"Apakah kau alphanya?" Junta memulai percakapan dengan sebuah pertanyaan yang mengejutkan Bakugo.
"Bukan. Aku..., kenalannya," Sanggah Bakugo. Iris merah ruby menatap wajah Junta tanpa ragu.
"Hanya kenalan namun kau terlihat seperti orang gila mendapati omega itu terluka?"
"Itu karena...," Jawab Bakugo ragu. Ia tak bisa meneruskan ucapannya. Bukankah ini sesuatu yang privasi?
"Oh, jadi benar. Kau alphanya. Berarti luka yang didapatnya itu akibat perbuatanmu-"
BRAK!
Bakugo tiba-tiba menggebrak meja. Lantas berdiri dan membentak pria yang jauh lebih tua daripada dirinya.
"Sudah kubilang aku bukan alphanya!" Junta mendongak, tersenyum penuh misteri. Agaknya beta itu sama sekali tidak peduli pada alpha muda yang tengah terbakar amarah.
"Aku hanya kenalannya. Tidak lebih tidak kurang! Kalau anda tidak percaya anda bisa mengecek tengkuknya, tidak ada tanda kepemilikanku di sana. Tidak ada aromaku di tubuhnya! Soal khawatir dan tidaknya aku, itu bukan urusan anda! Jika tidak ada hal penting yang ingin dibahas, aku bisa pergi sekarang dan membawanya pergi-"
"Ke rumahnya? Atau..., ke rumahmu?"
"...," Bakugo hampir saja memberikan tinjuan penuh kasih sayang di depan wajah dokter itu. Junta reflek mengangkat kedua tangannya seolah ia yang tertuduh di sini.
"Oke, oke..., jangan marah dulu. Aku hanya ingin tahu siapa kau sebenarnya. Hal ini berkaitan dengan kondisi omega maaf. Maksudku..., kenalanmu." Bakugo memutar bola mata malas dan menjatuhkan diri untuk duduk.
"Baiklah. Tanyakan semua yang ingin kau tanyakan," Ketus Bakugo.
"Apa dia merokok?"
"Sensei..., bisakah anda berhenti menanyakan pertanyaan yang membuatku harus berpikir dua kali?"
"Ayo lah, kau hanya perlu menjawabnya. Kau bilang kau kenalannya, seharusnya kau tahu."
Jeda beberapa detik.
"Tidak," Sahut Bakugo akhirnya, sembari meremas bungkus rokok yang didapatnya dari saku celana Todoroki dan ternyata... kosong. "Kurasa tidak," Lanjutnya dengan nada rendah. Pandangannya tertunduk.
"Ah..., jadi begitu. Bolehkah aku memaparkan hipotesisku?" Mendengar pertanyaan Junta Bakugo mengangguk pasrah.
"Dari ketiga pertanyaan yang aku ajukan, hanya satu yang kau jawab dengan jujur, yaitu pertanyaan pertama. Pada pertanyaan kedua kau berbohong dan pada pertanyaan ketiga kau menjawabnya dengan ragu. Itu artinya kau tinggal satu atap dengannya tetapi kau tidak tahu apa yang terjadi padanya. Benar 'kan?"
"Ya. Anda benar, sensei. Dan sekarang, maukah anda menjelaskan kondisinya yang sebenarnya?"
Itupun jika tidak ada lagi pertanyaan -pertanyaan aneh yang ingin kau tanyakan! Tambah Bakugo dalam hati.
"Omega ehem. Maksudku Kenalanmu memiliki paru-paru yang lemah terhadap beberapa zat. Dari apa yang aku selidiki, dia menggunakan rokok untuk membunuh janinnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Scum
FanfictionSejak kapan, segalanya terasa begitu manis layaknya setoples manisan yang tak pernah kosong. Terus bertambah dan bertambah, hingga rasa manis itu berubah menjadi pahit. Ini kah yang di sebut cinta, atau sekedar hasrat untuk saling memenuhi? Jangan p...