Aku hanyut dalam suasana yang aku ciptakan sendiri. Tanpa memperdulikan orang-orang disekitarku, aku masih saja dengan khusuk menikmati setiap belaian basah dibibirku. Mataku terbuka lebar ketika aku mendengar tepukan tangan dari orang-orang yang ternyata semakin banyak mengerumuni kami. Aku menarik wajahku menjauh dan mendapati Suga yang tengah menyeringai menyebalkan kearahku. Aku menyapu pandanganku kesekitar. Mataku tertuju kepada seorang ibu muda yang sedang menutup mata anak lelakinya menggunakan tanganya, pemandangan itu membuatku tersadar lalu mengamati diriku sendiri."Astaga!"
Aku memekik sendiri. Kaget dengan posisiku saat ini. Sejak kapan aku duduk dipangkuan Suga? Mana tanganku melingkari lehernya dengan posesif begini. Astaga, aku tidak menyangka bisa seagresif ini. Cepat-cepat aku bangkit lalu berjalan menjauh. Suga mengikutiku dari belakang beberapa saat kemudian. Ia menyodorkan sebuah es krim strawberry tepat di depan mukaku.
"Hadiah dari paman penjual es. Dia bilang have fun."
Secepat kilat ku ambil es ditanganya kemudian berjalan semakin cepat untuk menghindari Suga karena malu. Dia tertawa kecil masih sambil mengikuti dibelakangku tanpa bersuara. Aku mulai bingung dengan sikapnya yang hanya diam tanpa berusaha menggodaku. Tidak biasanya. Ketika aku berhenti dan akan berbalik, tiba-tiba Suga merangkulku.
"Apa yang kau ingin aku lakukan, aku kalah taruhan." Tanyanya sambil menggiringku untuk tetap berjalan.
"Ha?? Taruhan yang mana?" Bingungku linglung.
"Bagus. Lupakan."
Aku berpikir sejenak. Taruhan yang mana maksudnya. Lalu kilasan ingatan sebelum insiden saling pangku tadi mulai berputar-putar dikepalaku. Oh, benar juga, taruhan itu. Reflek aku memukul lengan Suga sambil merajuk.
"Aaa.. jangan curang."
"Kamu yang curang. Seenaknya menciumku didepan targetku." Gerutunya.
"Aku kan tidak pernah bilang harus orang lain."
Malas berdebat atau sekedar menyanggah, Suga lebih memilih mengangguk saja. "Baiklah, sekarang apa keinginanmu?"
Aku kembali berpikir sejenak kemudian mendongak untuk menatap Suga yang fokusnya masih lurus kedepan. Sebuah ide jahil kembali beraim didalam kepalaku.
"Belikan aku perhiasan." Tukasku semangat.
Suga menghentikan langkahnya, menundukan kepala menatap kearahku dengan sejuta pertanyaan yang dia sendiri mungkin tidak tahu bagaimana menanyakanya padaku. Sebelah alisnya naik. Aku semakin heran, pria ini seakan tidak mempercayai permintaanku.
"Kenapa melihatku seperti itu? Ada yang salah jika seorang gadis meminta perhiasan?"
Kali ini Suga mengerutkan keningnya. Tatapanya semakin memincing kearahku. Pria ini sepertinya benar-benar meragukan permintaanku. Lalu dia mendekatkan sedikit wajahnya kearahku. Tentu saja secara spontan aku memundurkan wajahku sedikit memberi jarak.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFATUATION
Ficção GeralDia adalah anomali di dalam kehidupan percintaanku. Begitupula dengan aku yang juga pasti bagaikan anomali dalam kehidupnya. "Freya, apa yang kau lakukan padaku? Sihir apa yang kau gunakan?" -Suga. "Sedikit saran dariku. Jangan terlalu dalam menyuka...