"Woi ..., bisakah kau jelaskan padaku, apa yang akan kau lakukan jika kau terlahir sebagai bunga mawar, hidup bertahun-tahun dengan status itu namun, tiba-tiba dunia berkata padamu, 'Kau, sebenarnya bukanlah bunga mawar, kau tak lebih dari bunga bangkai yang kebetulan memiliki tubuh seperti mawar,' ??"
.
.
.
Belajar, belajar, dan belajar. Satu kata yang menjadi prioritas utamaku, kekasihku, sahabatku, dan penghilang kekosongan hatiku. Pada awalnya aku berpikir akan semudah dan sesimpel itu. Menghabiskan masa SMA-ku dengan menggapai prestasi di berbagai bidang, lulus dengan hasil terbaik, melanjutkan kuliah, membangun sebuah perusahaan, dan hidup sebagai seorang alpha terhormat bersama kerajaan kecilku.
Namun, semua tinggallah sebuah rencana gagal yang tak akan pernah tercapai. Angan-anganku terhempas hanya karena pertemuan gilaku dengan seonggok makhluk bodoh, kasar, dan memiliki tempramen yang buruk.
Hari itu, saat-saat kedamaianku berlangsung seperti biasanya, harus berakhir dengan pecahan kaca jendela tepat di sisi kiriku.
PYAR..!
Suara pecahan kaca memecah keheningan kelas yang sedang melangsungkan ulangan harian. Lewat ekor mataku, aku melihat benda bulat kecil yang terhempas ke arahku. Reflek aku membungkukkan badanku.
Selamat, gumamku setelahnya, benda bulat yang ternyata bola kasti itu menggelinding di bawah meja-meja para siswa.
"Shoto-kun, kau baik-baik saja?" Aizawa-sensei bertanya, aku segera menegakkan tubuhku, "hai'. Aku baik-baik sa-"
PYAR...!
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, kaca jendela yang pecah seluruhnya memaksaku memutar leherku. Sembilan puluh derajat dan saat itulah sesuatu yang besar menimpaku bersamaan dengan kepingan-kepingan kaca yang jatuh berserakan.
Mataku terpejam sepenuhnya dan kurasakan tubuhku terdorong ke belakang hingga bagian belakang tubuhku membentur lantai. Jeritan para siswi mengusik pendengaranku, membuat kelopak mataku terbuka perlahan.
Pemandangan pertama yang aku lihat adalah dada seorang pria berbalut seragam tanpa dasi merah biasa, lelaki di atasku ini mengenakan ķemeja berkerah putih dengan beberapa kancing atas terlepas.
Panas, kurasakan tubuhku memanas...
Aroma yang kuat dan tajam memenuhi indra penciumanku. Irisku bergulir ke atas, memandang rahang tegas pria yang tengah menatap lurus ke depan.
"Apa ada yang terluka?!"
Suara serak khas remaja itu mengalun. Hanya dengan mendengar suaranya membuat tubuhku bergejolak. Napasku memburu...
Splash....!
Sesuatu... mengalir di bawah sana.
Sial. Perasaan apa ini? Setiap persendianku seperti terkoyak, kepalaku terasa berkunang-kunang, dan keinginan untuk disentuh memenuhi kepalaku, bahkan jawaban-jawaban yang harus kutuang di atas kertas ulangan telah hilang entah kemana.
"Woi, kau baik-baik saja?" Remaja di atasku bertanya, aku mencoba menatap dengan pandangan yang mengabur,
"Aku-ah.. nghhh,"
Tidak. Bukan itu yang ingin kuutarakan. Sisi liarku telah merenggut kewarasanku hingga aku hanya bisa menggeliat dengan mengeluarkan suara-suara aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scum
FanfictionSejak kapan, segalanya terasa begitu manis layaknya setoples manisan yang tak pernah kosong. Terus bertambah dan bertambah, hingga rasa manis itu berubah menjadi pahit. Ini kah yang di sebut cinta, atau sekedar hasrat untuk saling memenuhi? Jangan p...