Yuna's pov
Sesuai dengan rencana Eunha, aku akhirnya datang ke acara ini. Acara pernikahan antara Kei dengan Junhui. Aku tak tahu apa yang sedang ia rencanakan, tapi aku berharap ia tidak membuat hal-hal yang aneh.
Saat ini aku sedang menanti pengantin wanita untuk memasuki hall, karena acara akan segera dimulai. Tak lupa bahwa Eunha juga duduk di depanku sekarang. Aku melihatnya seperti sedang gelisah.
"Hei, ada apa?" ucaku sedikit berbisik kepadanya.
"Aku sedang menunggu Mingyu. Kenapa dia lama sekali? Acara akan segera dimulai."
"Lho emangnya dia jadi datang?"
"Ya, jadi! Hanya saja kita berangkat secara terpisah. Kau tahu, ini adalah bagian dari rencana."
"Maksudmu?"
"Ssst! Dia datang."
Aku memalingkan mukaku ke arah pintu hall. Aku pikir pengantin wanita telah tiba. Namun, nyatanya aku melihat sosok itu. Dia beneran datang ke sini?
***
Seokmin's pov
Entahlah apa yang membuatku terdampar di ruang yang dihiasi dengan pita berenda-renda dan penuh dengan bunga mawar ini. Padahal, inisiatifku tak ingin datang kemari, karena aku masih ingat betul kesalahan terbesarku terhadap si pemilik acara ini.
Tadi pagi Mingyu yang tiba-tiba menyuruhku untuk menemaninya dengan alasan bahwa ia tak mempunyai pasangan untuk datang ke sini. Alhasil di sinilah kami berada. Namun, nyatanya Mingyu berhasil membohongiku. Eunha telah datang terlebih dahulu dengan.. oh tunggu! Bukankah itu wanita yang beberapa waktu lalu sempat kutemui di kafe.
"Ya! Kau lama sekali sih," ucap Eunha sedikit geram, karena kami datang agak terlambat.
"Maaf sayang, lelaki inilah penyebabnya," balas Mingyu sambil menunjukku.
"Hei, salah sendiri. Aku tidak berencana datang kemari. Mengapa kau memaksaku? Bahkan lihat sekarang, kau membohongiku lagi," ucapku dengan nada membela.
"Sudahlah cepat duduk pengantin wanita telah datang," lerai Yuna kemudian.
Aku sempat lupa kalau ia sekarang ada di antara kami. Setelah Mingyu mendengar ucapa Yuna, dia dengan santainya duduk di samping Eunha. Padahal aku ingin duduk di sana.
Jangan salah paham dulu. Aku hanya ingin menghindar dari wanita ini. Namun, sepertinya tak berhasil. Hingga pada akhirnya aku terpaksa duduk di sampingnya.
Acara telah dimulai, pengantin wanita yang tak mau aku lihat itu telah melenggang cantik di altar. Aku memerhatikannya dengan seksama. Dia terlihat sangat bahagia sekali. Syukurlah akhirnya dia berhasil mendapatkan orang yang tepat. Sehingga sedikit mengurangi rasa bersalahku selama ini.
***
Author's pov
Saat janji suci terucap oleh tokoh utama acara ini, Seokmin terus saja memandang ke depan. Bukan ke arah sang kedua mempelai melainkan pengantin wanita yang terlihat sangat cantik hari ini. Hal itu sedikit mengusik pikiran Yuna.
"Mengapa kau menatapnya begitu? Aku masih tak tahu apa yang ada di pikiranmu saat ini. Apa kau masih mencintainya? Hingga kau tak mau berpaling atau sekedar menyapaku yang saat ini ada di sampingmu? Kau tahu, aku cemburu," cicit Yuna dalam hati.
***
Yuna's pov
Setelah pengucapan janji suci selesai dilakukan, satu per satu tamu yang datang mulai menyalami kedua mempelai. Begitu juga denganku, sekarang Eunha dan Mingyu sengaja meninggalkanku berdua dengan Seokmin. Mereka berdua telah jauh mengantri di depan, sedangkan aku berdiri canggung di samping Seokmin
"Ayo, sekarang giliran kita," ucapnya sambil menggandeng tanganku mendekati kedua mempelai.
"Kei, selamat atas pernikahanmu," ucapnya santai sambil menjabat tangan pengantin.
Ada apa ini? Apa yang ia lakukan? Berucap seperti tanpa ada rasa beban sama sekali? Lalu mengapa kau memberikan tatapan seakan tersakiti saat melihat mereka berdiri mengucap janji suci tadi?
"Tentu, terima kasih sudah mau datang Pak Presdir. Tunggu, kau tak datang sendiri?" gurau Kei.
"Ah itu.."
Dia serasa sadar akan genggaman tangannya padaku. Maka secepat mungkin ia melepasnya dan menggaruk kepala bagian belakang dengan perasaan canggung. Aku juga segera mengontrol ekspresi agar kembali normal.
"Kei, selamat atas pernikahanmu. Semoga kalian bahagia hingga hari tua nanti," ucapku mengalihkan suasana.
"Tentu saja, Yuna. Terima kasih telah datang. Aku menunggu undangan darimu," goda Kei kepadaku.
Ck! Dia ini kenapa? Aku berusaha mengalihkan suasana malah dia sendiri tak peka.
"Hah?" jawabku refleks.
"Kalau begitu kita permisi dulu. Sekali lagi selamat ya," sela Seokmin kemudian.
Ia melangkah menjauh hingga keluar dari hall. Sepertinya ia berencana untuk pulang. Aku masih mengikutinya dari belakang, karena aku pikir ia akan pulang dengan Mingyu. Sedangkan aku akan pulang dengan Eunha. Mungkin saja dia bertemu dengan Mingyu, jadi aku tidak perlu repot-repot mencari Eunha di dalam hall.
Namun, tiba-tiba saja dia berbalik dan menatapku. Aku terperanjat dengan aksinya yang tiba-tiba itu.
"Kau tahu di mana Mingyu?"
Aku menggelengkan kepala. Aku tak mampu berucap apapun sekarang.
"Ck! Ke mana anak itu?"
Aku melihat ia sedang bergumam tak jelas. Aku berusaha meraih ponselku dan menghubungi Eunha, karena bagaimanapun juga aku kemari dengan menumpang di mobilnya.
Tuut.. tuut.. tuut..
Dering nada sambung telepon terus berbunyi. Namun, Eunha tak kunjung mengangkat telponku. Hingga akhirnya aku menyerah. Sepertinya ini juga bagian dari rencana.
Aku sudah yakin sekarang kalau ia berusaha membuatku dan Seokmin pulang bersama. Lalu dapat mengobrol banyak hal. Hingga kami merasa sedikit dekat.
Aku tak tahu harus melakukan ala sekarang, jadi aku mencoba memandang sekitar, mungkin saja aku bisa mendapatkan solusi yang tepat untuk pulang. Hingga pada akhirnya, perhatianku teralihkan setelah mendengar ucapannya.
"Kau tak pulang?"
Sekali lagi aku menggelengkan kepala. Ada apa denganku sih? Apa susahnya menjawab 'iya' atau 'tidak'.
"Kau datang bersama Eunha kan?"
"I–iya. Aku datang bersamanya, tapi dia sudah pergi bersama Mingyu. Tak apa! Aku bisa naik bis di halte depan kok. Hehe.."
Akhirnya aku bisa membalas ucapannya. Walau aku sedikit kecewa telah mengatakannya. Serasa aku baru saja mengharapkan tawaran tumpangan darinya.
"Kau berencana naik bis? Bukankah halte masih jauh dari sini?" ucapnya sedikit heran.
"Tak apa. Sungguh aku mengapa, kau pulanglah," balasku. Setelah itu aku melangkah pergi menuju halte. Aku tahu kalau halte bis masih jauh dari sini, tapi tak apalah. Daripada aku menghabiskan waktu perjalanan dengan perasaan canggung dengannya.
Tin.. tin..
Suara klakson mobil berbunyi. Aku tak begitu memusingkannya. Hingga beberapa detik kemudian, aku merasakan lenganku dicegah oleh tangan seseorang. Aku refleks menghempaskannya karena aku takut jika ada yang ingin bertindak hal yang tak dinginkan di sini.
"Eh, maaf. Aku tadi sudah memanggilmu, tapi kau masih terus berjalan."
"Oh, jadi kau yang membunyikan klakson tadi?"
Dia hanya menjawab dengan menganggukan kepala.
"Ada apa?"
"Pulanglah bersamaku!"
=TBC=
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Secangkir Kopi | Dokyeom Seventeen
Hayran KurguMain Cast : Lee Seokmin (Dokyeom Seventeen) Choi Yuna (Yuju GFriend) Ini sebuah cerita di mana seorang Choi Yuna yang dipertemukan kembali dengan cinta pertamanya di SMA. Bersetting utama di sebuah cafe yang dikelola Yuna sendiri. Akankah Seokmin me...