19• Bocil

12 2 0
                                    

"Kak, teman Lana banyak yang pacaran."

Uhuk!

Nyaris Alan memuntahkan segelas air yang baru saja ia minum. Dengan cepat ia menengok ke arah adiknya yang sedang berkutat dengan pensil dan buku tulis. Pikirnya menjelajah, mencari tahu apakah adiknya berbohong atau jujur.

"Main pasar-pasaran?" Alan mencoba berpikiran positif, barangkali adiknya salah msngucap huruf 'S'.

Tapi gelengan dari Lana langsung membuatnya kembali tertegun. "Enggak ih. Itu kayak apa yang dibilang Papa. Kayak Lana ke Kakak, tapi dalam kondisi bukan mahram." Sedangkan kalimat itu membawa Alan terperosok, pada jurang penuh keterkejutan.

"Kok bisa?" Lana mengangkat bahunya, kembali berkutat pada tugas rumah yang gurunya beri.

"Kamu gak ikut-ikut kan?" Lana menggeleng, sedang Alan langsung bernapas lega. Lana adalah adiknya, tanggung jawab yang harus ia emban, setidaknya sampai Lana menemukan pangeran lain untuk menjaga dirinya di masa depan.

"Lana nasihatin mereka, tapi katanya malah sok tahu. Ya udah, yang penting kan udah usaha." Alan tersenyum bangga, ia tahu, Lana bukan anak-anak yang suka ikut-ikut, dan itu adalah fakta yang baik, rasanya.

"Kak Alan juga, udah nasihatin kakak yang cantik itu belum? Dia kan teman Kakak."

Alan langsung melotot mendengar ucapan Lana. "Enggak usah dibahas, kamu kerjain PR aja." Dan Lana hanya menurut, membuat Alan membuang napas lega.

Dipikirkannya lagi ucapan Lana barusan. Jika dipikir-pikir, anak kecil tentunya tak benar-benar tahu tentang apa yang dia lakukan. Mereka hanya mampu mencontoh apa yang mereka lihat, dan begitulah. Menjadi hancur perlahan-lahan, sebab ketidaktahuan.

"Hah, dasar bocil!" desis Alan pelan, kemudian kembali menatap Lana yang masih fokus.

"Jangan temukan pangeranmu terlalu cepat, ya." []








Lama nggak nulis mereka🙂



M

agelang, 1 Juni 2021

ALLANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang