39. The Morning After

23 1 0
                                    



Author POV

Suga tengah duduk manis di meja makan, menikmati secangkir kopi yang baru saja ia buat. Tidak ada koran konvensional, jemari Suga bergulir di atas layar ponsel yang sudah ia buka dari posisi foldnya. Paginya berantakan dan itu semua disebabkan oleh Marisa dan Mom-nya Arka. Lalu sekarang, dua wanita itu sudah pergi. Marisa pulang dan Mom-nya Arka membawa istrinya.

"Freya mana?"

Pertanyaan itu berasal dari Damar. Pria itu menghampiri Suga sambil menenteng secangkir latte bersamanya. Suga masih malas membahasnya dan jadilah dia diam saja. Damar dibuat gemas menyebabkan sebuah tabokan keras mendarat dipunggung sahabatnya. Suga menatapnya saja sambil mengernyit merasa punggungnya nyut-nyutan.

"Kalau ditanya itu jawab."

"Freya sudah pergi bersama bibi." Jawab Suga sekenanya. Bibi disini adalah Mom-nya Arka.

"Juno mana?"

"Mengantar Freya dan bibi."

"Kenapa Freya bisa bersama bibimu?"

"Mereka menemani Inana check-up."

Damar manggut-manggut tidak lagi bertanya. Ekspresi temanya pagi ini sungguh tidak ramah, sepertinya malam pengantinya tidak berjalan dengan lancar. Dan benar perkiraan Damar, malam pengantin Suga memang berantakan, bahkan bukan cuma malam tetapi juga paginya rusak.

Kejadian pertama adalah malam, ketika pria itu sudah berhasil mengusir Marisa kemudian munculah Arka yang tiba-tiba membuka pintu. Bukan lagi membuka pintu seperti normalnya orang membuka pintu, tapi Arka sukses menghempaskan pintu kamar Suga sehingga menyebabkan bunyi debuman keras.

Lalu pagi harinya, susah payah Suga merayu istrinya. Freya yang masih ragu akhirnya berhasil dirayunya. Suga berusaha terus mengalihkan fokus wanita itu, membicarakan banyak hal sambil memberikan sentuhan erotis dimana-mana. Ia bahkan harus menahan kesal ketika topik mengenai hubungan istrinya dengan Arka kembali dibuka.

Namun setelah Freya sudah terbaring pasrah, membiarkan dan menikmati saja sentuhan intim dari suaminya, ketika Suga sudah mengacak-acak piyama tertutup istrinya, Marisa tiba-tiba menerobos masuk. Wanita hamil itu tanpa rasa berdosa menempati sisi pinggir ranjang Suga, mengabaikan sepasang pengantin baru yang sudah dalam posisi intim siap tempur itu dan berkata.

"Freya, aku pulang ya, aku ada temu janji dengan ibu mertua. Baik-baik ya. Dan Tino! Jangan main kasar! Awas kau!"

Freya hanya mengangguk, sepertinya otaknya tidak sanggup memberi perintah apapun kepada tubuhnya untuk bereaksi. Wanita itu tidak meronta berusaha menyingkirkan Suga dari atasnya, justru malah Suga yang berdiri untuk mendorong Marisa keluar kamarnya sebelum akhirnya pria itu mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.

Ketika Suga kembali menghampiri sang istri, Freya masih saja diam, matanya mengerjap lucu karena bingung. Kesempatan itu tidak dibiarkan begitu saja. Suga kembali menyentuh istrinya, memberikan stimulasi erotis yang dengan cepat dapat memancing sisi liar sang Istri.

Akan tetapi kesialan Suga tidak berhenti sampai pada Marisa yang menerobos masuk tanpa permisi. Kali ini jauh lebih menyebalkan. Setelah sekali lagi Suga berhasil meyakinkan Freya bahwa kegiatan mereka perlu dilakukan, dan setelah Suga baru memulai membelah jalan masuk untuk memiliki Freya seutuhnya, gedoran pintu kamarnya menggaung berkali-kali.

Suga mengabaikanya dan terus berusaha memasuki lembah kemenangan atas tubuh istrinya. Tetapi Freya yang terganggu pada akhirnya berhasil membujuk sang suami untuk melihat siapa yang tengah menggedor-gedor pintu kamarnya sepagi itu.

Pria itu menggeram kesal. Terpaksa bangkit, membuka sedikit pintu kamarnya untuk menyembulkan kepalanya disana, bisa pingsan bibinya itu jika Suga membuka lebar pintu kamarnya.

INFATUATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang