4. Pretended (1)

16 3 5
                                    

Pagi harinya aku terbangun karena merasa seseorang sedang memelukku dari belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Pagi harinya aku terbangun karena merasa seseorang sedang memelukku dari belakang. Saat aku menoleh untuk memastikan siapa orang disebelahku, aku bangkit dan berteriak yang sontak membangunkanya.

"Aaaaaaaaaaakh..!!!"

Gadis itu langsung bangun, duduk diatas tempat tidur dengan mata terbuka lebar. Dia menoleh kesana-kemari kebingungan sendiri.

"Ha?? Mana malingnya? Dimana mobilku? Siapa aku?"

Dia duduk masih dalam keadaan setengah sadar. Karena senang, aku menghambur memeluknya. Saking eratnya pelukanku sampai membuatnya sadar dimana dan siapa dirinya.

"Aku merindukanmu! Kapan kau sampai? Kenapa tidak membangunkanku? Cepat sekali, padahal baru semalam kau bilang akan datang." Girangku dan gadis itu hanya terkikik saja.

"Joonie menjemputku subuh tadi dan itu artinya aku datang saat mentari mulai menampakan sinarnya—"

Dia mulai berpuisi tapi segera saja aku hentikan.

"Hentikan!"

"Hahaha.. Ayolah, aku baru saja memulai puisiku. Bagaimana kakimu?"

Aku menunjukkan perban dikaki kananku padanya. Gadis itu menaikan alis, menatap intens kakiku yang masih terbalut gyps. Kemudian ia menatapku heran.

"Kaki kanan?"

Aku mengangguk dengan wajah memelas kepada gadis dihadapanku ini. Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seakan takjub dengan fenomena kakiku yang di gyps ini.

"Aku terkadang heran, jika salah satu diantara kita terluka pasti yang lain akan merasakan. Kaki kananku juga kram hingga nyeri semalam." Adunya yang kini juga mengangkat kaki kananya sendiri.

"Kita terlahir kembar bukan tanpa alasan Frei."

Yap! Gadis ini adalah kembaranku. Namanya Frei. Nama panjangnya Frei aja, tidak usah panjang-panjang nanti susah nulis nama dikertas ujian, begitu katanya. Kami ini kembar identik. Catet ya, identik. Wajah kami sama, tinggi badan kami sama, mungkin tinggi Frei sedikit. Tapi seidentik apapun anak kembar, pasti keduanya memiliki perbedaan 'kan. Kami juga demikian. Frei lahir tiga menit lebih dulu dariku. Sejauh ini hanya Juno dan kedua orangtua kami yang dapat membedakan kami dengan mata tertutup. Bahkan Damar yang pernah mengencaniku dan sekarang berkencan dengan Frei juga terkadang masih sedikit bingung membedakan kami berdua. Ditengah-tengah keasikan kami berbincang, tiba-tiba pintu kamarku terbanting keras, terbuka lebar.

Brak!

Juno muncul dengan rambut yang masih acak-acakan. Sepertinya dia langsung bangun dari tidurnya dan langsung berlari kekamarku ketika mendengar suara teriakanku yang membahana.

"Ada apa?? Kenapa Freya berteriak?" Tanyanya panik.

"Darimana kau tau Freya yang berteriak dan bukan aku? Suara kami hampir sama." Tuding Frei merasa heran sendiri.

INFATUATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang