Part 9 | Pulang Bersama

294 43 0
                                    

Author's pov

"Pulanglah bersamaku!"

Satu detik, dua detik, tiga detik. Yuna masih tidak percaya dengan apa yang Seokmin katakan barusan. Begitu juga dengan pelaku lontaran kalimat tadi. Ia hanya terdiam kaget dan tak tahu apa yang telah ia perbuat selarang. Dia hanya khawatir dengan gadis yang di ada depannya ini.

Keheningan mulai menyelimuti mereka. Hingga salah satu di antaranya mulai membuka suara.

"Ya?!" jawab Yuna.

Pria itu menghirup udara di sekitarnya secara dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Tujuannya hanya untuk menetralisir degub jantungnya yang bertalu sangat kencang sekarang.

"Pulanglah bersamaku," ulangnya lagi.

"Aku.. aku tak bisa membuat gadis yang sebelumnya bersamaku pulang sendirian tanpa adanya kendaraan! Hei! Bukankah aku pria baik-baik! Lagian langit mulai gelap sekarang," lanjutnya dengan nada menggebu-gebu dan diakhiri dengan cicitan.

Sang gadis hanya memandang aneh ke arah pria tersebut. Ia tak habis pikir bahwa awalnya ia mengira kalau Seokmin kembali hanya karena ia benar-benar mengkhawatirkan dirinya. Namun, ia harus menepis semua pikiran itu, karena lelaki itu kembali bukan untuk menjaga dirinya. Melainkan untuk menjaga image pria tersebut.

"Tak apa pulanglah!" jawab Yuna dengan nada yang tersirat akan kekecewaannya. Ia tak bermaksud untuk mengatakannya, tapi apa boleh buat dia tipikal orang yang tak bisa menyembunyikan perasaannya.

Yuna beranjak dari sana. Namun, tiba-tiba lengannya ditahan lagi oleh Seokmin. "Aku butuh teman untuk bercerita," ucap Seokmin spontan.

Yuna menelisik setiap guratan ekspresi yang pada wajah Seokmin. Tergambar jelas di sana bahwa pria ini benar-benar sedang membutuhkannya. Sejenak terbesit ucapan Eunha beberapa waktu lalu.

"Hei, Yuna. Ini adalah kesempatan yang bagus. Kau harus mengambil langkah besar kali ini!"

Benar sekali, ia harus memulai aksinya. Sedetik kemudian, Yuna berbalik untuk masuk ke dalam mobil. Secepat mungkin Seokmin mengimbangi langkahnya. Ia begitu senang karena Yuna akhirnya mau untuk ia ajak pulang bersama.

***

Di sinilah mereka sekarang, Sungai Han adalah tempat yang sangat cocok untuk mengutarakan isi hati dan pikiran yang sedang berkecamuk. Walaupun hanya bisa memandang melalui pantulan kaca mobil karena hujan telah mengguyur kota tersibuk di Korea ini.

"Lama tidak berbetemu, Choi Yuna."

"Ah, iya sama. Eh..? Kau masih mengingatku?"

"Tentu saja! Kita sering dipasang-pasangkan oleh para guru sejak dulu kan? Hehe.."

Yuna hanya membalas ucapan Seokmin dengan senyuman. Memang benar apa yang Seokmin katakan, para guru mereka sering menjodohkan keduanya. Walaupun dengan tujuan bercanda saja. Namun, hal inilah yang sering membuat Yuna tersipu malu. Mereka tak pernah mengenal secara pribadi. Hanya sebatas nama dan prestasi yang dicapai oleh keduanya saja.

"Terima kasih."

Yuna memalingkan wajahnya kepada Seokmin yang sedang duduk menatap kemudi di depannya.

"Apanya?" balas Yuna kemudian.

"Karena sudah bersedia menemaniku."

"Maksudmu? Bukankah kau sendiri tadi yang membutuhkan teman bercerita?"

"Hehe.. aku tidak jadi."

Yuna hanya menatap jengkel lelaki di depannya ini. Ia mengalihkan wajah kembali menatap buliran air yang jatuh ke bumi.

Rahasia Secangkir Kopi | Dokyeom SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang