Part 18 | This Boy

141 26 0
                                    

Flashback off

Seokmin's pov

Setelah hari kencan pertamaku dengan Yuna berakhir, aku tak dapat fokus melakukan segala hal. Semua ini dimulai karena secara tiba-tiba Yuna berani menciumku sepulang dari Lotte World kemarin. Hariku terus saja dibayangi olehnya.

Aku tak berani muncul dihadapannya karena terlampau malu. Aneh memang untuk ukuran seorang lelaki yang sudah memiliki pengalaman berpacaran sepertiku. Namun, aku akui ini juga lebih membahagiakan dari yang biasa aku lakukan dulu ketika masih bersama Kei.

Sama sepertiku, Yuna pun juga begitu. Gadis itu tak menghubungiku sama sekali pasca kejadian tersebut. Apa mungkin dia malu juga ya?

Hingga tanpa kusadari, kaki ini melangkah kembali ke kafe. Awalnya aku ingin berbalik mengingat hati ini masih belum siap bertemu dengannya. Namun, niat itu sirna ketika netra ini menangkap suatu pemandangan yang menarik hati.

Aku menemukannya sedang berbincang akrab dengan seorang pria. Melihat ekspresinya yang malu-malu semakin membuatku geram saja.

"Oh! Seokmin, kenapa kau kemari?"

Apa?! Setelah semua yang terjadi kemarin ia hanya mengangggap itu sebagai angin lalu saja. Jadi selama ini dia sama sekali tidak menunggu kehadiranku?

Aku masih terdiam sembari melirik tajam ke arah pria yang duduk di hadapan Yuna. Siapa dia? Kenapa terlihat begitu akrab dengan Yuna? Kuperhatikan dia tersenyum menaruh kekaguman akan gadis ini.

Merasa bahwa aku tak merespon ucapannya, Yuna tersenyum kikuk. Lalu berinisiatif mengenalkanku padanya.

"Oh ya, perkenalkan ini Kak Seungcheol," ucap Yuna sedikit ragu kepadaku.

Pria tersebut langsung dengan sigap mengulurkan tangannya kepadaku. Lalu segera kubalas uluran tersebut tanpa basa-basi.

"Choi Seungcheol, mantannya Yuna. Tapi rencananya sih mau balikan. Doain ya. Hehe.."

Aku sedikit melongo mendengar penuturan pria ini. Semakin membuatku geram saja! Respon Yuna juga tak jauh berbeda denganku. Ternyata dia juga kaget.

Kemudian Yuna berpamitan kembali ke meja bar setelah jabatan tangan kami terlepas. Tak lupa dia menanyakan pesananku. Mungkin dia tak mau melihat kami adu jotos di depannya.

***


Yuna's pov

Sepeninggalku dari meja pelanggan yang aku tempati tadi bersama Kak Seungcheol, aku kembali ke meja bar untuk membuatkan minuman untuk mereka.

Namun, sebelum itu, aku secara tak sengaja bertemu dengan Kak Seongcheol di kafe ini. Dia datang kemari untuk bertemu dengan client-nya. Hingga berakhir dengan diriku yang mengobrol panjang bersamanya.

Hal yang aku tangkap dari ceritanya bahwa dia kini telah sukses menjadi pengacara. Dulu aku sempat dekat dengannya karena kita satu kampus. Aku kuliah di jurusan ekonomi bisnis, sedangkan dirinya hukum.

Kami mulai dekat ketika dipertemukan dalam satu unit kegiatan yang sama-sama kami gemari. Awalnya aku menganggap dirinya sebagai senior yang kusegani, karena dia memanglah mahasiswa yang pintar dan memiliki skill yang bagus. Hingga kami mulai akrab dan berujung dia mengutarakan isi hatinya.

Aku yang pada dasarnya keras kepala dan belum melupakan cinta pertamaku. Akhirnya memutuskan untuk menolak dan memohon agar dia melupakanku. Bukannya aku tak mau lagi berurusan dengannya.

Hanya saja aku tak ingin dia berharap lebih karena aku nyaman bersamanya hanya sebagai teman. Dia dikala itu tak keberatan sama sekali atas keputusanku. Sehingga aku berasumsi bahwa semuanya telah usai dan baik-baik saja.

Nyatanya semua itu percuma saja karena hingga pada detik ini, dia masih mengharapkanku. Itulah yang aku tangkap dari maksud ucapannya tadi ketika berkenalan dengan Seokmin.

"Kak, kau yakin mau meninggalkan mereka berdua seperti itu?" bisik Seungkwan kepadaku sembari melirik kedua pria yang duduk berhadapan di sana.

"Sudahlah. Jika mereka mau baku hantam di sini, akan aku usir. Mengganggu bisnisku saja."

"Hah? Jahat sekali kau, Kak."

"Seungkwan, lagian mereka tidak akan mungkin berbuat macam-macam disini. Orang penting seperti mereka biasanya main cantik tahu."

"Main cantik seperti yang bagaimana?"

"Saling membunuh pakai racun yang dicampurkan bersama kopi," ucapku meninggalkannya sendiri di belakang meja bar.

Setelah mengantarkan pesanan kedua pria itu, aku langsung bergegas kembali ke belakang meja kasir. Aku tak peduli lagi jika mereka masih terbilang dua orang asing yang baru kenalan. Lagian aku tahu jika aku tetap di sana, maka suasana makin tambah panas nanti.

***


Author's pov

Selang beberapa menit setelah kepergian Yuna, kedua pria tersebut saling melontarkan pandangan sinis. Tidak ada yang berani memulai percakapan atau sepertinya bukan tak berani, tapi malas memulai saja.

Bahkan ketika Yuna sudah kembali lagi dengan pesanan keduanya dan menaruh minuman itu di meja yang memisahkan mereka berdua. Keheningan itu masih saja tercipta. Suasana di sekitar begitu ramai sama sekali tak memotivasi mereka untuk memulai obrolan.

Hingga pada akhirnya, salah satu darinya melontar kalimat yang tak dapat diduga.

"Aku sudah cukup lama mengenal Yuna. Dia gadis yang manis. Kami satu kampus dulu, satu hobi juga. Hal itulah yang membuatku mulai dekat dengannya."

Seokmin tak menjawab apapun, ia hanya menyimak kalimat dari lawan bicaranya itu.

"Dia sudah tau perasaanku selama ini. Jika kau kembali hanya untuk sekedar bermain saja. Maka aku harap jangan lagi muncul dihadapannya. Sudah cukup untuk delapan tahun ini. Biarkan aku yang menjaganya."

Seongcheol beranjak dari tempat duduknya. Sebelum pergi ia menepuk pelan pundak pria itu sebagai tanda perpisahan.

Seokmin ingin membalas ucapan pria itu, tapi ia masih terjebak dalam pikirannya. Ia seakan sadar bahwa hubungannya dengan Yuna tidak ada status apapun selama ini. Bahkan setelah mereka dipertemukan kembali, ia sama sekali tak mempertegas semuanya.

Seketika ia ingat akan janjinya dahulu sebelum sesukses sekarang. Ia berjanji di hadapan kakaknya serta Mingyu bahwa dirinya tak akan bermain hati untuk sekedar mencari pacar. Akan tetapi dia ingin langsung mencari pendamping hidup.

Sejenak ia menolehkan kepalanya ke arah meja kasir. Di sana telah berdiri seorang gadis yang tersenyum sembari melayani pelanggan. Terlintas di kepalanya sebuah pertanyaan yang akan menjadi pr baginya kelak.

"Apa ini saat yang tepat untukku mengakui segalanya dan memulai langkah baru bersamamu?"

=TBC=

Rahasia Secangkir Kopi | Dokyeom SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang