Part 19 | Reuni

118 23 0
                                    

Yuna's pov

Hari-hariku berjalan seperti biasa. Setelah bertemu dengan Kak Seungcheol dan berakhir Seokmin berkenalan dengannya. Laki-laki itu mulai jarang mengunjungi kafe ini.

Aku pikir dia sedang disibukkan dengan masalah kantornya. Mengingat jabatan yang ia pegang tak main-main. Sehingga intensitas pertemuan kami pun jarang terjadi.

Meskipun begitu, dirinya tak pernah absen untuk memberikan kabar melalui pesan singkat. Sehingga hubungan kami semakin dekat walau jarang bertemu langsung. Namun, ada satu hal yang akhir-akhir ini membuatku terganggu.

Diriku mulai ragu akan status hubungan kami. Seokmin tak pernah membahas topik tentang mau dibawa hubungan ini. Sehingga semakin lama hal ini membuatku jenuh.

Aku sadar umur kami sudah bukan lagi saatnya untuk bermain-main. Walaupun jika dia mengajakku untuk sekedar berpacaran, aku mau-mau saja sih. Asal dia serius denganku. Setidaknya tidak menggantung seperti ini.

Munafik jika aku tak menginginkan perkembangan dalam status hubungan kami. Keinginan ini semakin menumpuk dan menumpuk hingga akhirnya tak mampu kubendung lagi. Jadi, aku putuskan untuk menceritakan semuanya kepada ibu. Beliau adalah tepat curhat terbaikku selain Eunha.

Semua yang aku lalui selama ini bersama Seokmin, aku utarakan kepada beliau. Awalnya ibu begitu antusias mendengar jika aku tengah dekat dengan seorang pria. Ditambah jika pria tersebut terbilang mapan.

Bagi ibu, menantu idaman versinya adalah seseorang yang mapan. Hal baik lain yang menyertainya itu dianggap sebagai bonus. Maka dari itu, ibu sepertinya setuju-setuju saja jika aku jadi bersama Seokmin.

Akan tetapi masalahnya sekarang adalah apakah Seokmin sendiri mau denganku? Ibu yang mendengar akhir dari ceritaku langsung kaget. Beliau segera mewanti-wantiku agar jika sebaiknya pihak perempuan janganlah terlalu agresif dan menaruh harapan lebih.

Beliau mengatakan hal tersebut bermaksud agar diriku tidak dicap sebagai perempuan yang tidak baik dan haus akan kasih sayang. Jika memang si pria tertarik kepadaku harusnya dia mengejar dan memperjuangkanku sepenuh hati. Karena perempuan hanya tinggal duduk manis dan menunggu apa yang terjadi.

Ibu juga mengatakan bahwa apa yang aku lakukan selama ini adalah tindakan yang tepat. Diriku mampu memberikan respon yang baik kepada sang lawan jenis. Serta diriku juga tak pernah memberikan tembok batasan jika si lawan jenis ini mendekat.

Mendengar semua nasehat yang diberikan oleh ibu, diriku merasa sedikit lega. Aku mulai mencoba tenang dan melihat apa yang akan terjadi nantinya. Biarkan saja semua ngalir apa adanya. Bukankah rencana Tuhan tak ada yang tahu?

Di lain sisi, hubunganku dengan Kak Seungcheol mulai menyambung kembali. Awalnya aku tak menyangka bahwa dia akan sering datang ke kafe saat jam istirahat makan siang. Bahkan kemarin lusa dia menawarkan untuk mengajakku menghadiri reuni kecil-kecilan dengan teman seunit kegiatan kami dulu.

Ya, memang benar jika aku dan Kak Seungcheol dekat lantaran kami memiliki hobi yang sama. Sehingga menjadikan kami bertemu dalam sebuah unit kegiatan yang sama pula. Bukan hanya dirinya saja yang dekat denganku, tapi ada empat sahabat kami yang lain.

Setelah lulus kuliah, satu persatu dari kami mulai disibukkan dengan urusan pekerjaan. Bahkan ada dua diantara kami yang telah berkeluarga. Itulah yang aku dengar dari cerita Kak Seungcheol kepadaku.

Diriku yang kebetulan memiliki waktu luang untuk datang ke acara tersebut, langsung saja mengiyakan ajakannya. Aku pikir akan sangat menyenangkan jika bertemu dengan kawan lama setelah beberapa tahun berpisah. Bahkan Kak Seungcheol dengan baik menawarkan untuk barangkat bersama.

Rahasia Secangkir Kopi | Dokyeom SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang