Mata bulat itu bergerak ke kanan ke kiri, mengikuti gerakan tangan sang Mama yang dengan lihai mengiris sayuran. Salma yang merasa diperhatikan seketika menoleh."Kenapa?" tanyanya yang dibalas cengiran oleh Lana.
Lana membuka suara, "Mama pintar banget ngiris sayurnya," katanya dengan nada memuji.
Salma tersenyum, ia mengacak-acak rambut Lana dengan gemas. "Terima kasih cantik. Nanti kallau Lana sudah besar juga pasti bisa kok."
Lana mengangguk. Salma kembali memotong sayuran, dan dirinya pun kembali memerhatikan.
Belum berselang lima menit, suara ocehan Lana kembali terdengar. "Cincin di jari Mama bagus. Cantik banget. Dari siapa cincinnya Ma?"
Salma mengamati cincin yang terpasang di jari manisnya seraya tersenyum. Kembali ia mengacak rambut putrinya dengan gemas.
"He-he. Ini namanya cincin pernikahan. Mama dapat ini dari Papa," tutur Salma dengan lembut.
Lana mengerjabkan bola matanya. "Cincin pernikahan?"
"Iya. Dulu pas Papa nikah sama Mama, Mama dikasih cincin ini. Makanya namanya cincin pernikahan."
Lana mengangguk. "Lana juga mau," katanya kemudian.
"Mau apa?" tanya Salma.
"Cincin pernikahan," jawab Lana polos.
"Uhuk!" Alan yang sedari tadi tengah meminum jus di meja makan mendadak tersedak. Detik berikutnya, ia tertawa lebar.
"Kakak kenapa ketawa? Mau cincin juga?" tanya Lana yang malah membuat Alan semakin terpingkal.
"Ma, Kak Alan kenapa? Mau cincin pernikahan juga ya?" tanya Lana pada Salma.
Salma tersenyum geli. "Kak Alan kan cowok. Cowok kan gak boleh pakai perhiasan, Sayang."
Lana mengangguk paham. "Ya udah, Lana mau minta cincin pernikahan ke Papa ah," ujarnya seraya tersenyum senang.
"Eh, jangan," cegah Salma.
"Kenapa?"
"Minta cincin pernikahannya jangan sama Ayah dong. Mintanya nanti kalau sudah besar, mintanya sama Pangeran nanti. Tapi nanti. Masih lama. Belasan tahun lagi mungkin," jelas Salma seraya mencubit pipi Lana.
"Nah, karena Pangeran datangnya masih lama. Buat sekarang Kak Alan aja yang jadi Pangerannya ya," tambah Salma kemudian.
Lana tersenyum seraya mengangguk. Tanpa aba-aba gadis kecil itu menghampiri Alan yang tengah bermain ponsel di meja makan.
"Kak Alan, minta cincin," pintanya secara tiba-tiba.
Alan melirik adiknya. Ia tersenyum hangat. "Permen aja ya," ujarnya yang langsung membuat Lana cemberut.
"Iiiih Kakak!" Dan membuat Alan tertawa tatkala mendengar rengekannya.
Sementara Salma terkekeh geli melihat tingkah laku putra-putrinya. []
—🍭—✨—🍭—✨—🍭
Publish : Magelang, 15 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLANA
Short StoryAlan dan Lana itu kakak beradik. Lana yang selalu ingin tahu, dan Alan yang mencoba menjadi panutan tiap waktu. Ada Syarif dan Salma-orang tua mereka-yang ikut andil dengan kata-kata mutiara dan pesan tentang agama di sini. Mungkin kamu ingin membac...