Learn To Love Again

12.1K 1.1K 98
                                    

That you and I could learn to love again
After all this time
Maybe that is how I knew you were the one
That you could still believe in me again
After all our trials
Maybe that is how I knew you were the one-

•••

"Can you just go back to bed and cuddle with me, sweetheart? It's Saturday." Ucap Ryan yang masih terbaring di tempat tidur dengan selimut menutupi tubuhnya yang tidak memakai pakaian apapun.

"I can't, baby. Aku akan bertemu klien sebentar di kantor. Mungkin cuma sekitar 2 jam." Kataku yang baru saja mandi, dan masih ditutupi handuk, sedang mencari pakaian yang cocok untuk kupakai hari ini. Aku pun memilih celana high waisted warna abu-abu dan kemeja putih untuk ke kantor hari ini.

Saat aku memakaikan pakaianku satu persatu, Ryan bangun dan memelukku dari belakang.

"Don't be naked, Mr. Fletcher." Ryan mencium leherku sambil tertawa.

"Any problem? It's my room and you're my girl."

"The problem is I can turn on easily just by seeing you naked, Sir." Godaku yang masih membelakanginya. Boleh aku berbangga karena pacarku adalah pria yang sangat seksi?

"Let's fuck then, sugar.."

Aku pun berbalik ke arahnya dan melingkarkan tanganku pada lehernya. "I'd love to. Sayangnya klienku sudah menunggu. Boleh kau berpakaian sekarang dan mengantarku, sex God?"

Ryan pun mencium bibirku kilat lalu pergi ke kamar mandi.

Hai.
Aku Camila Belle dan sudah move on dari Louis. Sejak pertamakali bertemu Ryan di toilet itu, kami saling dekat. Dan sekarang, sudah 4 bulan kami bersama.

Ryan memang memiliki banyak kesamaan dengan Louis. Apakah kau tahu bahwa dia juga seorang pemusik? Ya, dia adalah bassist band Inggris bernama Lawson.

Aku sangat menyayanginya tentu saja. Dia tipikal romantis dan naughty. He's so good at.. Sex? Yeah he is.

Ryan suka memberikan kejutan padaku. Seperti memasak makan malam jadi sepulang kerja aku tinggal makan. Dia suka tiba-tiba muncul di kantorku membawakan boneka Teddy Bear saat aku sedang PMS.

Dan yang terpenting, Ryan lah yang menyadarkanku bahwa Louis bukan satu-satunya pria di dunia ini. Ryan juga tidak mempermasalahkan statusku yanh notabene nya adalah mantan istri Louis.

Info penting lainya adalah aku sudah menjual mobil mewah yang Louis berikan padaku. Uangnya kuberikan Ibu dan adik-adikku di Doncaster, sisanya kubelikan mobil sederhana lainnya dan membayar sewa apartemen baruku.

Aku benar-benar sudah melupakanmu, Louis.

•••

Hari ini adalah anniversary pertamaku dengan Ryan. Dua hari kemarin aku ada tugas luar kota di Liverpool. Jadi, aku sudah membawa satu kotak besar berisi jersey original limited edition Liverpool FC yang dibelakangnya tercetak nama Fletcher dengan nomor punggung 9.

Ryan pasti akan menyukainya karena dia adalah fans berat The Reds!

Aku berjalan dengan gembira memasuki lorong apartemen yang Ryan tempati dan berhenti di kamar 567. Sebelum mengetuk pintunya, aku merapikan sedikit rambutku yang sudah menyentuh pundak, membetulkan letak syal Moschino warna jingga ku lalu mulai menyentuh pintu kayu di depanku.

Cekrek..

Pintu dibuka oleh seorang.. Perempuan? Dia hanya mengenakan hotpants dan tank top yang super seksi, rambut blonde nya berantakan.

Siapa dia? Apakah dia sepupu Ryan yang tinggal di Irlandia yang pernah Ryan ceritakan? Tapi di foto, sepupu Ryan itu berambut hitam gelap.

"Is Ryan here?" Tanyaku ragu-ragu. Perempuan itu melihatku dari atas sampai bawah yang membuatku risih.

"Ryaaan! Someone is looking for you!" Teriak perempuan itu sambil menoleh ke belakang. Ryan pun datang. Dia juga hanya mengenakan boxer, rambutnya juga acak-acakan.

"Ryan baby, who is she?" Tanyaku saat Ryan berada di ambang pintu.

Ryan pun memeluk perempuan itu dari belakang lalu mencium pipinya. "Hi, Belle. Ini kekasih baruku."

Aku langsung melepaskan kotak hadiah yang kugenggam tadi karena kaget. "Kekasih baru? Lalu.."

"We're done, Belle. She's hotter than you.."

Plak!

Satu tamparan melayang di pipi kanan Ryan. Dia memegangi pipinya yang kemerahan sementara si perempuan cuma melihatnya dengan mata ketakutan.

"You're such a dick, Ryan!" Teriakku sambil menangis.

"Whatever you say, big girl. You are boring!" Ryan menutup pintu apartemennya dengan kasar.

Tidak, aku tidak percaya ini. Ryan masih mengantarku ke bandara saat aku berangkat ke Liverpool. Dia juga masih meneleponku saat aku disana.

Ada apa dengan semua ini?

Mengapa hidupku harus selalu diakhiri dengan patah hati oleh orang yang kucintai?

MRS. TOMLINSON ✖️ LOUIS TOMLINSONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang