Part 16 | Kiss Bye

193 30 0
                                    

Author's pov

Acara kencan antara Seokmin dan Yuna masih berlanjut. Kini mereka sedang berdiri di antara antrian wahana rumah hantu. Ini adalah ide dari Seokmin sendiri.

"Hei! Kau yakin akan masuk wahana ini?" tanya Yuna agak sedikit cemas.

"Jangan bilang kalau kau takut sekarang?" balas Seokmin dengan senyum selidik.

"Hah.. terserah. Kita lihat siapa yang akan teriak lebih kencang," ungkap Yuna sambil merotasikan bola matanya. Kiranya ia malas menanggapi respon Seokmin. Baginya, masuk wahana seperti ini membuat ia merasa cemas. Bukan berarti cemas akan rasa takut, tapi ada hal lain.

Setibanya giliran mereka, Seokmin awalnya dengan percaya diri berjalan di depan Yuna. Bukan hanya mereka saja yang masuk pada saat itu. Ada sekitar empat orang lainnya. Hingga tiba saatnya salah satu hantu mengagetkan mereka, maka kecemasan Yuna pun terjadi.

"Hihihihi.. bwaa!"

(ok ini anggap mbak kunti sedang menjalankan aksinya 😅)

"Huwaaaah! AH! AAAA! Yuna! Tolong aku!" ucap Seokmin histeris sambil memeluk Yuna seperti koala. Tak lupa dengan rombongan empat orang lain yang juga memberikan respon tak kalah histeris seperti Seokmin.

"Ssst! Berisik! Bisa diem gak!" ucap Yuna dengan nada membentak isyarat akan kemarahan. Mendengar hal tersebut, baik Seokmin maupun rombongan empat orang lainnya serta sang hantu jadi-jadi di sana terdiam mematung.

Hah.. dan terjadi lagi, batin Yuna sambil memijat pelipis matanya.

Sesampainya di luar, Seokmin dan Yuna memutuskan istirahat sejenak di salah satu bangku di sana.

"Maaf."

"Apanya?" tanya Seokmin bingung. Ia pikir Yuna tidak ada berbuat salah sejauh ini.

"Karena membentakmu tadi," jawab Yuna lesu.

"Haha.. tak apa."

"Sebenarnya ini kesekian kalinya aku masuk wahana itu. Namun, berakhir membentak siapa saja yang berteriak ketakutan di depanku."

"Hehe.. caramu ketakutan cukup unik ya."

"Kau juga. Tak merasa apa badanmu besar begitu, tapi malah takut hantu."

Seokmin salah tingkah mendengar penuturan Yuna barusan. Ia pikir tak mungkin setakut itu tadi. Namun, semua di luar prediksinya.

"Wah, cantik sekali," cicit Yuna yang masih bisa didengar oleh Seokmin.

Seokmin lantas mengalihkan mukanya mengikuti arah pandang Yuna. Di depan mereka sekarang, terpampanglah bianglala besar nan indah dihiasi lampu warna-warni.

"Kau mau menaikinya?" tawar Seokmin.

"Bolehkah?"

"Ayo!" ajak Seokmin sambil menggandeng tangan Yuna menuju wahana yang dimaksud.

Pemandangan malam Kota Seoul terpampang indah dan nyata mampu menyihir atensi Yuna saat ini. Melihat Yuna dihadapannya yang tak kunjung berhenti melontarkan kalimat-kalimat kekaguman. Hingga Seokmin merasa bersyukur telah dipertemukan kembali oleh sosok indah dihadapannya sekarang.

Dirinya tak pernah menyangka jika pertemuan secara tidak sengaja di meja kasir kafe beberapa waktu lalu mampu mengantarkan keberaniannya untuk mendekati gadis tersebut. Jujur saja setelah kisah semasa sekolah berakhir, pikirannya tak bisa lepas dari gadis itu. Ia merasa ada satu bagian yang menghilang secara tiba-tiba dari hidupnya dan tanpa Seokmin sadari, ia telah jatuh hati.

Dahulu Kei memang ia anggap sebagai kekasih hati, tetapi Yuna adalah sang pemilik hati yang sebenarnya. Entah bagaimana rasa itu muncul atau sejak kapan rasa itu mulai ada. Ia tidak tahu pasti.

Seharian ini ia lalui bersama Yuna. Banyak hal yang awalnya yang tak ia ketahui, kini ia tahu tentang gadis itu. Keberaniannya, caranya ketakutan hingga tersenyum kagum seperti sekarang. Ia menyukai semuanya.

"Hei! Melamun aja!" tegur Yuna.

"Ck!"

"Kenapa? Kau melamun yang iya-iya kan?"

"Ck! Apa maksudmu?!"

"Yaa.. mungkin saja kau sedang membayangkan ciuman diatas bianglala. Hehe.."

"Ck! Kau terlalu mesum. Ayo, keluar. Sudah malam, saatnya pulang."

"Hah?!"

***

Selama perjalanan pulang, tidak ada satupun di antara mereka yang bersuara. Hanya ada suara radio yang sejak awal perjalanan mengalunkan berita-berita terhangat seputar keadaan lalu lintas kota.

"Ehem.. terima kasih sudah mengantarku. Hmm.. mau mampir sebentar?" tawar Yuna ketika mereka telah sampai di depan gedung apartemen milik gadis itu.

"Sepertinya lain kali saja. Sudah larut."

Entah bagaimana, tiba-tiba suasana sekitar mereka lebih canggung dari beberapa waktu lalu. Bahkan Yuna enggan membuka pintu mobil.

"Oke. Hati-hati di jalan," pamit Yuna.

"Ya."

Ketika Yuna hendak membuka pintu, sedetik kemudian lengan Seokmin mencegahnya. Lantas gadis tersebut berbalik. Terlihat jelas pada raut mukanya yang bertanya-tanya ada apa gerangan.

"Hmmm.. selamat malam."

"Malam," jawab Yuna tersenyum. Lalu, melanjutkan aksinya membuka pintu. Namun, ia kembali urungkan dan berbalik.

Cup!

Senyum manis Yuna tunjukkan sebelum ia berlari memasuki gedung apartemen. Sedangkan Seokmin dibuat mematung di tempat.

=TBC=


Rahasia Secangkir Kopi | Dokyeom SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang