6. Caught

15 2 0
                                    

Freya POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Freya POV

Aku menikmati makan malamku dengan Juno dimeja makan, kami memutuskan untuk tidak menunggu Frei karena aku pikir dia pasti sedang makan malam dengan Suga. Aku tidak dapat mengingkari perasaan cemburuku sendiri namun apa boleh buat, karena ini semua adalah rencanaku. Tiba-tiba ponselku berbunyi, satu pesan dari Suga muncul sebagai notifikasi. Kami berbalas pesan untuk beberapa saat.

Pesan ini menunjukkan bahwa Frei tidak bersama Suga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesan ini menunjukkan bahwa Frei tidak bersama Suga. Mana mungkin Suga mengirimiku pesan berisikan kata kangen saat sedang bersama dengan diriku yang lain. Tapi sepertinya ada yang salah dengan chat kami barusan. Aku membaca kembali riwayat chat Suga. Seketika kedua mataku melotot ngeri. Selamat makan katanya. Dari mana dia tahu aku sedang makan? Seketika aku curiga jika Suga memiliki pekerjaan sampingan sebagai dukun.

Aku kembali teringat akan keberadaan kembaranku. Jika Frei tidak sedang bersama Suga lalu dimana dia. Aku berusaha menghubunginya beberapa kali namun tidak ada jawaban. Juno sampai ikut-ikutan menghubungi Frei. Hingga kemudian tiba-tiba Frei muncul dengan wajah memelas sambil menunduk. Aku dan Juno saling melempar tatapan. Kami tahu benar jika Frei sudah bersikap seperti ini berarti ada sesuatu yang terjadi diluar rencanya. Hening diantara kami akhirnya pecah ketika Juno mulai membuka suara.

"Kedokmu terbongkar oleh Damar?" Tebak Juno.

Dengan cepat Frei mengangkat kepalanya dan menunjukkan wajahnya yang sedang terkejut kepada kami. Sepertinya tebakan Juno tepat sasaran. Matilah Frei sekarang.

"Benar Frei?" Tanyaku mempertegas.

Frei hanya menunduk tampak menyesal. Lalu sosok Damar akhirnya muncul dibelakang Frei. Pria jakung itu tersenyum lebar, mengangkat tinggi sebuah bungkusan yang sepertinya adalah brownies kesukaanku.

"Halo Freya! Bagaimana kakimu? Ini untukmu." Sapa Damar riang sembari menyodorkan bungkusan berisi kotak brownies didalamnya.

"Maaf..." Cicit Frei.

Frei kembali menunduk dengan wajah memelas. Aku hanya bisa menghela nafas, lupa kalau Frei akan selalu lemah terhadap Damar. Bisa aku tebak, pasti Damar sudah mencium saudariku itu. Lihat saja muka Damar yang sumringah seperti baru saja menang lotre. Sementara Frei bisa menyerah kalah begitu saja.

INFATUATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang