Part 14 | Kencan Pertama?

203 36 0
                                    

Flashback off

Author's pov
Hari minggu memanglah saat yang pas untuk bersantai bagi siapa saja yang ingin menikmati waktu libur. Itulah mengapa kafe milik Yuna kali ini lebih padat dari biasanya.

Suasana kafe yang semakin ramai menambah semangat para pekerjanya untuk beraktivitas. Walaupun lelah mulai terasa, tetapi bagi mereka bukanlah sebuah halangan.

Waktu santai ini juga dimanfaatkan oleh Seokmin. Ia memang sengaja datang ke kafe tersebut hanya untuk menikmati secangkir cappuccino. Seraya ditemani iringan musik jazz yang mengalun indah melalui pengeras suara yang sengaja dipasang di sana.

Tunggu, sepertinya bukan itu saja tujuan utama ia datang kemari. Karena sebenarnya manik coklat itu senantiasa bergerak ke sana, ke mari seiring dengan pergerakan yang dilakukan oleh gadis yang berdiri di balik meja kasir.

Tepat sekali, siapa lagi kalau bukan Yuna. Ia tengah sibuk melayani pengunjung, sampai-sampai lupa akan kehadiran pria yang akhir-akhir ini mulai dekat dengannya itu. Padahal hampir setiap kali Seokmin datang, ia tak pernah lupa untuk menemaninya barang sebentar saja.

Bukan karena mereka sedang berselisih dan tak mau berbicara satu sama lain. Namun, memang Yuna kali ini terlalu terbawa oleh suasana kafe yang ramai itu.

Bukankah memang itu salah satu sifat aslinya? Jika ia telah serius melakukan sesuatu, maka ia akan lupa dengan dunia sekitarnya.

Hingga pada akhirnya Yebin, salah satu pegawai kafe yang baru saja datang karena memang jam shift kerjanya telah tiba, menyuruh Yuna untuk segera istirahat sejenak. Membiarkan dirinya yang mengambil alih meja kasir.

Yuna akhirnya bisa bernapas lega. Kini ia dapat beristirahat sejenak. Namun, ia baru sadar jika ada seseorang sedang menunggunya atau memang hanya ia saja yang merasa terlalu percaya diri. Entahlah, yang terpenting sekarang ia telah berjalan menuju meja di mana Seokmin duduk.

"Hai, tidak biasanya kau datang di hari minggu seperti ini presdir Lee?" sapa Yuna yang sedikit menggoda lawan bicaranya.

"Ck! Memang aku diperbolehkan datang ketika jam istirahat kerja saja? Ini tempat umum, Nona. Aku bebas datang kapan saja," jawab Seokmin dengan sedikit cemberut. Mencoba berpura-pura agar Yuna peka kalau ia telah lama menunggu lama.

"Astaga, kau marah karena aku cuek padamu sejak tadi?"

"Ya, kau terlalu lama berdiri di sana. Aku hampir mati kebosanan."

"Hehe.. maaf. Kalau begitu aku akan traktir makan waffle, bagaimana?"

"Hanya waffle? Bukan traktir itu namanya! Aku bisa memesan sekaligus membayarnya sekarang tanpa harus meminta padamu."

"Ck! aku tak tahu kalau kau ternyata sombong juga presdir."

"Tentu saja. Aku tak mau kau traktir sekarang. Aku mau hal yang lain."

"Hm? Hal yang lain seperti apa? Jangan mahal-mahal ya!"

"Tidak. Cukup pergi denganku."

"Maksudmu?"

"Kencan," jawab Seokmin singkat padat dan jelas.

Ekspresi Yuna sekarang? Jangan ditanya. Ia sedang melongo tanpa tahu harus merespon seperti apa.

"Wkwk.." tawa Seokmin menggelegar di tengah suasana kafe yang ramai itu.

"Hei! Apa aku orang pertama yang mengajakmu kencan?" goda Seokmin setelah tahu ekspresi Yuna yang menurutnya lucu sekaligus menggemaskan.

"Ti.. ti.. tidak! Se.. sebelumnya ada kok!"

"Siapa? Seungkwan? Mingyu?"

"Ck! Pokoknya ada, ya ada!" bentak Yuna malu.

Benarkan apa kata Seokmin, sepertinya memang dirinyalah yang pertama, batin Seokmin berbicara.

"Sudahlah. Kau mau apa tidak?"

"Ck! Kenapa kau tiba-tiba–"

"Karena aku bosan saja."

Setelah mendengar alasan jujur dari Seokmin. Yuna nampaknya kecewa. Ia pikir bahwa Seokmin memang bermaksud untuk mengajaknya kencan, karena dia ingin selalu berada di dekatnya. Namun, nyatanya tidak demikian.

Uh! Kau jangan berangan-angan yang terlalu jauh, pikir Yuna.

"Baiklah tunggu sebentar."

Dengan bodohnya Yuna malah mengiyakan ajakan aneh Seokmin kali ini.

Setelah Yuna berpamitan untuk mengambil tas di ruang pribadinya. Seokmin masih setia di sana. Walau alasan yang ia lontarkan terlalu aneh, tapi percayalah bahwa sebenarnya Seokmin menjawab asal saja tadi.

Hal itu karena untuk menutup rasa gugupnya. Maklum saja, ia telah lama tidak mengajak perempuan untuk berkencan. Mungkin sekitar tiga tahunan mungkin. Jadi, ia musti belajar kembali untuk masalah percintaan.

***

Sementara itu, Yuna di ruang pribadinya tengah meracau tidak jelas. Ia merasa kecewa akan jawaban Seokmin mengenai alasan mengajaknya berkencan. Hingga berujung dengan bodohnya yang menerima itu.

"Ck! Choi Yuna, kau benar-benar bodoh! Jelas-jelas ini terkesan seperti bukan kencan namanya. Ia hanya ingin kau menemaninya karena dia sedang bosan saja," ucap Yuna sambil memukul kepalanya sendiri. Hingga tak mempedulikan rasa sakit yang ia terima.

"Hah.. bahkan penampilanku saja seperti gembel. Tidak ada manis-manisnya," lanjutnya kemudian dengan tampang sedih setelah memperhatikan penampilannya sendiri.

"Astaga! Bagaimana ini? Hmm.. baiklah sedikit polesan bedak dan liptint sajalah," ucapnya kemudian.

Setelah sekedar berhias sedikit, ia berucap kembali, "Ya, begini saja. Aku harap ia tak malu jika berjalan bersamaku nanti. Choi Yuna, semangat!"

Yuna telah selesai dengan urusannya, maka selanjutnya ia datang menghampiri Seokmin. Melihat Yuna berjalan ke arahnya, Seokmin lantas bangkit dari kursi. Kemudian mengajak Yuna untuk meninggalkan kafe.

Di tengah perjalanan, suasana sunyi mulai terlihat. Keduanya tidak ada yang berani angkat bicara. Seokmin sibuk dengan kemudinya, sedangkan Yuna sibuk mengamati pemandangan melalui kaca jendela mobil.

"Kau mau ke mana kali ini?" ucap Seokmin tiba-tiba memecah keheningan. Yuna yang merasa aneh dengan pernyataan Seokmin lantas mengerutkan keningnya.

"Loh? Bukannya kau yang mengajakku?" jawab Yuna masih dengan rasa kebingungannya.

"Iya, kau benar juga. Hehe..," jawab Seokmin sembari terkekeh atas pertanyaan bodoh yang baru saja ia lontarkan pada gadis di sampingnya itu.

"Baiklah kalau begitu. Kau ingin ke mana ketika kencan pertamamu?"

"Hei! Sudah kubilang kalau ini bukan yang pertama!"

"Oke, oke. Kau mau ke mana, manis?" goda Seokmin.

Mendengar hal tersebut, pipi Yuna lantas merona. Hingga ia buru-buru menjawab, "Lotte World mungkin? Sudah lama aku tidak ke sana."

"Oke, ide bagus. Kita ke sana."

Setelahnya mobil hitam mewah milik Seokmin berjalan membelah kota menuju tempat yang dimaksud oleh Yuna.

=TBC=

Rahasia Secangkir Kopi | Dokyeom SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang