Omegaku...
kau yang termanis, kau yang terimut
Wajah indahmu, perlakuan lembutmu, pipimu yang kian memerah tatkala mendengar gombalanku....
Aku sungguh menyukainyaAku ingin memasukimu, memasukkan seluruh milikku dan menumpahkannya di dalam sana ...,
"Pfft.., hahaha!"
Jemari lentik hampir meremas secarik kertas putih kalau saja ia tak peduli, pada hamparan huruf yang tertuang di sana. Ia tak bisa menahan tawanya yang memenuhi ruangan dengan ornamen biru itu. Perlahan, ia mendudukan dirinya di tepi ranjang.
"Baby, kau berisik sekali!" pemilik surai putih setengah merah itu tak merespon suara serak pria yang terbaring di belakangnya, ia masih sibuk tertawa membaca puisi karya alpha bodohnya.
"Ngh," Pemilik surai pirang melenguh, kedua tangannya memeluk pinggang ramping sang omega.
"maafkan aku Katsuki, aku hanya—hei!" Secarik kertas yang tiba-tiba di tarik dari belakang membuatnya berteriak. Ia segera menoleh kebelakang, "Apa yang kau lakukan? aku belum selesai membacanya!"
"Tidak boleh! Kau tahu, ini sangat memalukan. Di mana kau menemukan kertas ini?" Ujarnya kesal sembari merobek kertas putih itu dan melemparnya asal, segera ia sembunyikan wajah semerah tomat ke atas bantal.
"Terselip di dalam buku biologimu. Kau tidak mendengarkan gurumu?"
"Aku mendengarkannya, ini gara-gara guru itu menjelaskan proses fertilisasi manusia, pikiranku kan jadi traveling kemana-mana!" Ia menoleh, jemari lentik pemilik surai dua warna segera menangkup wajahnya yang kelewat sangar.
"Kau! Katanya ingin mendapat nilai tinggi tapi kenapa pikiranmu selalu saja kotor?!"
Bakugo Katsuki menggulirkan iris merah rubynya ke atas, menatap Todoroki Shoto yang menggembungkan pipi. Kebiasaan lama yang akan ia lakukan saat merasa kesal. Pemilik surai pirang bangkit, duduk tegap di hadapan pria yang satu tahun lebih muda darinya, "Itu gara-gara kamu," Ujarnya kemudian.
"Maksudmu?" Bukannya menjawab, Bakugo justru mendekatkan wajahnya ke wajah Todoroki yang kebingungan.
"gara-gara ini aku jadi horny," Bisiknya sembari menyentuh bibir Todoroki dengan ujung jari telunjuknya. Hal itu sukses membuat si empunya tersipu.
Todoroki mencoba berbicara namun saat mulutnya terbuka Bakugo segera meraup bibir atas dan bawah Todoroki secara bergantian sembari kedua tangannya menarik tengkuk Todoroki untuk memperdalam ciuman mereka. Memasukkan lidahnya kedalam, mengabsen deretan gigi-gigi putih Todoroki sebelum mengulum lidahnya yang masih melawan, Bakugo melakukannya tanpa persetujuan sang submisif.
Ciuman panas Bakugou membuat Todoroki lemas lantaran kesusahan bernapas, namun dengan begitu ia mulai menikmati permainan bakugo.
"Mmhhh~" Bunyi kecipak saliva terdengar begitu intim, diiringi erangan panas keduanya.
"Shoto~" Panggilnya lirih sesaat setelah ciuman mereka terlepas. Manik heterochromia yang membendung buliran bening menatap sendu wajah Bakugo yang begitu dekat dengan wajahnya. Jarak yang kurang dari lima senti membuatnya mampu merasakan hembusan napas hangat Bakugo. Ditatap begitu lekat, sedikit berdampak pada emosinya yang merasa malu.
"Apa?" Tanyanya ragu.
"I like your face, baby..,"
Blussh,
wajah Todoroki memerah mendengar suara bariton Bakugo yang terdengar begitu seksi. Kontan ia memalingkan wajahnya, buku-buku jarinya mengusap bibir penuh saliva dan wajah nan berpeluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scum
FanfictionSejak kapan, segalanya terasa begitu manis layaknya setoples manisan yang tak pernah kosong. Terus bertambah dan bertambah, hingga rasa manis itu berubah menjadi pahit. Ini kah yang di sebut cinta, atau sekedar hasrat untuk saling memenuhi? Jangan p...