Lana berjongkok, matanya menyorot ke kolong meja dan sofa, seolah tengah mencari sesuatu. Bocah perempuan berusia enam tahun itu tampak serius sekali, seolah memang tengah mencari benda atau apa pun itu yang amat berharga.Hal itu tentu saja menarik perhatian sang kakak. Alan mengusap dagunya, ia sedari tadi tengah memata-matai Lana. Mencari tahu apa yang sebenarnya sang adik lakukan.
Alan merasa gemas, tak sanggup menahan diri untuk tidak bertanya. “Lana cari apa?” tanya Alan pada akhirnya.
Sang adik menoleh seraya memperlihatkan deretan giginya yang ompong. Ia mengibas-ibaskan tangannya. Memberi kode pada Alan untuk mendekat.
Alan mengikuti perintah Lana. Adiknya memintanya untuk berjongkok, dan Alan pun menurut. “Kenapa?” tanya Alan.
Lana mendekat pada kakaknya. Ia berbisik, “Lana lagi cari pahala Kak. Kata guru agamanya Lana, kita harus cari pahala yang banyak biar masuk Surga. Nah, sekarang Lana coba nyari di bawah meja kursi, siapa tahu nanti nemu banyak terus bisa masuk Surga. Kan seru!”
Tertawa. Alan tertawa. Lana kenapa menjadi polos sekali? Hingga Alan pun tak kuasa untuk menahan tawa.
Lana kebingungan. Ia bertanya, “Kenapa Kakak tertawa? Ada yang lucu memangnya?”
Lana masih tertawa. Ia berkata di sela tawanya, “Iya, ada yang lucu. Kamu lucu, haha! Mana ada pahala di bawah meja kursi? Kalau nyari pahala, bukan di situ, haha.”
Lana menepuk-nepuk jari telunjuknya di pipi. “Lalu, kalau mau nyari pahala di mana Kak? Eh, emangnya pahala itu yang kayak gimana sih?”
Alan mencoba menghentikan tawanya. Baru kemudian ia menjelaskan sesuatu pada adiknya. “Jadi begini ...”
“Pahala itu, bukan sesuatu yang bisa terlihat di mata kita. Bukan seperti makanan yang bisa kita beli. Bukan seperti air dan udara yang bisa kita rasakan kehadirannya.”
“Lah kalau enggak terlihat, gimana kita nyarinya?” protes Lana.
“Nyari pahala itu caranya cuman satu. Niat,” jawab Alan, “Gini misalnya. Kita nolong orang di jalan, terus niat kita tuh berbuat baik gitu ke sesama manusia, atau kita sembahyang nih. Nah, itu nanti pasti dikasih pahala sama Allah, nanti pahalanya dicatat sama malaikat, nah nanti kalau pahala kita banyak, baru deh bisa masuk Surga.”
Mata Lana berbinar. Ia menatap kakaknya dengan penuh harap. “Serius bisa masuk Surga?” Alan mengangguk.
Lana melangkahkan kakinya seraya menyeret tangan Alan. “Ayo Kak kita keluar, cari pahala! Ayo! Lana mau masuk Surga! Ayo cepetan cari pahala!”
Dan untuk ke sekian kalinya, hari ini Alan tertawa melihat kelakuan polos adiknya. []
—🍭—✨—🍭—✨—🍭
Publish : Magelang, 15 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLANA
Short StoryAlan dan Lana itu kakak beradik. Lana yang selalu ingin tahu, dan Alan yang mencoba menjadi panutan tiap waktu. Ada Syarif dan Salma-orang tua mereka-yang ikut andil dengan kata-kata mutiara dan pesan tentang agama di sini. Mungkin kamu ingin membac...