Lelaki itu tampak terpejam, sementara sinar matahari merambat lurus memancari wajahnya. Agaknya, surya pun tak mampu membangunkan ia dari alam mimpi. Apalagi di hari Minggu saat ini. Karena hanya satu hal yang kerap menjadi alasan terbangunnya Alan tiba-tiba.
“Kak Alaaaan! Banguun! Temenin Lana!”
Dan hal itu adalah, teriakan Lana.
Tampak Alan yang sudah membuka mata dan mengambil posisi duduk. Ditatapnya Lana dengan rasa malas. “Kenapa lagi?”
Lana menunjukkan deretan giginya. Ia berjalan ke arah ranjang, dan mengambil posisi duduk di hadapan Alan.
“Kak Alan, Lana mau tanya dong. Tapi jawab jujur ya,” pintanya yang langsung dibalas Alan dengan anggukan.
“Kak. Kata temannya Lana, orang cantik tuh yang kulitnya putih. Emangnya bener ya?” tanya Lana terdengar polos. Alan mengernyitkan kening, kenapa bocah sekecil Lana sudah tahu tentang ukuran cantik atau tidaknya seseorang?
Alan mencoba bergurau. “Putih kayak gitu?” tanyanya seraya menunjuk tembok.
Lana mencebikkan bibir. “Enggak lah! Iiih Kak Alan masak gak tahu?” gerutunya. “Emang bener ya cantik tuh harus putih? Iiiih kulitnya Lana kan sawo matang. Berarti Lana gak cantik dong.”
“Yang penting bukan sawo mentah.”
“Iiih kalau yang mentah ya hijau dong warnanya!”
Alan tertawa, sementara Lana tampak semakin kesal. “Kak Alan mah gak serius! Becanda mulu dari tadi!”
Alan menghentikan tawanya. “Terus Kak Alan harus apa?”
“Jawab jujur, Lana gak cantik ya? Lana kan gak putih kulitnya. Gak kayak temen-temen Lana,” keluh Lana, membuat Alan menggelengkan kepalanya. Zaman memang sudah berubah, adiknya ini masih kelas satu SD tapi sudah memikirkan tentang tolak ukur kecantikan. Dasar, bocil zaman now!, pikir Alan.
“Lana cantik kok, serius. Emangnya ada yang pernah bilang kalau Lana jelek?” Lana menggeleng dengan pelan sebagai jawaban.
“Berarti Lana cantik. Lana tahu gak? Ada yang lebih cantik dari orang yang kulitnya putih?” Lana sontak memberikan sebuah gelengan pertanda ia tak tahu.
“Ada yang lebih cantik dari mereka yang kulitnya mulus, putih, rajin perawatan. Siapa itu? Lana tahu, mereka yang sering wudhu, sering shalat, sering ngaji, sering senyum, mereka yang di mata Allah lebih cantik dari pada mereka yang punya kulit putih. Kayak yang Papa sering bilang....”
“Setiap orang sempurna dengan caranya masing-masing,” sambung Lana. Bocah kecil itu kini tersenyum senang, membuat Alan mengacak rambut adik kecilnya itu dengan gemas. Lana memang selalu ingin tahu banyak hal seperti biasa. []
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLANA
Short StoryAlan dan Lana itu kakak beradik. Lana yang selalu ingin tahu, dan Alan yang mencoba menjadi panutan tiap waktu. Ada Syarif dan Salma-orang tua mereka-yang ikut andil dengan kata-kata mutiara dan pesan tentang agama di sini. Mungkin kamu ingin membac...