14_ Tuk tuk tuk

1.5K 106 9
                                    


🌼🌼🌼

"Hari ini ulangan Fisika anak-anak. Siapkan kertas selembar dan pulpen, boleh memakai kalkulator. Hanya ada itu diatas meja. Tas kalian kedepankan. Handphone simpan di tas. Ibu akan mengacak tempat duduk kalian. Semuanya berdiri!"

Derit suara kursi kami berbunyi saat serentak berdiri. Aduh kenapa harus ulangan mendadak. Pagi ini sudah panas setelah upacara, ditambah harus mengerjakan soal-soal dengan rumus. Beruntung semalam aku membaca sedikit. Jika tidak, sudah entah bagaimana nasibku.

Ibu Fisika telah mengacak tempat duduk setiap siswa. Aku duduk di barisan kedua paling belakang. Dan disampingku adalah si ketua kelas garing, Arkan. Semoga dia bisa diajak bekerjasama.

"Tidak boleh menyontek, tidak boleh melirik teman kalian, jangan berisik, jika ibu melihat kalian sedang bekerja sama ibu tidak segan-segan merobek kertas ulangan kalian! Mengerti?"

"Mengerti bu" Jawab seluruh murid.

Selagi ibu membagikan soal, Arkan menepuk tanganku.

"Pssttt Ra nanti beritahu aku ya.. pliss"
"Aku juga tidak bisa Ar"
"Yasudah kita kerjasama ya boss"

Aku mengangguk. Arkan mengangkat jempolnya. Seli duduk jauh dariku, berada di bangku kedua paling depan, dan si biang kerok tepat berada di depan meja Seli.

Tuk.. tuk.. tuk..

Hening. Hanya suara ketukan sepatu ibu Fisika yang sejak tadi entah mengapa terus mondar-mandir.

Soal nomor 1 sudah tuntas. Aku beralih pada nomor 2, 3. Masih bisa. Tapi nomor 4? Aku lupa rumus. Keringat dingin sudah menetes dipelipisku. Kenapa sulit sekali mengingatnya.

Tak lama kemudian Arkan menggelindingkan penghapus. Saat kulihat ada kertas sangat kecil, dia selipkan di bungkus penghapusnya.

"No 4 Ra"

Kenapa harus nomor 4? Aku sendiri belum. Aku membalas dengan tulisan kecil di kertas tadi.

"Blm"

Lalu memberikannya tanpa mengalihkan pandanganku dari soal. Saat-saat begini harus berakting bagus. Arkan yang sudah membacanya mengacak rambutnya. Masalahnya kenapa harus sama. Mataku melirik sekitar. Semuanya menunduk dalam. Tapi aku melihat ada yang sedang membuka handphonenya di kolong meja. Hey berani sekali dia. Aku saja tidak bisa seperti itu.

Ibu mungkin sudah merasa lelah setelah berjalan-jalan. Lalu duduk di meja guru. Dan ibu itu menguap lebar. Menopang kepalanya. Sesekali memejamkan matanya. Situasi ini membuat seluruh murid mengangkat kepalanya lalu bersiap untuk beraksi.

Arkan mendapat jawaban, lalu membuka gulungan kertasnya.

"Psst Ra ini nomor 4. Ayo cepat tulis"
Bagus. Arkan berbisik tanpa melihatku. Kertas itu disimpan ditengah-tengah meja. Arkan menutupinya dengan soal. Kami segera menyalinnya dengan cepat. Setelah itu gulungan kertas itu diberikan pada yang lain. Terus-terusan bertamu pada setiap meja. Puh.. syukurlah satu nomor lagi.

"Ingat jangan kerjasama anak-anak!"

"Baik bu"

Dan setelah itu, ibu kembali memejamkan matanya. Mengantuk.

Suasana kembali sedikit ribut. Nomor 5 belum ada yang mengerjakan. Ini sangat sulit. Sial. Ali dia tidak mengalihkan pandangannya dari soal. Dia sombong sekali! Apa dia sedang fokus mengerjakan. Ali.. kami semua membutuhkan otakmu.

Seli seolah tahu hanya Ali yang bisa mengerjakannya. Dia sedikit mendorong kursi Ali dengan kakinya. Lantas Ali menoleh. Entah apa percakapan mereka kerena tidak terdengar. Tapi pasti Seli meminta nomor 5. Setelah itu Ali kembali menunduk. Tangannya menulis sesuatu. Tak lama kemudian Ali memberikan kertas pada Seli. Puh.. syukurlah semoga waktunya cukup hingga kertas itu sampai ke mejaku.

Friendzone(RaSeLi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang