Sempit dan sedikit berantakan. Itu penilaianku saat pertama kali masuk kedalam kandang Bakugo. Masuk area genkan Bakugo buru-buru menghempaskan tubuhku ke pintu masuk yang dibanting begitu saja. Atmosfer di antara kami mendadak berubah. Tak ada lagi perasaan canggung dan saling menghindari. Terlalu panas hingga ia dengan rakus meraup bibir tipisku sembari menanggalkan kancing seragam satu persatu.
"Pelan-pelan sajanmmmmhhhh," Protesku, ingin berhenti atau setidaknya bermain lebih pelan. namun lidahku tetap meladeninya di dalam sana. Kepala menyender pada pintu juga kedua tangan yang di cengkeram di atas kepala.
"Aku tak punya banyak waktu, Karena itu cepat selesaikan semua ini," Ucapnya setelah melepas pagutan dan segera membalik tubuhku.
Dia tidak main-main soal melakukannya dengan cepat. Tanpa penetrasi ia memasukkan miliknya begitu saja yang sukses membuatku menghentak dan hampir terpeleset kalau saja tangan besarnya tidak menangkap tubuhku.
"Ah... ngghh..." Bakugo menarik daguku, memaksaku menoleh ke belakang dan langsung memberi ciuman panas sambil melesak begitu dalam. Posisi seperti ini.. aku membencinya. Harus menahan tubuhnya di belakang dan harus bertahan hanya dengan tangan yang bertumpu pada pintu yang datar.
Setelahnya, hanya ada sesi panas antara alpha dan omega, bukan antara senior dan junior ataupun sesama manusia. Kami bahkan lebih kotor daripada hewan tak berakal. Melakukannya tanpa memikirkan segala resiko dan menggunakan sebuah alibi untuk membela kami dari pemikiran rasional kami sendiri: menghilangkan rasa sakit dan penderitaan.
Dan kami telah melakukan untuk kedua kalinya hingga suatu saat aku tak dapat menghitungnya lagi.
"Hei setengah-setengah sialan, mau membuat kesepakatan denganku?" Bakugo tiba-tiba bertanya. Ia tengah duduk bersandar pada tepian ranjang dengan diriku yang duduk di atas pangkuannya.
"Hmmhh?" Aku balik bertanya seraya berusaha memasukkan miliknya ke dalam liangku, merangkul batang lehernya dan saat dadaku berada tepat di depan wajahnya ia akan memainkan kedua nipelku dengan mulut juga jemari nakalnya.
"Aku siap menjadi alat penghilang heatmu namun kau harus membayarnya dengan menjadi pelampiasan atas rutku,"
Aku tidak langsung meresponnya. Masih fokus dengan bagian bawahku.
"Woi, jawab aku!" Bakugo tiba-tiba mencengkeram bahuku dan mendorongnya ke bawah, membuat miliknya tertelan sepenuhnya di dalam liangku. Aku berjengit, "Ini sakit, baka!" Protesku sembari mengalungkan kedua tanganku di lehernya kemudian melanjutkan permainanku di bawah sana.
Aku hampir mencapai klimaks namun sesuatu menutup lubang penisku. Aku menunduk, mendapati tangan kanan Bakugo menggenggam penisku dengan ibu jari yang ia letakkan di atas lubang penisku.
"Jawab aku atau penismu tidak bisa klimaks lagi!"
"Ah, tidak perlu bertanya, kau sudah tahu jawabannya. Sekarang lepaskan! Cepat!" Seruku dengan tangan mencengkeram tangan kanannya namun ia menusuk miliknya lebih dalam hingga mencapai titik ternikmatku.
Aku menghentak tak bisa menahan air mataku karena rasa sakit pada penisku yang membiru. Ingin segera ku keluarkan!
"Really?" Ia berbisik dan aku menjawabnya dengan erangan sekaligus desahan, "Iyah.. anggh... aku janjihhhhnggh... Ahhh!" Tepat setelah aku mengatakannya ia membebaskan penisku yang segera menyemburkan cairan klimaks bersamaan dengan miliknya yang membesar dan meledak saat aku mengangkat pantatku, miliknya tercabut dan cairan kental meluber mengotori lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scum
FanfictionSejak kapan, segalanya terasa begitu manis layaknya setoples manisan yang tak pernah kosong. Terus bertambah dan bertambah, hingga rasa manis itu berubah menjadi pahit. Ini kah yang di sebut cinta, atau sekedar hasrat untuk saling memenuhi? Jangan p...