10. Semua Cowok Sama?

15 4 0
                                    

“Semua cowok tuh sama aja!”

“Ha? Kok?”

Alan menganga, bingung harus menjawab apa. Masih dengan posisi pandangannya yang menunduk, raut wajahnya tetap tampak kebingungan.

“Iya. Gue kira lo itu tulus sama gue. Ternyata, gue salah. Lo cuma anggap gue temen kan?”

Alan menyahut, “Lah kan emang cuma temen.”

Dira—gadis di hadapan Alan, kini tampak semakin marah. “Tuh kan! Gue kira lo laki-laki alim yang gak bakal nyakitin hati perempuan mana pun. Tapi ini?”

Alan masih bingung. Ketika ia hendak bersuara, sebuah suara terlebih dulu terdengar.

“Kak Alan, ini siapa? Orang gila?”

Alan yang semula bersender di gerbang kini berubah posisi tegak, dengan mata membulat yang ditujukan pada Lana.

“Ini adik lo?” Alan mengangguk tanpa menoleh.

Dira mengangguk, sekilas terdengar ia berkata ‘oh’.

“Adiknya polos ya? Gak kayak lo yang doyan nyakitin hati cewek!”

Mendengar sindiran itu membuat Alan semakin bingung. Apa salahnya sebenarnya?

“Ini siapa Kak? Kok marah-marah? Orang gila ya?”

Alan kembali mendelik pada Lana. Sementara Dira yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. “Sabar Dir. Inget, dia anak kecil,” batinnya bersuara.

“Temen Kakak,” jawab Alan.

Lana memicingkan matanya. “Hayo! Lana bilangin Papa nanti! Kan kata Papa, yang bukan mahram gak boleh temenan! Apalagi temen Kakak gak pakai jilbab! Iiih masak kalah sih sama Lana? Lana aja pakai jilbab kalau ada yang bukan mahram.”

Alan menepuk jidatnya. Kata-kata Lana tidak ada salahnya sebenarnya. Tapi ... apa Dira akan tersinggung dengan kata-kata adiknya?

“Mm, Lana masuk Rumah dulu ya,” pinta Alan.

“Gak boleh! Nanti jadi khalwat kalau cuma berdua!” tegas Lana.

“Mm, khalwat? Apa itu?” tanya Dira, apa yang Lana katakan terdengar asing di telinganya.

Wajah Lana tampak kebingungan. “Kakak gak tahu emangnya? Khalwat itu, kondisi di mana dua orang yang bukan mahram berdua-duaan. Kakak sama Kak Alan kan bukan mahram! Gak boleh berduaan!” katanya diakhiri dengan kalimat peringatan.

Dira terdiam, satu menit kemudian gadis itu tersenyum tipis. Pandangannya kini tertuju pada Alan. “Lan, gue balik dulu ya. Gue paham sekarang, gue emang bukan siapa-siapa buat lo. Kita cuma temen. Lo gak salah kok. Ternyata gue salah. Gak semua cowok itu sama. Gue yang salah karena gak bisa jadi cewek semulia adek lo.” Usai berucap, gadis itu berbalik badan.

Ketika kakinya hendak melangkah pergi, sebuah suara terdengar menginterupsi. “Kakak cantik! Besok-besok kalau mau main sini pakai kerudung ya! Biar tambah cantik!”

Alan langsung melotot pada adiknya. Alan yakin, Dira pasti tambah merasa tersinggung sekarang.

Alan berujar, “Dir. Maafin adik gue yah. Maaf kalau lo tersindir.”

Dira berbalik, di wajahnya kini tersampir sebuah senyum tipis. Tatapannya kini tertuju pada Lana. “Gak kok. Lo gak salah. Malahan gue bangga sama adik lo. Andai gue bisa jadi kayak dia.”

Dira menghela napas. “Ya udah ya, gue balik. Assalam’alaikum.”

Dira berbalik badan, menjauh dari Rumah Alan dan Lana. Dua bersaudara itu sama-sama memasang raut wajah heran.

“Dia kenapa Kak?” tanya Lana.

Alan tak lekas menjawab pertanyaan adiknya. Tatapannya kini malah memandang langit yang berawan. Laki-laki itu menjawab pertanyaan Lana dengan gumaman, “Mungkin dia baru dapat hidayah.” []

—🍭—✨—🍭—✨—🍭

Publish : Magelang, 15 Januari 2021

ALLANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang