Invitation of the Wedding & Unexpected Meeting

12K 1.2K 48
                                    

Setelah kejadian itu, Louis kembali menghilang, ya sudah sekitar 3 bulan. Bisa jadi karena dia dan teman-temannya sedang sibuk mempromosikan album The Best of 1D.

Dan kau tau apa? Seminggu yang lalu aku menerima undangan warna putih dengan renda biru tua di meja kerjaku. Sudah bisa kau tebak siapa nama pasangan yang ada disana kan? Louis Tomlinson dan Eleanor Calder.

Akhirnya.

Sumpah aku langsung tersenyum saat membacanya.

Aku senang kau menemukan pasangan jiwamu, Louis.

"Belle, aku lapar.." Aku menoleh pada pria pirang yang sedang duduk sambil bertopang dagu.

"Diam. Itu sudah keempat kalinya kau mengeluh lapar selama kita disini." Aku masih berdiri di depan cermin sambil mencoba beberapa gaun.

"Ya karena kita sudah sejam berada disini. Belle, apa memilih gaun sesulit itu?"

Aku berbalik ke arahnya. "Hei Horan. Pantas kau tidak kunjung punya pacar, menemaniku belanja saja tidak sabar!"

Dia cuma mengerucutkan bibirnya sambil kembali mengeluarkan ponsel dari saku varsity jacketnya.

Aku diantar Niall belanja gaun untuk hadir ke pernikahan Louis weekend ini. Awalnya aku hanya ingin belanja di butik biasa, tapi Niall ngomel 'Yaampun Belle apa kamu lupa kalo ini pernikahan selebritis?' Yea- whatever. Asal aku dibelikan, ucapku membalas. Dan percaya atau tidak, dia setuju! Seharian ini aku sudah belanja sepatu dan clutch, sisa gaun yang merupakan bagian tersulit.

"Aku ambil yang ini, Niall." Ucapku sambil menunjukkan gaun Donna Karan warna putih berlengan panjang serta dihiasi renda-renda cantiknya.

Niall langsung berdiri dan mengambil gaun dari tanganku lalu menuju ke kasir.

"Ayo ke Nandos!" Itulah kalimat yang Niall ucapkan saat pertama kali keluar dari butik. Nandos terletak hanya beberap ruko dari butik tadi, jadi aku dan Niall menuju kesana dengan berjalan kaki.

"Jangan cepat-cepat kenapa sih!" Aku mengeluh karena Niall berjalan lumayan jauh di depanku. Sementara aku ketinggalan karena memakai high heels plus kantong belanjaan yang lumayan banyak.

Niall Horan, kau sungguh tidak bisa memperlakukan perempuan.

Bruk.

Aku merasa seseorang menabrakku. Untung aku masih bisa menahan beban tubuh dan belanjaanku. Orangnya lebih tinggi dariku, jadi aku menubruk dadanya. Dan wait, aku mengenal aroma tubuh ini.

"Ry.. Ryan.." Aku menengadah melihat Ryan yang kepalanya ditutupi hoodie. Astaga apakah pertemuanku dengan Ryan harus selalu dimulai dengan bertubrukan?

"Hi, ex-girlfriend." Dia membuka topi hoodie nya sambil menatapku. "Sedang apa, cantik? Sendirian?"

Geli sekali aku mendengar kata 'cantik' itu.

"Not your bussiness, Fletcher. Permisi aku mau jalan." Ryan menahanku dengan tangannya.

"Tidak perlu terburu-buru, sayang. Bagaimana kalau sekarang kita ke tempatku dan bersenang-senang? Kau merindukan hal-hal nakal kita, kan?"

Aku menatapnya tajam penuh amarah. Ingin rasanya aku menampar wajah tampannya itu tapi tanganku penuh barang belanjaan dan yang satunya digenggam Ryan.

Buk!

Tiba-tiba seseorang memukul wajah Ryan. Ryan langsung memegang pipinya yang sangat merah dan hidungnya yang mengeluarkan darah itu.

"Let her go, tall guy." Niall langsung menarik tanganku dan meninggalkan Ryan yang masih terlihat marah namun memilih diam dan tidak membalas.

"Makanya jangan meninggalkanku, bodoh!" Gerutuku pada Niall yang masih juga menggandeng tanganku dan berjalan cepat.

"Kau yang lama!"

"Tidak jadi ke Nandos?"

"Tidak usah. Kau saja memasak untukku sebagai ucapan terimakasih."

"Okay terimakasih, Niall."

"Ya sama-sama. Yang tadi mantanmu ya?"

"Ya. Seksi ya, Niall?"

"Jesus Christ dia menggodamu dan kau masih memujinya? Kau gila, Belle."

Aku pun tertawa keras sampai masuk mobil Niall. Niall cuma meresponnya dengan gelengan kepala.

MRS. TOMLINSON ✖️ LOUIS TOMLINSONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang