“Aaaaaaa!”
Gadis kecil itu tersenyum senang, suaranya benar-benar menggema dari atas bukit. Merambat di antara jurang-jurang yang tampak curam. Bersama burung-burung yang terbang mengangkasa.
Lana melompat senang, segera ia berjalan menghampiri kakak laki-lakinya yang tengah memasang tenda bersama Syarif—sang Papa.
“Kakak! Kak Alan, Kak Alan! Tadi seru banget loh! Lana teriak dari atas, terus suaranya jadi banyak! Aaa seru banget!” seru Lana seraya berjingkrak senang.
Alan dan Syarif tertawa. Lana terlihat sangat lucu sekarang. “Papa jadi enggak rela kalau Lana tambah gede,” celetuk Syarif. Sementara Alan tertawa kecil meladeni ucapan Papanya.
“Pemandangannya indah banget Pa! Enggak sia-sia Lana ikut ke sini. Kalau Lana cuma di Rumah dan ikut Mama ke Rumah temannya mungkin Lana enggak bisa seru-seruan kayak gini,” celoteh Lana, membuat Alan dan Syarif kembali tertawa.
Syarif berhenti tertawa, tangan pria itu membawa sang putri ke pangkuannya. “Iya Sayang, di sini memang indah. Nah kalau ada sesuatu yang indah kita harus bilang ...?”
“Masyaa Allah,” sahut Lana cepat. Syarif tersenyum, putri kecilnya ini memang cerdas.
Kini giliran Alan yang bersuara. “Tapi, Lana tahu enggak? Ada loh tempat yang lebih indah dari tempat ini.”
Iris mata Lana tampak berbinar senang. “Serius Kak? Di mana? Lana mau ke sana,” katanya penuh harap.
“Tempat itu ada di langit ketujuh,” kata Syarif.
“Dan namanya Surga,” timpal Alan.
Lana mengangguk, raut wajahnya terlihat polos sekaligus menggemaskan. “Yang kalau mau ke sana harus punya pahala?” tanya Lana.
Alan yang mendengarnya malah tertawa. Ingatan membawanya ke hari di mana Lana mencari pahala di kolong meja. Adiknya ini memang lucu sekali.
“Kakak kenapa tertawa?” tanya Lana, sementara Alan hanya menggeleng, masih mencoba mengontrol agar ia tak tertawa lagi.
“Aneh kamu Lan,” cibir Syarif, sementara Alan masih berusaha mengontrol tawanya.
“Iih Kakak aneh,” keluh Lana yang kemudian berhenti memperhatikan Alan. Bocah perempuan itu kini beralih menatap Syarif.
“Papa, kira-kira Lana bisa enggak ya datang ke Surga?” tanyanya.
Syarif tersenyum. Ia membelai kepala Lana. “Bisa Sayang. In Syaa Allah bisa. Asal Lana tiap hari shalat, tiap hari ngaji, dan jangan nakal,” katanya.
Sementara Lana kini berdiri, ia tersenyum penuh semangat. “Oke Pa. Lana akan usaha biar bisa sampai ke tempat yang indah banget. Bisa sampai ke Surga. Iya, Lana harus bisa ke Surga!” []
—🍭—✨—🍭—✨—🍭
Publish : Magelang, 15 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLANA
Short StoryAlan dan Lana itu kakak beradik. Lana yang selalu ingin tahu, dan Alan yang mencoba menjadi panutan tiap waktu. Ada Syarif dan Salma-orang tua mereka-yang ikut andil dengan kata-kata mutiara dan pesan tentang agama di sini. Mungkin kamu ingin membac...