Seokmin's pov
Beberapa minggu ini, aku berpikir keras serta meyakinkan diri bahwa aku mulai sayang kepada Yuna. Bahkan rasa sayang itu telah tumbuh dan berubah menjadi cinta. Maka dari itu, aku mulai menyusun strategi untuk mengajaknya serius.
Ya benar, sesuai janjiku. Aku tak mau hanya sekedar berpacaran saja. Aku ingin langsung mengikatnya dalam janji suci pernikahan. Tentu itu bukanlah hal yang mudah, aku hampir saja goyah karena takut jika ditolak Yuna. Namun, kali ini aku telah mantap dalam melangkah.
Kuputuskan jika hari minggu ini untuk mengajaknya bertemu dan mengutarakan niat baikku. Sebelum itu aku berangkat terlebih dahulu untuk membeli cincin sebagai alat tempurku. Diri ini kini telah siap, rapi, dan wangi di depan cermin.
"Rapi sekali. Mau kencan ya?" tanya kakakku.
"Bukan mau melamar gadis," jawabku sombong terkesan menjengkelkan tapi jujur.
"Ck! Gaya sekali kau, pakai lamar-lamar segala. Langsung kawin aja sana!" balasnya tak kalah menjengkelkan.
"Hush! Gak baik wanita hamil muda ngomong begitu!"
Iya, kakakku ini kini telah menikah dan sedang hamil. Usia kandungannya masih dua bulan. Namun, kasihan sekali karena ia harus ditinggal sang suami dinas terbang melintasi negara. Makanya ia lebih sering menghabiskan waktu di rumah orang tua kami.
"Ck! Iya iya," jawabnya nurut karena ia tipe orang yang parno dengan hal-hal yang menyangkut kehamilannya.
"Aku berangkat dulu, Kak. Doakan adikmu ini."
"Hmmm.."
Setelah berpamitan dengan kakakku, aku langsung melangkahkan kaki menuju mobil dengan riang gembira. Sengaja aku tak menghubungi Yuna terlebih dahulu sebelum berangkat. Pikirku nanti saja jika sebuah cincin berhasil kugenggam.
***
Sesampainya di toko perhiasan, aku dibuat bingung dengan pilihan berbagai cincin mulai dari bentuk dan ukuran yang beragam. Belum ditambah diriku yang sama sekali tak memiliki pengalaman apapun dalam membeli barang yang seperti ini. Jika begini, aku menyesal tidak meminta bantuan kakak saja tadi.
"Silahkan, Kak. Mau cari apa?" sambut pegawai toko ramah setelah melihatku yang hanya bediri saja.
"Itu.. anu.. eh, itu.. cincin! Ya cincin."
Tiba-tiba saja fungsi kerja otakku saja error.
"Oh cincin ya. Untuk kakaknya sendiri atau pasangannya?"
"Hah?! Aduh tentu saja untuk pasangan saya lah. Saya mau melamarnya," balasku sedikit pamer dan pegawai ini langsung tertawa mendengar penuturanku. Dasar tidak sopan!
"Oh, haha.. cincin couple ya? Baik Kak, sebelah sini. Mau model yang bagaimana?"
"Hmm.. sebentar saya lihat dulu."
Sejenak aku bingung kembali. Ada banyak cincin couple berjajar di depanku saat ini. Semuanya cantik-cantik, tapi ada satu yang membuatku tertarik untuk memilihnya. Aku pikir itu akan sangat manis di jari Yuna.
"Itu, yang seperti itu saja."
"Baik silahkan dicoba dulu. Pasangannya kenapa tidak diajak, Kak?" tanya pegawai tersebut membuatku heran.
"Hah? Harus ya?"
"Ya tidak harus juga, tapi jika kakak tau ukurannya pasti semuanya beres," ucap pegawai tersebut hingga membuatku sadar akan satu hal yang penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Secangkir Kopi | Dokyeom Seventeen
FanfictionMain Cast : Lee Seokmin (Dokyeom Seventeen) Choi Yuna (Yuju GFriend) Ini sebuah cerita di mana seorang Choi Yuna yang dipertemukan kembali dengan cinta pertamanya di SMA. Bersetting utama di sebuah cafe yang dikelola Yuna sendiri. Akankah Seokmin me...