Chapter 09

628 72 12
                                    

"Kejujurannya adalah keistimewaan yang melekat padanya, namun kejujuran itu justru menjadi titik kelemahan karena ia sulit atau bahkan tidak bisa menyembunyikan kebohongan terutama pada caranya ber-ekspresi"

.

.

.

"Hierarki kehidupan di dunia terbagi menjadi tiga, yaitu Alpha, beta, dan omega.

Alpha adalah sang raja atau pemimpin. Alpha memiliki knot di bagian bawah penis. Dapat membesar selama masa rut mereka yang terjadi setiap kurang lebih satu bulan sekali. Alpha digambarkan dengan ketampanan, kepemimpinan, dan kegagahan. Hal inilah yang menjadikan mereka memiliki kedudukan lebih tinggi dari dua kasta di bawahnya: beta dan omega, meski populasi mereka hanya 20% di dunia.

Beta adalah penengah. Tidak mengalami rut maupun heat. Dengan populasi terbanyak yaitu 70%, mereka menempati pekerjaan yang sulit atau bahkan tidak bisa diduduki omega dan alpha seperti dokter, guru, dan perawat.

Sementara omega adalah golongan paling rendah. Akibat masa heat yang menyerang mereka selama tujuh hari dalam satu bulan, mereka kerap kali mendapat tekanan dan deskriminasi di tengah masyarakat. Omega digambarkan dengan kecantikan, keindahan, dan sikap lemah lembut. Mereka adalah malaikat lemah yang harus dijaga dan di bleh bleh bleh...,"

Bakugo menutup buku yang sedari tadi dibacanya keras-keras, kemudian membalik posisi tengkurapnya menjadi telentang. Manik merah ruby bergulir ke atas memandang omega kekar yang tengah memasang lampu di bawah plafon.

"Cih, apanya yang indah? Dia sendiri adalah lawan dari keindahan itu," Gerutunya, kesal. Todoroki sibuk merapikan kursi belajar yang menjadi tempat pijakannya barusan. Merasa diperhatikan, ia menoleh ke arah Bakugo.

"Jangan melihatku seperti itu! jangan bilang..., kau mulai tertarik denganku, Katsuki-senpai," ujarnya, sedikit menggoda Bakugo sembari berjalan ke arahnya.

"Dasar mengada-ngada, boge!" Protes Bakugo dengan nada tinggi. Ya, dia memang selalu meledak-ledak. Terutama untuk satu bulan terakhir ini. Bukan karena inflasi bahan pokok, bukan karena ribuan pesan yang dikirim orang tuanya, bukan pula karena teman-teman bejat _kecuali Midoriya_ yang seenak jidat mampir dan menghabiskan waktu liburan di apartemen kecilnya, tetapi karena makhluk tinggi di depannya.

"Mana mungkin aku menyukai makhluk rendahan sepertimu!" Lanjutnya, "Aku lebih tertarik dengan gadis-gadis bohai dan montok. Apalagi gunung kembar itu, ah..., aku ingin menggrepe-grepenya-_"

"Akh!"

Todoroki tiba-tiba menendang Bakugo hingga terjatuh dari kasur. Menyumpal mulut pemuda pirang dengan caranya sendiri. Ayolah, ini masih pagi. Jangan kotori pikiran sucinya!

"Berisik," Bakugo mendongak. Menatap Todoroki dengan tatapan ingin membunuh. Tapi sekarang ia sedang sangat lelah.

Todoroki mengalihkan pandang, "Sekarang waktunya kau memasak sarapan pagi kita!"

"Hah?! Seharusnya kau yang melakukan itu, dasar Setengah-setengah sialan!" Bakugo makin geram dibuatnya. Selama ini memang ia yang mengurus logistik dan keperluan rumah.

"Aku tidak bisa memasak," Timpal Todoroki dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Cukup sudah. Sikap angkuhnya itu tidak bisa ditolerir lagi. Bakugo bangkit. Menonjok tempurung Todoroki dari atas sambil berjinjit. Faktanya, ia lebih pendek beberapa cm dari Todoroki dan ini menjadi kebanggaan tersendiri buat omega itu.

"Kalau tidak bisa makanya mencoba! Kau pikir aku tukang masakmu? Pokoknya mulai sekarang kau yang masak!!"

"Tapi...," Sanggah Todoroki seraya mengelus tempurung kepalanya yang terasa berdenyut.

ScumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang