"Namaku Shoto, Todoroki Shoto,"
Kalimat itu masih terngiang-ngiang di dalam kepala pemuda SMA yang kini menengok keluar jendela sembari memainkan penanya, mengabaikan guru yang tengah mengajar di depan.
"Todoroki Shoto... Shoto-kun.... Ah... DISPENSER BERNAPAS!!"
"...,"
Ruangan kelas seketika hening. Semua mata tertuju pada pemilik surai pirang yang tiba-tiba menggebrak meja sembari melontarkan kalimat tidak jelas. Dispenser bernapas atau apalah itu.
"Kacchan, apa kau ketiduran?" Midoriya berbisik dari belakang dan disambut dengan Bakugo yang menoyor kepalanya, "Apa maksudmu tidur di kelas? Kau tidak lihat aku sedang sangat fokus?!"
Pecah tawa para siswa memenuhi seisi kelas. Bodoh. Memang bodoh. Mereka tak tahan dengan Bakugo yang bersikeras tak ingin disalahkan dan malah melimpahkan rasa kesalnya kepada Midoriya izuku, teman masa kecilnya itu.
Isiyama sensei angkat suara, "Bakugo Katsuki!" Bentaknya dan dibalas gertakkan oleh muridnya yang kurang ajar itu, "Nani?!"
Ia menghela napas berat, "kumohon. Sehari ini... saja. jangan buat darahku naik!!"
"Oh, baiklah," Ketusnya dengan tangan yang menyilang di depan dada disusul kedua kaki dengan celana longgar yang ia naikkan ke atas meja.
Sang guru hanya menghela napas panjang. Lagi. Seolah memaklumi sikap kurang ajar anak didiknya itu. Ah, sudah biasa. Pikirnya dalam hati.
Bakugo memang tak pernah serius dalam belajar. Seolah ia hanya menjadikan SMA UA itu sebagai tempat bermain dan bersenang-senang bersama teman-temannya yang tak kalah kacaunya dengan dirinya.
Kirishima, Midoriya-yang hanya ikut-ikutan, Iida, juga satu-satunya gadis-Mina Ashido. Mereka dengan senang hati meramaikan kafetaria bersama Bakugo, membahas hal-hal berbau ecchi (cabul), atau sekadar melakukan dare aneh yang tak jarang melibatkan murid-murid yang ada di sekitar mereka.
"Coba tebak. Berapa banyak tisu yang aku habiskan untuk satu ronde permainan soloku?!" Kirishima memulai, suaranya nyaring hingga seisi kantin mampu mendengarnya.
Mina berpikir, "Hmm... Karena aku tak pernah mencoba, jadi aku tak bisa menjawabnya. Aku menyerah,"
"Itu tergantung kapan dan di mana kau melakukannya. Untuk semen sebanyak 25 ml per ejakulasi kau butuh banyak tisu untuk membersihkan, dan jawabanku adalah nol!!" Iida, dengan segala pemikiran dan ilmu matematika memberi argumen yang membuat si rambut brokoli mengerutkan keningnya, bingung.
"Jadi, kenapa bisa tidak ada tisu yang digunakan. Bukankah semen yang dikeluarkan terlalu banyak?"
"Itu karena dia melakukannya di kamar mandi, hahahaha!!!"
Si rambut merah memberikan kedua ibu jarinya, "Tepat sekali!!"
Mina yang langsung paham menepuk punggung Midoriya yang membuat empunya tersedak dan menyemburkan air minum yang baru di teguknya di depan wajah Bakugo.
"Urusee!! Masa bodoh dengan proses colaymu yang menyedihkan itu!!" Bentaknya dengan tangan yang mengepal, menonjok tempurung kepala pemuda hijau. Namun, sebuah seringaian pendek terukir tatkala maniknya menangkap seluit pemilik surai setengah-setengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scum
FanfictionSejak kapan, segalanya terasa begitu manis layaknya setoples manisan yang tak pernah kosong. Terus bertambah dan bertambah, hingga rasa manis itu berubah menjadi pahit. Ini kah yang di sebut cinta, atau sekedar hasrat untuk saling memenuhi? Jangan p...