Chapter 11

544 75 4
                                    

Flashback on:

Kosong. Kosong... Kosong!!


Ada yang aneh. Bukannya aku baru mengisinya kemaren malam. Lantas malam ini... kenapa isinya tidak ada? Kemana semuanya pergi!

Pecah suaraku tatkala mendapati lemari pendingin di dapur kosong. Juga beberapa bahan makanan habis entah kemana.

"Setengah-setengah!" Aku memanggil satu-satunya orang yang berada dalam jangkauan teriakanku saat ini.

"Hmm?!" Ia menyahut malas dari kamar.

"Kau kemanakan semua makananku?!"

"...,"

Dia tidak menjawab. Kesal, aku berjalan ke kamar dan mendapatinya tengah membaca buku di meja belajar. Sesuatu yang panjang mencuat di antara kedua bibir yang tertutup.

"Woi! Kalau ditanya jawab..! Kau dengar tidak!!"

"Kenyapa beltanya padakuu? Kau 'kan tahu aku tidak suka memasak," Jawabnya tidak jelas. Mulutnya tidak terbuka sepenuhnya karena asik mengemut sesuatu di dalam sana.

"Iya aku tau itu! Tapi aku sangat yakin kau ada sangkut pautnya dengan—

"Untuk amal," Todoroki menabrak ucapanku setelah mengeluarkan benda bulat dari mulutnya. Yah, itu hanya permen lolipop. Akhir-akhir ini aku sering melihatnya mengonsumsi makanan manis itu.

Lehernya tidak bergerak untuk menoleh tetapi ia menatapku lewat ekor matanya,"Tadi ada yang datang meminta bantuan. Jadi ku serahkan seluruhnya,"

Aku terpaku ditempat. Zaman sekarang mana mungkin ada yang melakukan tindakan merepotkan seperti itu! Apalagi Todoroki yang mau menanggapinya. Tidak mungkin. Dia bukanlah orang baik apalagi dermawan.

"Hah?! Kau ini bodoh atau tolol...?!"

"Senpai... kudengar ayahmu seorang CEO, jadi kenapa marah hanya karena hal—

"Jangan bawa-bawa tua bangka itu! Lagian Ayahku berbeda dengan diriku!"

"mintalah uang kepada Beliau—

"Tidak mau!" Tolakku mentah-mentah. Entah sudah berapa kali aku memotong ucapannya.

"Kenapa? Daripada hidup susah seperti ini, lebih baik kau—

"Urusai! Tidak mau, ya, tidak mau! Aku tidak senaif itu untuk kembali ke rumah orang tuaku hanya karena sedikit masalah- woi!" Todoroki tertidur di tengah amukanku. Dia duduk meringkuk memeluk betis sementara kedua lututnya menjadi tumpuan dagu.

Brengsek!

Wajahnya terlihat begitu polos jika tertidur seperti itu. Aku ingin mengubah wajah polos itu menjadi wajah paling seksi di bawahku. Suara dengkuran yang sangat tipis keluar menerobos bibir merah muda yang selalu inginku lahap sampai habis. Dan dari bibirnya, aku ingin ia mengeluarkan desahan panas yang memabukkan. Bahkan aroma feromon omega masih menyeruak memenuhi penciumanku meski ia tengah tertidur. Hanya dengan pemandangan seperti ini cukup untuk membangkitkan sahabat kecilku.

ScumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang