15. Kenapa Harus Batu?

14 4 0
                                    

"Usai badai besar menerjang, kapal yang Malin Kundang tumpangi tenggelam. Dan tubuh Malin Kundang seketika berubah menjadi batu, dan menyatu dengan puing-puing kapal. Itulah balasan yang pantas bagi Malin Kundang, atas perilaku durhakanya pada sang Ibu."

Alan menutup buku dongengnya, kemudian mengamati Lana yang masih membulatkan bola matanya, tak ada ekspresi kantuk sedikit pun di wajah gadis kecil itu.

"Lah, belum tidur," gumam Alan terdengar kecewa. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat, bahaya jika Salma tahu bahwa Lana belum tidur. Alan pasti yang akan disalahkan nanti.

"Kasihan ya Malin Kundang. Jadi batu gara-gara durhaka sama Ibunya."

Alan lekas menoleh pada adiknya. Wajah Lana tampak lesu setelah mengucapkan hal itu.

"Itu balasan yang setimpal buat Malin Kundang. Salah siapa dia durhaka sama Ibunya," sahut Alan.

Lana mengangguk setuju. "Bener juga sih. Tapi kan ... kata Papa Allah itu Maha Pengampun. Masak dosanya Malin Kundang enggak diampuni?"

Alan terdiam. Pertanyaan Lana malah membuatnya tak mampu berkutik. "Allah itu Maha Pengampun. Tapi Malin Kundang itu kan sudah durhaka sama Ibunya. Ingat? Papa pernah bilang kalau durhaka sama orang tua itu dosa yang paling besar?"

Lana mengangguk lagi. Tapi ia kembali menyahut. "Tapi, kalau seumpama Malin Kundang diampuni kan nanti dia bisa taubat. Bisa jadi anak yang berbakti sama orang tuanya terus enggak durhaka lagi."

Ah, kepala Alan sekarang mau meledak! Bagaimana ini? Tidak mungkin kalau dia memberitahu Lana bahwa itu adalah sebuah azab. Bisa-bisa nanti Alan bertanya bagaimana rupa azab itu. Atau bahkan minta contohnya?

Tidak, tidak. Lana masih terlalu kecil untuk paham hal semengerikan itu. Alan juga bukan Syarif yang bisa menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang cukup halus bagi anak-anak.

Lalu sekarang bagaimana?

"I-iya itu kan cuma dongeng." Akhirnya hanya itu yang mampu Alan katakan.

"Tapi harusnya dongeng itu—"

"Udah ya, dah malem. Besok aja tanya sama Papa," pungkas Alan seraya memberikan senyuman paksa.

Bisa gawat kalau Lana terus bertanya padanya. Bisa gawat juga kalau Salma tahu Lana belum tidur.

Intinya, gawat! []

—🍭—✨—🍭—✨—🍭

Publish : Magelang, 15 Januari 2021

ALLANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang