagi oleh guru? Aku harus menggunakan otak jeniusku.

***
Raib POV

Pelajaran biologi oleh pak Gun sudah berlangsung sekitar 15 menit. Tapi Ali belum terlihat sama sekali. Di kantin tidak ada. Entah kemana tadi dia pergi. Aku memang mengkhawatirkannya. Karena apa? Aku yakin dia itu sedang sakit. Jelas sekali tadi aku melihat wajahnya pucat, matanya terlihat menahan sakit. Dia itu jenius tapi dia sama sekali tidak mementingkan kondisinya. Aku tahu, sejak tadi Ali berulang kali ingin membicarakan masalah kemarin, tapi aku tidak mau membahasnya. Bukan karena apa-apa. Aku hanya butuh waktu. Dan berharap Ali tidak terlalu memikirkan kata-kataku kemarin. Aku merasa bersalah. Mungkin aku akan minta maaf padanya besok.

Friendzone(RaSeLi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang