9. Sorry (1)

24 3 0
                                    


Maafkan typo yg bertebaran..
Happy Reading...😘

Sejak kejadian saling bentak didapur itu, Suga tidak lagi muncul dirumah ku, bahkan Frei mengatakan bahwa Suga sudah jarang muncul disekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sejak kejadian saling bentak didapur itu, Suga tidak lagi muncul dirumah ku, bahkan Frei mengatakan bahwa Suga sudah jarang muncul disekitarnya. Tiga hari tepatnya aku putus kontak karena ponselku yang rusak. Kendalanya adalah proses pemindahan data dari ponsel lamaku yang hancur dibanting Suga, dan juga proses pemulihan nomer ponsel lamaku. Ketika semua telah selesai, yang bisa aku lakukan hanya menunggu Suga menghubungiku. Sisi egoisku masih menguasai pikiranku. Namun sayangnya tidak ada tanda-tanda Suga menghubungiku.

Hingga waktu sudah berlalu satu minggu. Kakiku sudah berangsur-angsur pulih, drama peran pengganti antara aku dan Frei juga sudah tamat. Kembaranku itu memutuskan untuk pindah ke universitasku demi bersama dengan Damar.

• • • •

Pagi ini Frei, aku, Damar dan Juno berangkat bersama. Di halaman parkir universitas, kami melihat Kia sedang memeluk Tyo. Aku menatap Juno yang sedang memandang tajam kearah Kia sebelum akhirnya berjalan memasuki area kampus bersama Damar. Si Taehyung KW super itu sepertinya sadar akan keberadaanku, karena dia nampak berjalan menghampiriku diikuti Kia dibelakangnya. Tyo yang memang tidak tahu mengenai kembaranku langsung menatap kami heran. Dia menatap aku dan Frei bergantian sambil menunjuk kami berdua satu per satu.

"Freya?? Ada dua??"

"Halo Tae, apa kabar? Dia kembaranku, Frei."

Aku memperkenalkan Frei padanya lalu mereka berjabat tangan.

Frei yang tidak tahan untuk bertanya siapa Tyo kemudian mulai berbicara secara blak-blakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Frei yang tidak tahan untuk bertanya siapa Tyo kemudian mulai berbicara secara blak-blakan.

"Kau dan Kia pacaran??"

Aku menyenggol bahu Frei sambil mendelik kearah kembaranku itu. Tyo hanya tertawa kecil kemudian merangkul Kia yang masih disampingnya.

"Apa kami terlihat seperti pasangan kekasih?" Candanya.

"Hentikan Tae! Aku tau Kia adalah kakak sepupumu. Jangan percaya padanya Frei." Dengusku dan Tyo malah tertawa puas.

"Hahahaaa..! Akan lebih bagus jika kami terlihat seperti sepasang kekasih. Paling tidak para berandalan itu akan berhenti mengganggu Kia."

Tyo menatap kearah segerombolan begundal kampus yang memang selalu menggoda para mahasiswi. Aku cukup mengerti kenapa Tyo sering mendatangi kampusku, karena faktanya Tyo menempuh pendidikan di universitas yang berbeda.

Setelah Tyo meninggalkan kami bertiga, aku mencecari Kia dengan berbagai pertanyaan mengenai perubahan sikapnya terhadap Juno. Dan Kia menjelaskanya tanpa menutupi apapun dari kami.

"Setelah sekian lama aku baru menyadari bahwa sikapku sangat mengganggu Juno, aku memang menyukainya tapi tidak sekalipun dia memandangku.

Dan sebenarnya aku akan mengungkapkan perasaanku ketika malam penutupan ospek, namun yang terjadi malam itu sudah menjawab segalanya. Aku berusaha menghindarinya selama ini karena aku takut akan mengganggunya lebih jauh lagi."

Aku menghela nafas, merangkul pundak Kia untuk menyemangatinya.

"Kau menyimpulkan tanpa mendengar langsung darinya?" Tanyaku.

"Aku rasa tidak perlu karena mendengar penolakanya akan semakin menyakiti hatiku. Bagaiamana hubunganya dengan junior itu?" Kali ini Kia mencoba mengalihkan pembicaraan, aku tersenyum saja.

"Bahkan kau masih menanyakan tentang kakakku. Mereka tidak pernah berkencan, kakak tidak pernah menjelaskan dan aku juga tidak menanyakan detailnya—"

"Kau tau akhir-akhir ini Juno gelisah karena sering melihatmu bersama si siapa tadi namanya, Tyo? Mungkin sama sepertiku, dia mengira kalian berkencan, dan tau apa artinya.. Dia cemburu."

Entah apa yang mendorong Frei untuk menyela pembicaraanku dengan Kia, lalu membeberkan pemikiran yang selama ini aku dan Frei bicarakan. Kia tersenyum patah. Raut wajahnya menunjukkan bahwa apapun yang dikatakan Frei adalah omong kosong yang diragukan kebenaranya.

"Diantara aku dan Frei, akulah yang paling mengenal kakakku. Mungkin kita bisa mencari tau apakah benar Juno cemburu seperti yang dikatakan Frei barusan. Tapi tidak sekarang karena aku harus mengantar Frei berkeliling untuk melihat gedung fakultasnya." Kataku sambil menaik-turunkan alisku.

"Kalian beda jurusan?" Tanya Kia penasaran

"Aku seni dan Frei manajemen bisnis. Sampai ketemu nanti jam makan siang, di kafetaria. Kami pergi dulu." Aku merangkul kembaranku untuk aku tarik pergi.

• • • •

Ketika jam makan siang aku menuju kafetaria. Tiba-tiba entah darimana asalnya, Frei berlari kearahku dan berusaha mendorongku menjauh dari sana. Sikap anehnya membuatku semakin penasaran. Aku berusaha melewati Frei dan kembaranku itu menghadangku. Aku berkelit kesana-kemari tapi Frei selalu bisa menghadang langkahku. Aku mengernyit heran dan Frei nyengir mencurigakan. Kemudian aku sengaja menoleh kearah lain sambil menunjuk.

"Oh! Seokjin KW pangku-pangkuan sama cewe!" Seruku dramatis.

"Mana-mana??"

Seketika Frei menoleh kesudut yang aku tunjuk, clingukan mencari objek yang aku maksud. Senyum miring penuh kemenangan aku tunjukan. Bingo! Kena kamu Frei. Dengan cepat aku melewati tubuh Frei yang sedari tadi menghadangku. Meninggalkanya yang masih saja clingukan kesana-kemari. Rasa penasaranku sudah mengalahkan rasa laparku sendiri.

Ketika aku berjalan memasuki kafetaria, aku melihat Suga duduk didalam sana. Dia sedang merangkul seorang gadis cantik. Gadis itu terlihat sangat nyaman bergelayut manja dilengan Suga. Jujur saja hatiku sangat hancur dan ingin rasanya aku menjambak rambut lurus gadis itu hingga menjadi ikal. Frei yang lagi-lagi entah sejak kapan berada disebelahku menatapku, seakan sedang meminta maaf untuk hal yang tidak dia lakukan.

"Sabar ya saudariku. Ingatlah ini kampus jadi jangan bikin rusuh." Frei menepuk-nepuk punggungku, niatnya menenangkan tapi ucapanya membuatku ingin menjahit mulut manisnya itu. Untung kembaran, untung sayang. Untung saja.








TBC

.
.
.



Copyright©220722 By_Vee

INFATUATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang