Epilog

139 27 0
                                    

⚠️🔞⚠️

Author's pov

Menghitung hari menuju pernikahan Seokmin dan Yuna, mereka mulai disibukkan dengan segala macam persiapan. Mulai dari tema wedding, gedung, dekorasi, katering, hingga busana pengantin. Semua harus terorganisir dengan rapi.

Sama seperti pasangan lainnya yang tak luput dari perselisihan pendapat ketika pranikah. Seokmin dan Yuna pun seperti itu. Tak jarang mereka bertengkar, apalagi hanya Yuna saja yang sering terlihat sibuk sendiri karena waktu Seokmin terpotong dengan urusan kantor.

"Sayang, sorry.."

Jika Seokmin tiba-tiba memberi kabar dan mengucapkan kalimat andalannya seperti ini, pasti Yuna otomatis akan geram.

"Kenapa? Meeting lagi? Lembur lagi? Atau apalagi?" cecar Yuna bertubi-tubi.

"Kok gitu sih. Aku kerja kan demi kamu juga."

"Ah sudahlah, sana kerja terus. Sebel aku!"

Tut~

"Huh, sebenarnya aku ini nikah sama siapa sih? Sama dia apa menikahi diri sendiri? Ck! Lucu sekali," dumel Yuna setelah ia memutuskan sambungan teleponnya dengan Seokmin begitu saja.

Begitulah akhirnya Yuna akan kembali sibuk mengurusi persiapan pernikahannya tanpa bantuan Seokmin. Walaupun sebenarnya ia tidaklah sendiri karena dia dan Seokmin sepakat untuk menyewa wedding organizer untuk memudahkan. Namun, tidak semestinya menyerahkan semua kepada mereka. Setidaknya harus ada persetujuan dari sang mempelai.

Ketika dalam mode marah-marahan seperti ini, pasti Yuna pulang-pulang ke apartemennya dan disambut dengan senyum lebar Seokmin. Tak lupa tersaji makanan yang dimasak lelaki itu. Sehingga acara makan malam romantis secara dadakan pun terjadi.

Kalau sudah begini wanita mana yang tidak luluh. Secara ajaib mereka akan bermesraan kembali seperti pasangan yang siap menyambut hari bahagia bersama.

Jika Yuna akhir-akhir ini dibuat cemburu dan merasa diduakan dengan urusan pekerjaan Seokmin. Maka lain lagi dengan lelaki itu. Ia pikir selama ini, hanya Seungcheol saja yang mencoba merebut hati istrinya ini.

Sebentar, istri? Ya benar, hari ini akhirnya pesta pernikahan antara Yuna dan Seokmin digelar. Begitu meriah suasana di dalam gedung tersebut. Keluarga beserta tamu undangan turut memeriahkan acara.

Begitu juga dangan orang yang dimaksud Seokmin tadi. Orang tersebut secara tidak terduga mengakuinya dan parahnya, ia hadir di sana karena atas undangan dari Seokmin sendiri.

Baik sebut saja dia oknum bernama Kim Mingyu. Seorang sahabat dekatnya sekaligus sekertaris pribadinya. Itu terjadi ketika Mingyu hendak mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.

"Hei bro! Selamat atas pernikahanmu!" ucap Mingyu heboh sambil menyalami mempelai pria.

"Ya terima kasih. Kau datang sendiri?" tanya Seokmin.

"Yeah~ Eunha tidak dapat hadir karena harus tugas keluar kota. Maaf ya Yuna, Eunha mengatakan ia sangat menyesal. Padahal ini adalah hari bahagiamu."

"Iya tak apa Mingyu. Terima kasih sudah hadir. Tolong sampaikan salamku padanya," jawab Yuna.

"Oke, akan kusampaikan, tapi ngomong-ngomong apa kau bahagia hari ini?"

"Hei! Apa kau pikir dia tak bahagia menikah denganku?" ucap Seokmin tak terima atas perkataan Mingyu.

"Mungkin saja, Pak Bos. Yuna, jika kau tak bahagia bersama Seokmin. Ingatlah satu hal, kesempatan untuk menjadi selirku terbuka lebar untukmu. HAHA.." ucap Mingyu diakhiri tawa yang menggelegar.

"Apa?! Ck! Kau gila ya?!" balas Seokmin yang mulai terpancing emosi.

"Hush.. diam kau, Pak Bos! Asal kau tahu saja, aku juga termasuk ke dalam jajaran laki-laki yang ditolak olehnya karenamu. Ck! Jika mengingat itu aku masih tidak teri–"

"Sudah? Jika iya, silahkan menyikir sekarang juga. Kau membuat antrian semakin panjang."

Seokmin tiba-tiba memotong ucapan Mingyu.

"Oke, oke. Yuna, ingat ini baik-baik! KU TUNGGU JANDAMU!" balas Mingyu terlihat tidak ada rasa takut-takutnya. Padahal aura mendung sejak tadi terpancar dari raut wajah Seokmin.

Yuna menunduk malu, sedangkan Seokmin ingin protes tapi tak bisa. Malulah, banyak tamu yang hadir saat ini.

***


Kejadian di pelaminan tadi membuat suasana malam pertama Yuna-Seokmin sedikit suram. Wajah sang suami masih saja cemberut dari tadi. Bahkan ia terus saja mengabaikan Yuna.

Saat ini mereka telah terbaring di atas kasur. Seokmin sengaja tak menghadap Yuna, karena mode cemburu masih on. Hingga Yuna dibuat gemas oleh tingkah suaminya ini.

Yuna tak dapat lagi menahannya. Ia langsung saja menaiki tubuh sang suami. Bermaksud untuk mengalihkan perhatian suami agar berpusat kepadanya. Seokmin lantas kaget akan perlakuan tiba-tiba istrinya ini.

"K.. ke.. kenap.. kenapa?" ucap Seokmin gugup. Tunggu, bukankah seharusnya sekarang istrinya yang ia buat gugup??

"Kau tak mau menatapku. Apa aku sejelek itu ya?" ucap Yuna murung.

"Tidak! Kau cantik. Wanita tercantik setelah ibuku."

"Lalu mengapa tak mau berbalik menghadapku? Apa lampu tidur itu lebih menarik daripada diriku ini?"

"Tidak. Bukan itu.."

Yuna mengangkat sebelah alisnya ia masih menunggu jawaban dari sang suami.

"Kau tidak ada cerita kepadaku soal Mingyu?" jawab Seokmin dengan nada merajuk yang dibuat-buat.

"Oh astaga! Jangan bilang jika kau masih memikir yang tadi," tebak Yuna

Tidak ada jawaban dari Seokmin yang menandakan bahwa ia mengiyakan pertanyaan dari Yuna.

"Aku tak ada hubungan apa-apa dengannya. Percayalah padaku bahwa kau adalah segalanya yang pertama bagiku," kata Yuna diakhiri dengan kecupan singkat di bibir lawan bicara.

"Kau yakin?"

"Tidak juga sih.."

Seokmin merubah raut wajahnya kembali menjadi suram. Namun, ia juga masih berharap dengan kelanjutan perkataan Yuna yang menggantung.

"Iyalah. Jika kau.. kita.. 'itu' sekarang maka jawabannya pasti valid," ucap Yuna sedikit memberi kode.

"Hah? Maksudnya?"

Namun, sayangnya Seokmin tak menangkap maksud kode tersebut.

"Iya 'itu', yang 'itu' pokoknya," terang Yuna sambil menekan nadanya pada kata 'itu'.

Sejenak Seokmin dibuat berpikir keras untuk menangkap maksud dari sang istri. Hingga beberapa detik kemudian ia tersadar bahwa ini adalah sebuah kode.

"Hehe.. sekarang?" cengiran Seokmin mulai muncul.

Yuna mengangguk malu-malu sambil bersembunyi di dada suaminya. Lantas tak perlu berlama-lama lagi, ia langsung membanting tubuh istrinya untuk memulai aktivitas yang semestinya sejak tadi mereka lakukan.

Hmm.. well, sepertinya little Seokmin akan segera hadir. Mari kita beri waktu kepada mereka berdua saja.































































































"Argh! Sakihhht.."

=BENERAN END=

Rahasia Secangkir Kopi | Dokyeom SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang