Part 5 | Putus?

276 54 0
                                    

Yuna's pov

Setelah kemunculan Seokmin yang secara tiba-tiba di kafeku. Aku semakin serakah untuk berharap agar Tuhan mempertemukan kita kembali di kemudian hari. Namun sayangnya, hingga seminggu sudah belalu dia tak kunjung datang. Aku tak tahu banyak informasi mengenai kehidupannya saat ini, karena aku memutuskan untuk berhenti mengikutinya semenjak kita dinyatakan lulus SMA.

Bagaimana keadaannya, apa pekerjaannya, siapa wanita yang berhasil mendampinginya. Aku tak tahu sama sekali.

Bahkan jika ia telah menikah, sepertinya rasa cinta ini harus rela kupendam selamanya. Tak terasa air mataku mulai mengumpul di pelupuk mata karena mengingat bayangan betapa bahagianya dia saat ini. Tersenyum lebar di samping wanita beruntung yang mendampinginya. Apalagi jika saat itu dia juga sedang menggendong anak, lengkaplah sudah kebahagiaannya.

Kuseka air mata yang berhasil lolos begitu saja tanpa permisi. Lalu aku bangkit dari kursi yang tadi kududuki. Saat ini aku sedang berada di kafe. Lebih tepatnya aku berada dalam ruangan yang khusus aku gunakan untuk mengatur manajemen kafeku.

Suasana di dalam sini terlihat tenang dan nyaman. Berbeda 360 derajat dengan suasana di luar, karena kafeku hampir tak pernah sepi pengunjung.

Kulangkahkan kaki menuju ruang depan. Aku bermaksud memantau keadaan kafe saat ini. Mulai dari dapur, meja kasir, meja pelanggan, hingga aku sampai pada bagian luar kafe. Di sini juga terdapat beberapa meja untuk pelanggan yang ingin menikmati kopi dengan pemandangan halaman yang sejuk.

Sepertinya semua terlihat aman terkendali. Hingga saatnya aku melewati salah satu meja pelanggan, aku bertemu lagi dengannya.

Bukan, bukan Seokmin yang aku bicarakan kali ini. Melainkan gadis yang berhasil mendapatkan hati seorang Lee Seokmin, Kei Onezawa.

Dia primadona sekolah semasa aku SMA. Hampir tak ada siswa laki-laki di sekolahku yang tidak mengidolakannya.

Dia seorang model, jadi jangan heran jika kalian melihat begitu rupawannya wajah yang ia miliki. Pantas saja Seokmin sampai menyukainya. Bahkan sekarang usianya saja hampir 26 tahun sama sepertiku saja, wajah tersebut tetaplah cantik dan tak berubah sedikit pun.

Namun sayang, prestasi akademiknya tak begitu bagus. Hal inilah yang menjadi bahan perbincangan para guru-guruku di sekolah. Bagi mereka visual sebagus apapun, tak akan mampu menyaingi otak encer sepertiku.

Kei boleh saja menjadi primadona siswa laki-laki penjuru sekolah. Namun, siswi primadona yang sebenarnya di kalangan guru-guru adalah aku. Bukan bermaksud menyombongkan diri, tapi aku memang berbicara tentang fakta.

"Choi.. Yuna? Benarkah itu kamu?" tanya Kei saat aku hendak melewati mejanya.

"Ya."

Tak banyak kata yang aku ucapkan, karena aku masih tidak setuju akan hubungannya dengan Seokmin. Perempuan mana sih yang setuju jika pujaan hati mereka bersanding dengan gadis lain.

"Haha.. kau memang tak berubah Yuna. Ah, duduklah!"

Aku hanya menurut, lalu duduk di sampingnya.

"Aku dengar dari teman-teman bahwa ini kafe yang kau kelola. Benarkan?"

"Ya," jawabku sambil melirik pria yang duduk di depan Kei. Siapa dia? Melihat aku melirik orang lain yang berada di antara kita, Kei langsung buka mulut.

"Oh ya! Perkenalkan, dia Wen Junhui. Ehm.. calon suamiku."

Deg!

Aku lantas kaget mendengar pengakuan Kei. Calon suami? Sejak kapan ia mengakhiri hubungannya dengan Seokmin?

"Kau.."

Aku bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi karena terlampau kaget atas fakta yang aku dapat barusan.

"Haha.. kau pasti kaget ya? Kami akan menikah minggu depan, jadi kau datang ya," katanya kembali tanpa mau menjelaskan hubungan antara dirinya dengan Seokmin. Tak lupa ia juga menyerahkan sepucuk undangan pernikahan kepadaku. Aku lantas tersadar dari lamunanku dan membalas senyumannya.

"Tentu, karena kau sudah jauh-jauh datang kemari untuk menyerah undangan ini padaku," ucapku sambil tersenyum sebagai tanda kesopanan.

"Baiklah aku permisi ya. Masih banyak undangan lagi yang perlu aku sebar. Oh ya, kopi di sini enak. Aku akan datang lagi jika ada waktu. Sampai ketemu lagi."

"Ya, hati-hati di jalan."

Kei? Junhui? Nampaknya ia lebih memilih pria yang sepadan dengannya.

=TBC=

Rahasia Secangkir Kopi | Dokyeom SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang